Wednesday 1 May 2013

Years Gone By



Okeh, special untuk Time Capsule Mini Competition -

Tidak yakin apakah masuk ke dalam Tema Time Capsul --- 

But - ENJOY saja deh ... --- and hope you like it


Years Gone By


Kian berada di ruang sinema pribadinya, seorang diri. Kamar kedap suara seluas 6 x 6 itu memang terhitung kecil untuk menjadi sebua hruang cinema sesuai standar, tapi untuknya sudah sangatlah nyaman dan lebih dari cukup. Tempat ia menghabiskan waktu bersama Jodi, sang istri sempurna yang paling cantik di dunia, saat jika hanya berdua, mengingat kembali masa-masa pacaran dulu, dan sebelum kehadiran dua permata melengkapi keluarga kecilnya nan sempurna. Tak ada ada kata lagi yang dapat mengungkapkan rasa syukurnya dengan apa yang telah ia raih dan miliki dalam hidupnya. Istri yang baik, cantik dan setia, putra-putri yang selalu membuatnya bangga, dan pekerjaan yang ia miliki saat ini. Memang bukan pekerjaan yang menarik perhatian orang seperti yang ia miliki dulu, kehidupan yang ia miliki dulu, tapi itu sudah cukup untuknya. Ia kini lebih banyak bermain di belakang layar, dengan menjadi produser untuk beberapa penyanyi solo. Tapi itu tak menahannya untuk sesekali melihat ke belakang, mengenang kembali apa yang dahulu ia jalani, dahulu ia miliki bersama ketiga sahabatnya. Kehidupan yang terekam dalam DVD yang sedang iapegang ini. “WESTLIFE – FAREWELL 2012”  Rekam jejak terakhirnya bersama ketiga sahabat yang telah ia kenal sejak umur belasan tahun, tiga sahabat yang sudah lebih dari saudara, dan hidup bersama mereka selama 14 tahun lamanya.  Shane, Mark dan Nicky. Senyum sungging terlepas di sana dengan semua gambar kenangan yang melintas di sudut matanya. Namun terdiam perih, itu sudah lama sekali. 



Ditariknya nafas dalam-dalam, sebelum dimasukkannya keping DVD itu ke dalam pemutar DVD Home Theater-nya .

Jantungnya langsung berdebar dengan darah berdesir dingin, saat mendengar suara dari ribuan penggemar yang memadati konserterakhir mereka di Cork Park. Membaca huruf-huruf besar pada layar lebar yang terbentang lebar untuk membantu para penggemar dapat melihat lebih jelas, huruf-huruf yang membentuk sebuah nama yang dulu menjadi keramat untuknya;W.E.S.T.L.I.F.E, kemudian dilanjutkan dengan ucapan pembuka dari mereka berempat, termasuk dirinya, hingga lagu pertama terdengar; ‘What About Now’ Menontonnya berulang kali pun tak juga menghilangkan rasa kehilangan itu. Rasakehilangan yang baru terasa setelah beberapa tahun sejak mereka memutuskan untuk mengakhirnya semuanya. Mengakhiri perjalanan sebuah band besar bernamaWESTLIFE. Mengakhiri 14 tahun mereka berkelana di dunia musik yang merekacintai. Keputusan yang saat itu mereka dengan bulat ambil karena sudah merasa jenuh, letih, dan bosan dengan kehidupan yang monoton selama 14 tahun lamanya, meski dengan dukungan penggemar di seluruh dunia yang begitu memuja mereka layaknya seorang pahlawan, tak dapat merubah keputusan mereka untuk selesai. Dan semua itu dipuncakkan padatanggal 22 dan 23 Juni 2012, konser puncak dan terakhir mereka di Cork Park yang dihadiri puluhan ribu penggemar yang datang dari penjuru dunia hanya untukmenyaksikan konser pamungkas mereka di bawah turunya hujan dan dengan derai airmata yang tidak menginginkan mereka bubar. Jujur, Kian tidak ingin kembali ke sana. Kembali ke masa ia merasakan hatinya terasa sakit teriris-iris karena telah mengkhianati penggemar mereka, dan telah sangat egois karena mengikuti  kata hatinya untuk mengakhiri semuanya.

Kian menghela nafas dengan tersenyum, merilekskan tubuhnya di sofakebesarannya dan menikmati konser terbaik sepanjang karir mereka, dengan ditemani Bir Guinnes favoritnya.
Sudah berapa tahu sejak hari itu ? lebih dari 12 tahun? Sudah cukup lama juga. Dan apa saja yang telah terjadi pada mereka selama tahun-tahun setelah kebesaran WESTLIFE ? Banyak, dan Kian cukup mensyukurinya.

Shane,sahabat terdekatnya, yang notabene sepupunya, karena telah dengan tidak sopannya menikahi saudara sepupunya, Gillian, dan menempatkan dirinya menjadi bagiandari keluarga besarnya, benar-benar mencintai dunia tarik suaranya. Ia memiliki karir yang sangat bagus sebagai seorang penyanyi. Hanya setahun setelah Westlife bubar, ia telah mengeluarkan album dan langsung meledak di pasaran.Shane dibantu oleh orang yang telah berpengalaman dalam dunia bisnis rekaman,dan juga yang membantunya dalam membuat lagu yang bagus. Orang itu adalah Kian Egan. Yup, Shane memintanya untuk membantunya dalam membuat lagu-lagu untukalbumnya dan juga menjadi manajer dari album pertamanya. Kian menjadimanejernya dan berlanjut menjadi produser di album berikutnya hingga album terbarunya.
Mark-pun memiliki karir yang bagus sebagai penyanyi solo, dan telah mengeluarkan beberapa album yang meledak di pasaran meski bukan dirinya sebagai manajernya,namun akhirnya dia pun memproduseri 2 album terakhir Mark. Terkadang orang melihat Shane dan Mark sebagai rival, tapi karena mereka berjalan di jalur musik yang berbeda, tidak akan ada masalah, karena penggemar mereka pun akhirnya berbeda.
Dan terakhir Nicky, dia tidak menginginkan solo karir sebagai penyanyi. Ia kembalipada cinta pertamanya; ‘Sepak Bola’, dan menjadi event organizer untuk setiappertandingan bola. Kini ia telah memiliki Klub Sepak Bola Junior untuk usia6-12 tahun yang hampir selalu memenangkan setiap pertandingan.
Lalu bagaimana dengan dirinya?? Dua tahun setelah WESTLIFE dan cukup puas lalu lalang di televisi sebagai pembawa acara dan juri The Voice selama dua musim,ia mewujudkan impiannya untuk membuka sebuah sekolah music dia Sligo dan diberinama ‘EMS’ (Egans’s Music School) dan kini telah menjadi salah satu sekolah musik terbaik di Irlandia. Juga ia membuka sebuah klub/pub di Strandhill-Sligo yang ia beri nama ‘Seashell‘, tempat ia memberi kesempatan bagi penyanyi-penyanyi ataupun grup lokal Sligo menunjukkan kemampuannya di depan publik. Melihat banyak sekali penyanyi-penyanyi maupun grup yang memang pantas untuk dibawa keluar Sligo, ia tidak dapat menahan panggilan hatinya untuk kembali ke dunia musik, terlebih setelah Tom-abangnya yang memang memiliki grup musik Rock-memintanya untuk menjadi co-manajer grup musik rockbarunya bernama ‘Rockstone’. Ia dan Tom mendirikan ‘Gan’S Managements’ dan memiliki studio rekamansendiri yang dibangun di samping rumah. Selain itu ia juga membantu dalam penulisan lagu, dan membuatkan lagi bagi mereka yang membutuhkannya. Setelah berhasil sukses membawa ‘Rockstone’ ke Amerika, Kian berani memegangpenyanyi-penyanyi ataupun grup berkualitas yang sering tampil di klubnya baik yang beraliran pop maupun pop-rock, dan berhasil sukses, yang kemudian berlanjut menjadi produser rekaman ‘Gan’S Managements’ berubah menjadi ‘Gan’S Managements and Records Company’ di bawah label ‘UniversalRecords’.

Kian semakin tersenyum dengan perjalanan hidup mereka berempat. Tidak ada yang menyangka semua ini. Hidupnya seperti dalam mimpi, mimpi yang ia wujudkan dengan kerja keras dan titik darah penghabisan untuk mempertahankannya. WESTLIFE WERE SO BIG MAN !!!
Ia semakin tersenyum dengan cuplikan gambar membawa keluarga mereka naik ke atas panggung dan bernyanyi bersama-sama menyanyikan ‘Queen of MyHeart’ di hari pertama konser mereka. Mengajak naik kedua orang tua mereka beserta para angelife yang saat itu berjumlah 6 angel; Nicole, Patrick, Shanejr, Jay, Rocco, dan tentu saja, si kecil Koa yang saat itu masih 6 bulan usianya, berjuta rasanya, tak dapat digambarkan, meski ada rasa sedih di sana, ayahnya juga ayah Nicky tak dapat ikut berpartisipasi, karenan memang sudah dipanggil terlebih dahulu, tapi ia tahu, ayahya dan Nikki Sr melihat mereka dari atas, penuh kebanggaan.
Kian harus tergelak geli dengan bayi Koa di gendongannya mencoba untuk menggigit mike yang dipegangnya.

    “Itu aku, dadd ??” sebuah suaramengagetkannya dari belakang. Tapi langsung membuatnya tersenyum.
    “Yup, itu, kamu, dude…,” dengan mengundang putra 13 tahunnyaduduk di sebelahnya menemani menonton konser. “Huh ? kok kamu bau ikan ? Habis main selancar ya ….?” pura-pura menutup hidungnya.
Pemuda yang menjadi duplikat ayahnya dari ujung rambut hingga kaki, bahkan hingga kegemarannya, hanya nyengir kuda.
Kian hanya geleng-gelang kepala.
Koa kembali ke layar besar, menatap sosok bayi beberapa bulan dengan balutan baju garis garis biru dengan penutup telinga yang hampir lebih besar dari kepalanya. Sangat-sangat menggemaskan! Tak percaya bahwa itu dirinya saat masih mungil dulu.
Kian tersenyum geli dengan mata takjub Koa yang memperhatikan kelucuan dirinya dengan mike yang dipegang ayahnya.

     “Kamu dulu lucu banget waktu masih bayi, matamu sangat hidup, ingin tahu semuanya, semuanya pengen dipegang…”
     “Iya, sampe mike pun mau dimakan,” sungutnya malu.
     “Hahahahaha….,” Kian melepaskan tawanya. “Mumma-mu, mana ?”
     “Ada tuh, di dapur, lagi bikin kue sama Joey….”
     “Putri kecil dadd bikin kue ?” dengan tersenyum kaget dengan putrinya yang masih berumur 6 tahun. Namanya Jossephine tapi dipanggilnya Joey – jangan tanya kenapa.
Koa hanya mengangguk, “Dapurnya jadi berantakan, penuh dengan tumpahan terigu sama cipratan adonan telor,” lalu beranjak dari duduknya. “Mandi dulu ah, dadd, biar nggak dibilang bau ikan lagi….,” lalu menyeret tubuhnya keluar dari Ruang Sinema.
Kian kembali tertawa lepas. Putra sulungnya memang sangat menggemaskan.
Tepat setelah Koa keluar, seluruh gambar dari keping DVD itu selesai diputar. Dilirik jam tangannya dan tersenyum. Dihelanya nafas dalam-dalam sebelum dimatikan playernya ­lalu beranjak dari sana dan keluar.


Mobil BMW hitamnya membawanya ke satu tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi. Ada perasaan gugup, menginjakkan kakinya lagi di sana. Sudah sangat lama sejak ia bermain di sini. Lapangan Bola Cork yang super luas.  
Ada alasan dengan tadi ia melihat DVD farewell mereka. Sesuatu yang mungkin akan terjadi lagi. Terjadi jika mereka bertiga masih memiliki hasrat yang sama. Hari ini tanggal 23 Juni 2026, tepat 14 tahun sejak konser terakhir mereka di sini, dan ia ingin kembali ke sini mengenang semuanya.

SEPI. Tidak ada siapa siapa yang ia harapkan untu kdatang. Iapun tidak ingin memaksanya. Tidak juga ia menghubungi mereka hari ini. Ia membiarkannya, dan siap menerima apapun yang terjadi. Di mana Nicky, dan Mark ? Nicky sedang berada di Paris dengan keluarganya liburan, Shane berada di Inggris, dan Mark…., ia sudah menetap di Amerika sekarang. Semua sudah memiliki kehidupan masing-masing. Ia tidak ingin mengganggu mereka. Kian tersenyum perih sendiri, menerimanya dengan duduk di salah satu bangku penonton di tribun.

     “Malam itu deras sekali hujannya,”sebuah suara mengagetkan dari sebelah kiri. Jantung Kian berhenti seketika.
    “Mati-matian aku menahan tangis…,” sebuah suara lagi muncul mengagetkannya dan belakang. Kian berusaha menahan emosinya.
    “Dan aku ….justru nangis kayak perempuan, nggak jauh beda sama kamu !” sebuah suara lain dari samping kanan melengkapkannya. Kian sudah siap untuk menangis bahagia dan haru. Di sana ketiga sahabatnya, Shane, Nicky, dan Mark.
     “Aku kira kalian tidakmengingatnya,” Kian terkatup tak percaya.
     “Hey, janji kita bersama,” sahut Nickybijak.
     “Kita akan kembali ke sini,di tempat yang sama, di hari yang sama 14 tahun sejak kita menuruni panggung besar itu untuk terakhir kalinya, untuk memulainya kembali,” Shane tersenyum pasti.
Kian tersenyum mengangguk. “Terima kasih.”
Ketiganya terseyum lega.
     “Nah ….., bagaimana kita memulainya lagi ?” Mark seperti menunggu sesuatu dengan tidak sabar dan semangat.
Kian tersenyum dengan bahagianya. Air mata mencuri turun dari sudut matanya.

THE END

No comments:

Post a Comment