Sebuah proyek bersama, para author dari Grup Facebook 'The Westlife Author'
Rate : K+
Genre : Fantasy, Adventure, Medieval
Summary : Di sebuah Kerajaan Eoghan , dimana Pangeran Kianleaghly bersama sepupunya Pangeran Marcusley dan sahabat mereka Bryan, menerima sosok asing berambut dan bermata hijau di dalam istana mereka.
Wish us luck , and ENJOY!!!!
Hope you all like it :)
Previous Part : Part 1
Friendship and Alliance - Part 2
by Chintya Tjoa
"Pangeran
Kianleaghly ! Untuk ke sekian kalinya bisakah anda berkonsentrasi dengan
pelajaran ini ?!" Suara Sir Simonley memecahkan lamunan Kian.
"Ahhh...
Maaf, Sir Simonley. Maaf sekali." Jawab Kian gelisah
"Ada
apa dengan anda hari ini, Pangeran ? Anda tampak gusar sekali."
"Em..,
Sir Simonley, apakah anda pernah melihat orang yang memiliki kecakapan yang
aneh ?"
"Kecakapan
apa yang anda maksud, Pangeran ?" Jawab Sir Simonley penasaran
"Kecakapan
aneh.. Ia bisa berbicara atau mengeluarkan suara dengan mulut yang tertutup
rapat."
"Ia
siapa yang anda maksud, pangeran ?"
"hm...
Jawab saja pertanyaan ku !" Kian mulai jengkel dengan jawaban Sir Simonley
yang tidak membantunya sama sekali.
Sir Simonley
hanya diam dan kembali dengan pelajaran Taktik Perang yang sungguh membosankan.
Dalam hati, Kian bersumpah akan menemui anak itu malam ini. Tepat tengah malam
ini, karena ia tau para prajurit akan pergi dan digantikan oleh prajurit yang
lain. Dan Kian mempunyai waktu beberapa menit untuk menyelinap masuk ke Penjara
Bawah Tanah.
Malamnya...
"Kakak.."
suara manis Putri Mariellendly memecah keheningan perpustakaan luas itu.
"Ya
?"
"Anak
tadi, akan ayah apakan ?"
"Tidak
akan diapa-apa kan, kok. Ayah adalah Raja yang paling bijaksana !" Kian
mengelus kepala adiknya dan mengecup keningnya
"Kak,
aku ingin bertemu dengannya."
"Tidak
boleh ! Penjara bawah tanah, bukanlah tempat yang pantas untuk Putri anggun dan
cantik seperti mu. Apakah kamu tidak ingat kita dilarang mendekat kesana
?"
"Tapi..."
"Sudah..
Sudah.. Ayo kembali ke kamar, ini sudah larut."
Kian yang
tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini pun mengandeng tangan adiknya dan
membawanya kembali ke kamar tidurnya yang terlatak di Menara Utara.
Kian
menemani adiknya disana hingga ia tertidur pulas, lalu keluar dari kamarnya dan
berjalan ke kamarnya sendiri.
Kian sedang
meringkuk dalam selimutnya dalam kegelapan kamarnya. Karena ia tahu Bibi
Pangasuh akan mengecek semua kamar mereka tepat jam 11:45 sebelum tengah malam.
Benar saja,
belum lama setelah itu, tedengar langkahan kaki dari luar kamarnya, mata biru
miliknya itu menyelinap keluar dari sela-sela selimut dan melihat cahaya
lentera yang di pegang oleh Bibi Pengasuh dari sela-sela pintu kayu ek itu.
Pintu
terbuka dan terlihat sesosok wanita yang memakai baju biru tua dengan celemek
putih mengelilingi pingangnya.
Kian sudah
mengenali sosok wanita itu dari bayi, karena ia lah yang merawatnya dikalah
Ibundanya sedang sibuk atau sakit.
Setelah
membetulkan selimut Kian, Bibi Pengasuh pun berjalan keluar dari kamar dengan
pelan.
Ketika
langkahan kaki dan cahaya lentera itu tidak terlihat lagi, Kian bangkit dari
kasurnya dan mengganti pakaiannya dengan jubah hitam yang panjang. Lengkap
dengan kerudung yang menutupi kepalanya.
Kian tetap
menunggu dan menunggu, berjalan hilir mudik mengelilingi kamarnya, perasaannya
gelisah, tegang dan takut bercampur menjadi satu.
Teng..!! Teng..!! Teng..!!
Itulah bunyi
jam yang ditunggu-tunggunya dari tadi !
Tepat tengah
malam, dan akan dilakukannya penggantian prajurit.
Dengan cepat
dan berusaha tidak mengeluarkan suara, Kian menyusuri koridor istana ke Penjara
Bawah Tanah.
Terdengar
suara langkahan kaki yang keras, Kian yakin itu adalah suara sepatu besi milik
salah satu prajurit disana. Kian pun bersembunyi di balik tiang penyangga yang
besar.
Klontang
klontang suara itu
terdengar lebih jelas, dan benar itu adalah salah satu prajurit yang naik ke
atas untuk digantikan. Setelah 2 prajurit itu pergi menjauh, dengan cepat Kian
menyelinap masuk ke dalam penjara bawah tanah itu.
"Tolong
aku ! Aku tidak bersalah, aku tidak berbahaya, tolong aku !"
suara yang
tadi didengar Kian terdengar lagi, dengan kaki gemetaran dan wajah yang
memucat, Kian berjalan ke sel terakhir yang berada di ujung penjara bawah tanah
yang mengerikan ini.
"ehem..
hem !" Deham Kian
"Pangeran
! Pangeran Kianleaghly , tolong aku ! Aku tidak bersalah, para perompak itu
menculikku dan menempatkanku di kapal itu !" Kata anak itu tanpa membuka kelopak matanya
maupun mulutya.
"Perompak
?? Kau Bohong ! Kapal itu bukanlah kapal perompak ! Kapal itu memiliki lambang
kerajaan, dan sama sekali bukan kapal perompak." Kata Kian tegas dengan
suara yang lantang.
"Aku
mohon percayalah padaku ! Kapa itu memang bukan kapal perompak, itu kapal dari
kerajaan ayahku ! Ayahku, Happy Oliver ! Raja Happy Oliver !"
Kian bingung
setengah mati, haruskah ia memercayai perkataan anak aneh berambut hijau ini ?
Apakah Kian
harus melaporkan kepada seseorang tentang perkataan anak ini tadi ?
Tentang
perompak yang menculiknya dan ayahnya yang bernama Happy Oliver ?
Menurut
Kian, hal yang dikatakan anak itu benar-benar diluar masuk akal !
TBC
No comments:
Post a Comment