Cuplikan Lovely Rose 1st Rose Trilogy Hal. 11-18
Tanggal
17 Maret (tepat hari St. Patrick), Kee-an
and the gank sukses menjadi band
pembuka backstreet boys di Point Teater Dublin. Mereka tampil 15 menit dengan
menyanyikan tiga buah lagu, yaitu; ‘Together Girl Forever’, ‘Everlasting
Love’ dan ‘Pinball Wizard’, dan sukses
habis. Aku dan Gillian yang juga menonton konser Backstreet Boys, melihat mereka tampil dengan
sangat mengagumkan. Ini membuat Louis W. tertarik untuk memanejeri mereka.
*
“Gals, kalian bakalan nggak percaya
sama apa yg bakalan aku ceritain, apalagi kamu, Keav,” ucap Kee-an di hadapan Keavy dan Gillian
dengan wajah sumringah.
“Apaan?” aku dan Gillian tak sabar.
“Aku ketemu Ronan!” dengan wajah berbinar.
“Hah? kamu ketemu Ronan?” sahutku langsung.
”Di mana?”
“Di Hotel Clerence, tempat Louis nginep.”
“Yang bener? Gimana ceritanya?” Gillian tak
sabar.
“Kalian udah lihat, khan, berita tentang kita
di koran ‘Evening Herald’? berita tentang kita manggung bareng sama Backstreet
boys?”
“Iya …?” Gillian menuggu kelanjutannya.
“Khan, aku seneng banget, lihat berita itu,
jadi langsung aja aku lari ke hotel Clerence buat nemuin Louis yang nginep di
sana. Begitu nyampe di kamar Louis, aku langsung teriak: “Louis, udah lihat koran belum?!?!” E … nggak
tahunya Ronan ada di kamar itu juga. Sambil senyum-senyum denger teriakanku! Sumpah,
aku kaget banget, dan tahu nggak aku ngapain? aku cuma bisa ngomong ”Oh, my God! Hiyaa Ronan!” dan langsung aja
aku keluar dari kamar itu!”
Aku dan Gillian
langsung tidak dapat menahan tawa mendengar cerita Kee-an, apalagi membayangkan
wajah Kee-an saat itu.
“Terus kamu dapat tanda-tangannya, nggak?”
tanyaku.
“Gimana mo dapet, orang aku langsung keluar
dari kamar itu, saking malunya.”
“Jadi nggak dapet, dong?” tanyaku kecewa.
“Ya, nggak dapet, lha!” sungut Kee-an.
“Udah, nggak apa-apa, nanti kapan-kapan
juga ketemu lagi sama Ronan, asal dianya nggak ke mana-mana,” Gillian
membesarkan hatiku.
“Coba, kalau ketemunya nggak kaya’ gitu,
ya,” sesal Kee-an.
“Iya. Kamu juga sih, teriak-teriak kaya’
orang gila,” balasku.
“Yee … mana ku tahu kalau ada Ronan di
kamar Louis. Aku teriak, kan, saking senengnya kita masuk koran,” Kee-an
membela diri.
“Malu-maluin, kampungan!” sungutku.
Kee-an mencibir tak
mau kalah, “Biarin!”
Gillian hanya tertawa
ngakak melihat kami
berdua berantem.
Tapi justru di saat Ronan
menemui Louis itulah, ternyata Ronan sedang membicarakan IOU ini. Dia tertarik
dengan grup vokal ini.
Setelah
Ronan diperkenalkan pada anggota IOU, iapun segera membantu mereka, mulai dari
memperbaiki cara mereka bernyanyi, sampai hal-hal lainnya. Hingga sampai
akhirnya Ronan tertarik juga untuk ikut memanejeri sebagai co-manejer, yang tentu
saja sangat disetujui
oleh mereka.
Bulan
April
2nd
April, it’s my birthday, I’m 16 years now. Wow!
Setelah
Ronan bergabung menjadi manejer mereka, keadaan semakin membaik dan semakin
banyak panggilan untuk pentas. Tapi sayang, Louis menginginkan personilnya
hanya lima orang. Akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan Derek dari grup,
dengan alasan gaya dan penampilannya terlalu matang dan kesannya sangat tua
dibanding para personil lainnya. Tidak sampai di situ, Graham juga diminta
keluar karena umurnya yang terlalu tua dibanding umur yang lainnya. Memang
mengecewakan, tapi mereka tahu apa yang terbaik untuk IOU.
“Louis mau ngadain audisi,” lapor Kee-an
padaku
“Audisi?”
“Iya, untuk ngelengkapi kami yang cuma
berempat.”
“Emang nggak bisa, ya, cuma berempat aja?”
tanyaku berlagak bodo.
“Yee …, kamu gimana sih, Louis ngeluarin
Derek sama Graham, karena mereka nggak cocok untuk jadi anggota sebuah boyband, jadi harus dicari penggantinya,
kan kita butuhnya lima,” Kee-an memberi penjelasan.
“Ooo … kapan?”
“Minggu depan, di Pods Dublin.”
“Kok, kayak boyzone aja lewat audisi? Louis
emang ahlinya, ya, mengaudisi orang.”
“Emang dia ahlinya,” Kee-an
terkekeh sendiri.
***
Akhirnya, dari audisi itu didapatkan dua cowok, bernama
Nicky Byrne atau lengkapnya Nicholas Bernard James Adam Bryne (widiw, nggak
kurang panjang namanya?) dengan Bryan McFadden atau lengkapnya Brian Nicholas
MacFadden. Tapi tak lama dari situ Louis harus mengeluarkan Michael, sahabat mereka sendiri. Sedih, memang, tapi harus dilakukan demi sebuah group
yang ideal dari mata seorang Louis Walsh dengan jumlah
anggota 5 orang.
Aku belum sempat bertemu mereka anggota baru mereka,
tapi dari cerita Kee-an, mereka bisa beradaptasi dan langsung cocok.
Sampai
Kee-an mengenalkanku dengan mereka saat bertemu mereka di rumah Kee-an.
“Kenalin, Keav , ini Brian sama Nicky,” ucap Kee-an.
“Hi,” sapa Brian dan Nicky hangat bersamaan.
“Hi,” sahutku dengan tersenyum.
“Pacar loe, Ki?” tanya Nicky .
“Pacar gua? pacaran ama dia sama aja gua
pacaran sama bayi, dong,” sahut Kee-an ngaco
n’ nyelekit hati.
Aku langsung aja
pasang muka cemberut. Bryan tak dapat menahan tawanya.
“Bukan pacarnya, tapi baby-sitternya!” samber Shane langsung.
“Enak aja!” protesku nggak terima. ”Ya,
udah, aku pulang, nih,” pura-pura marah dan mengancam.
“Ey, mau ke mana? di sini aja dulu,” tahan Kee-an.
“Iya, biasanya nggak mau pisah ama Kian,”
lanjut Shane.
“Habis kalian juga, sih,” sahutku dengan
wajah manyun.
Kee-an tersenyum
seraya merangkulku. Shane, Bryan dan Nicky hanya tertawa.
Brian atau Bryan
setelah memutuskan memakai huruf ‘Y’ daripada ‘I’ pada namanya, bertubuh tinggi, lebih tinggi dari
Mark apalagi dengan Shane dan Kee-an (tinggi
Kee-an cuma 178 cm), dan sedikit gemuk, pipinya terlihat tembem, dagunya
belah. Lumayan imut. Sedangkan Nicky, ia sama besarnya dengan Kee-an. Tinggi
dan badannya proposional. Kata Kee-an, ini karena ia mantan atlit. Atlit sepak
bola. Nicky pernah bergabung dengan Leeds United sebagai kiper, bahkan pernah
mendapatkan penghargaan sebagai kiper terbaik termuda se-Eropa. Ia juga lumayan
cakep. Dan kuperhatikan, Nicky ternyata lebih cakep dan imut dari Bryan. Tanpa
kusadari, mataku terus tertuju padanya. Tiba-tiba Nicky tersenyum padaku dan
langsung membuatku melayang. Senyumnya bener-bener mematikan. Sepertinya aku
suka, deh, sama Nicky.
“Heh, Keav,“ Kee-an menyenggol tanganku,
menyadarkanku.
“Ya?” aku tergagap.
Kee-an tertawa geli
melihatku tergagap,
“Jangan macem-macem, dia udah punya cewek,”
ucap Kee-an setengah berbisik, mengetahui aku naksir Nicky.
“Dia udah punya cewek?” aku sedikit kecewa.
“Yup, anaknya perdana mentri kita,”
jawabnya.
“Hah?”
Kee-an mengangguk
mantap. Aku melihat kembali ke arah Nicky, dia tersenyum lagi padaku. ‘Oh, my God, senyumnya…!’
Memang
benar, kekasih Nicky seorang perempuan cantik, elegan dan dari kalangan atas.
Namanya Georgina Ahern, putri Perdana Mentri kita, Bertie Ahern, yang baru
terpilih kemarin. Entah bagaimana Nicky bisa berhubungan kalangan orang
penting. Tapi kata Kee-an, mereka satu sekolah sejak SMP, dan Nicky sudah langsung naksir
pada pada pandangan pertama saat melihatnya di depan kelas saat mereka masih
duduk di kelas 8. Dan butuh usaha berat untuk mendapatkan perhatian seorang ‘Up-town
Girl’, hingga akhirnya dia bersedia menerima Nicky menjadi kekasihnya. Sekarang
hubungan mereka sudah masuk tahun ke enam
(wuih, lama juga). Tapi aku tetap menyukainya, dan semakin menyukainya.
Ternyata Nicky menyukaiku juga. Sehingga setelah dia putus dengan Georgina
(entah apa sebabnya) ia mengajakku jadian, dan tentu saja aku terima!
Bulan Mei
“Mana antingmu?” tanyaku melihat sudah
tidak ada lagi anting di telinga kiri Kee-an.
“Udah aku copot. Aku nggak akan pakai
anting dulu,” sahutnya.
Aku tersenyum
menyindir, “Mau
jadi anak baik, nih, ceritanya?”
Kee-an hanya tersenyum
tipis.
Aku melihat ada
kekakuan di antara kami, dan aku tahu sebabnya. Aku menghela
nafas.
“Aku suka Nicky. Kemarin dia
nembak aku.”
Kee-an mendesah, ”Aku tahu. Nicky juga udah bilang.”
Kemudian ia tersenyum,
senyuman yang lembut dan hangat. Tak ada kemarahan di matanya, tapi tetap
membuatku tak berani menatapnya, aku merasa bersalah. Aku tertunduk.
“Kamu masuk saat mereka sedang ada
masalah,” seakan menyalahkanku.
“Tapi mereka udah putus, Kee,” sahutku
langsung.
“Kamu nggak tahu gimana hubungan Nicky
dengan Gina. Sewaktu-waktu mereka bisa balikan lagi. Aku tahu dia suka kamu,
tapi aku yakin dia masih cinta Gina.”
Aku terdiam.
“Kamu nggak suka, ya, aku jalan sama Nicky?
Kalau nggak suka bilang aja. Dia terlalu tua khan, buat aku?” Memang,
umurku dengan Nicky terpaut empat tahun. Aku masih 16 tahun, sementara dia
sudah 20 tahun.
“Bukan gitu, aku cuma nggak mau
kamu terluka.”
Kee-an tersenyum
lembut.
”Nicky baik, aku nggak ada masalah kamu
jalan dengan dia,” lanjutnya membuatku lega.
***
Kian
melihat Keavy bergelayut manja di lengan Nicky. Apa itu
membuatnya cemburu? Kenapa ia tiba-tiba merasa cemburu, melihat Keavy berada di
pelukan cowok lain, tidak seperti biasanya. Kian bener-bener tidak mengerti.
“Heh, jangan manyun,” ucap seseorang di
sebelahnya. ”Jelek, tau.”
Kian segera tersenyum
dan menoleh arah Shane.
“Sorry,
gua lagi be-te.”
“Gua tau kenapa?” Shane sok tau.
“Oh, ya?” Kian sedikit mencibir.
“Ok, mungkin gua nggak tau persis, tapi
Keavy, khan?”
Kian tertawa kecil,
”Ngaco, loe.
Sok tau!” Kian bersandar dan memperhatikan Keavy yang berdansa dengan mesra dengan Nicky.
Shane tersenyum tipis
dan ikut memperhatikan Keavy dan Nicky,
”Mereka cocok, ya?“
“Hmm …,” sahut Kian pahit.
***
Aku
masih bisa merasakan hangatnya tubuh Nicky yang mendekapku. Dia memelukku
dengan erat, tangannya yang lembut membuatku nyaman. Tapi sekarang ini terasa
lain, lengan yang melingkar di bahuku, bukan milik Nicky. Hujan di Sligo yang
turun dengan deras membasahi kami berdua, tapi kami tetap berjalan dengan
tenangnya dan gembira dalam indahnya ikatan persahabatan.
Kee-an
menggenggam tanganku. Dengan tertawa nakal, ia membawaku ke rumahnya untuk
berlindung, kebetulan orang rumahnya sedang pergi semua.
“Dih, rambutmu,” aku tertawa kecil,
mengingat Kian sangat memperhatikan rambutnya, terutama setelah ia merubah
model rambutnya yang semakin aneh.
“Dah, diem!” dia dengan tertawa. Tersenyum
padaku dengan senyumannya yang khas.
Kami
sama-sama tahu, tak ada yang harus disembunyikan.
“Kamu masih suka Nicky, khan?” seraya
memberiku secangkir kopi, sementara ia mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Hmm…,” aku tersenyum, tak perlu kujawab
lagi.
Bulan September
Lima bulan sudah aku jalan dengan Nicky, dan semuanya
berjalan baik-baik saja. Sebagai pacar Nicky dan sahabat Kee-an, berarti juga
mengikuti perkembangan mereka sebagai grup band. Kini formasi; Kian, Shane,
Mark, Bryan dan Nicky, mereka merasa cocok dan siap untuk maju. Merekapun mulai
mencoba untuk mencari perusahaan rekaman. Mereka berhasil dan mulai banyak
perkembangan.
Bulan
Oktober
Mereka diizinkan
ikut dalam konser keliling Inggrisnya boyzone ‘Where We Belong’. Dan sebagai
band pembuka di konsernya boyzone, Kee-an dan teman-temannya menyanyikan empat
buah lagu, yaitu: ‘Swear It Again’, ‘Flying Without Wings’, ‘Everybody Knows’
dan ‘If I Let You Go’. Saat itu juga mereka sepakat mengganti nama IOU menjadi
Westside.
Aku
sangat bangga sekali. Sudah mulai banyak yang mengenal mereka. Penggemar
mereka-pun semakin bertambah, tidak hanya di negara kami, tapi juga di Inggris.
Tapi
itu tidak masalah bagiku, Kee-an dan Nicky masih milikku. Benarkah ?
“Apa maksudmu, kalian balikan lagi!?” tanyaku
terbelalak tak percaya di hadapan Nicky.
Nicky mengangguk.
“Tapi aku masih suka kamu, aku masih sayang
kamu.”
“Aku juga masih sayang kamu, tapi Gina dan
aku …, kami balikan lagi. Ternyata aku masih mencintainya. Maafkan aku.”
Aku tak percaya apa
yang baru saja kudengar, “Stss …aku
nggak mau denger lagi. Terima kasih sudah
mencintaiku,” aku langsung berlari dari hadapan Nicky dengan berlinang air mata. Tak
kudengar Nicky memanggil-manggilku, aku terus berlari.
Ternyata
putusnya aku dengan Nicky sempat membuat Nicky dan Kee-an bersitegang, ditambah
dengan tekanan-tekanan yang mereka hadapi sebagai seorang artis. Dunia yang
baru pertama kali mereka kenal.
Tekanan-tekanan
itu berasal dari jadwal manggung yang tidak henti-henti dan kejaran para
penggemar juga para wartawan. Mereka berlima masih kaget dengan perubahan ini.
Terutama Mark, yang kadang-kadang tidak bisa menahan emosinya. Mereka hampir
saja bubar, saking tertekannya. Tapi Kee-an berhasil meyakinkan dirinya dan
juga keempat temannya, bahwa grup ini tidak hanya sekadar grup musik biasa.
Dia, Mark dan Shane yang membentuknya dengan segala usaha sampai air mata. Jadi
tidak bisa semudah itu membubarkan diri, di saat mereka baru saja memasuki
impian mereka. Impian mereka sejak lama sebagai sebuah grup band. Mereka harus
bisa menahan ego mereka masing-masing dan beradaptasi dengan dunia mereka yang
baru. Mereka tidak boleh bubar. Mereka baru saja mulai.
Bulan November
Sebuah lengan
yang sangat kukenal melingkar di tubuhku. Hujan turun lagi di Sligo dan aku
bisa merasakan hangatnya tubuh Kian yang mendekapku dengan erat.
“Kamu
basah kuyup,” Kee-an tertawa. Aku ikut tertawa.
Ia menaikkan tubuhku
lebih dekat, sehingga aku semakin nyaman.
“Agak enakkan?” tanya Kee-an lembut.
Aku mengangguk dengan
tersenyum kemudian teringat kembali dengan kesedihanku,
“Aku harap hubunganmu dengan Nicky sudah nggak
ada masalah lagi,” ucapku sedikit ketakutan.
“Ya nggak, lah, kita harus profesional.
Lagipula bentar lagi kita mo mulai rekaman. Jangan takut, aku dan Nicky nggak
akan mempermasalahkannya lagi.”
“Syukurlah,” sahutku lega.
Kee-an mendekapku lebih
erat. Tenang sekali berada dipelukan seorang sahabat yang sangat pengertian.
Aku memeluknya,
”Makasih untuk selalu ada di sampingku,” bisikku.
Kee-an
mengecup keningku dengan lembut.
Dalam hati
Kee-an sedikit merasa lega, Keavy putus
dengan Nicky. Dia bukan milik siapa pun.
Hubunganku
dengan Nicky tidak ada masalah, kami masih berteman. Tidak hanya dengan Nicky,
tapi juga dengan Georgina. Dia gadis yang cantik, pintar dan baik, pantas
mendapatkan cinta Nicky. Aku sempat merasa bersalah pernah berada di antara
mereka. Tapi semua telah berlalu dan aku berusaha untuk melupakannnya. Kami
berteman sekarang.
TBC
Mau tahu lanjutannya ? :D
No comments:
Post a Comment