Rate : K+
Genre : Fantasy, Adventure, Medieval
Summary : Di sebuah
Kerajaan Eoghan , dimana Pangeran Kianleaghly bersama sepupunya
Pangeran Marcusley dan sahabat mereka Bryan, menerima sosok asing
berambut dan bermata hijau di dalam istana mereka.
Wish us luck , and ENJOY!!!!
Hope you all like it :)
Previous Part : Part 1, Part 2, Part 3, Part 4 , Part 5
Friendship and Alliance - Part 6
by Maya Theresia
Di pagi buta seperti ini, Nicky sudah keluar
dan menunggu Bryan di belakang kastil. Nicky sudah mengasah pedang pemberian
ayahnya dan berlatih pedang tadi malam.
“Mana
sih Bryan” gerutunya dalam hati. Tak lama kemudia seorang bicah bertubuh tinggi
datang menghampirinya.
“Maaf
aku terlambat Nicky..”
“Ah,
kamu memang jam karet Bryan, ayo cepat berangkat!” mereka berduapun
melangkahkan kakinya untuk keluar dari kerajaan dan menuju hutan. Namun langkah
mereka terhenti setelah sebuah teriakan memanggil mereka.
“Brian!!
Nicky!! Tunggu aku!!” Nicky dan Brian segera menoleh pada sumber suara itu.
Mereka berdua kaget bersamaan dengan siapa
yang memanggil mereka. Ternyata Kianlah yang memanggil mereka.
“Hey! Tunggu aku!!” lalu kian sampai di
hadapan mereka dengan nafas terengah-engah.
“Ki, kamu tidak seharusnya berada di sini..”
ujar Brian
“Apa yang kamu lakukan di sini kian?” tanya
Nicky.
“Aku akan ikut bersama kalian!”
“Hah?! Hey ingat kian, kau itu pangeran,
kalau kau menghilang maka seuruh kerajaan akan sibuk mencarimu.”
“Benar,
apalagi jika ibumu Khawatir hingga jatuh sakit.”
“Ayolah
teman-teman.. aku sudah besar, aku bukan anak kecil yang harus di atur setiap
saat. Aku juga harus menentukan pilihanku, dan ini adalah pilihanku.”
“Tapi..”
“Sudahlah,
ayo kita berangkat sebelum kita ketahuan.”
Nicky dan Brian akhirnya memperbolehkan Kian
ikut. Mereka mulai melangkah dari melangkahkan kaki mereka dari belakang
kastil. Kali ini langkah mereka terhenti lagi akibat sebuah panggilan. Brian
dan Nicky terluhat kesal karena sekali lagi mereka di cegat.
“Hey
kalian!! tunggu aku!!!” teriak Mark sambil berlari secepet mungkin.
“huh
hah huh hah..” Mark mencoba mengatur nafas di depan mereka.
“Sekarang
apa lagi? kamu kenapa di sini?” tanya Nicky sinis.
“Aku
juga ikut! Aku harus berusaha menjadi pemberani! Sampai kapan aku menjadi
pengecut yang takut dengan cerita ibuku!”
“hahaha
Markie si manja sudah berubah rupanya..”
“baiklah
teman-teman ayo berangkat!” seru Kian lalu mereka berangkat dan meninggalkan
kerajaan.
Mereka berjalan cukup lama hingga akhirnya
mereka sampai di hutan Dangerzard. Terlihat wajah Mark yang mulai ketakutan,
namun dia berusaha untuk tetap berani seperti tadi.
“Bagaimana
Mark, apa kau tetap ingin masuk?” tanya Kian
“Tentu.”
Jawabnya lantang.
“Bagus,
baiklah teman-teman ayo kita masuk ke Dangerzard dan pastikan kita selalu
berdekatan sehingga kita tidak terpisah.” Ujar Kian.
“Baik.”
Jawab mereka kompak.
Hutan ini dipenuhi dengan pohon-pohon tua
yang besar. Ditambah lagi dengan suara-suara aneh yang membuat Kian dan kawan-kawan
cukup ketakutan. Hanya saja mereka terus mengumpulkan keberaian mereka hingga
akhirnya mereka sampai di tenagh hutan.
“Hey,
tunggu..” kian menghentikan langkahnya, serontak mereka semua menghentikan
langkahnya.
“Ada
apa ki?” tanya Nicky.
“Kalian
tidak mendengar sesuatu?”
“Apa?
Aku tidak mendengar apapun..” jawab Brian
“Suara
tawa seorang gadis..”
“ah, apa mungkin? Jangan-jangan tawa nenek
sihir..” Mark mulai ketakutan.
“jangan
jadi penakut Mark” ujar Kian
“iya,
aku mendegarnya.” Jawab Nicky
“coba
kalian dengarkan baik-baik.” Lalu meraka terdiam dan berusaha mendengarkan
sekitar mereka.
“aku
mendengarnya!” seru Mark
“aku
juga!” seru Brian
“sumber
suaranya dari sana! Ayo kita lihat apa yang ada di sana!” merekapun lari menuju
sumber suara tersebut.
Mereka terus berjalan mencari sumber suara
itu dan akhirnya mereka menemukan sumber suara itu.
“Siapa
kau?” tanya Kian penasaran bercampur takut.
“Aku
Maghenta, penjaga ke-9 dari hutan ini.” Meraka semua kaget karena tidak
menyangka akan bertemu seorang gadis cantik dan manis di dalam hutan ini. Ia
memakai gaun pendek berwarna ungu yang senada dengan sebagian rambutnya yang
berwarna ungu. Menurut cerita, tidak ada manusia yang tinggal di hutan
terlarang ini.
“Aku
baru tau kalau hutan ini ada penjaganya..” ujar Bryan.
“tentu
saja, karena tidak ada manusia yang mengetahui tenatang aku. Sekarang jelaskan
mengapa kalian bisa berada di sini?” tanya Maghenta dengan nada sinis. Walaupun
paras gadis ini cantik dan manis, namun sifatnya cukup dingin. Mungkin karena
ia jarang berbicara atau bertemu dengan manusia.
“Kami
hanya ingin mencari daun berwarna ungu dari frouzhe tree” jawab Kian dengan
lantang.
“Untuk
apa kalian mencarinya?”
“Teman
kami yang bernama Shane Filan telah di kutuk, dan kami harus melepaskan
kutukannya, karena hanya kami satu-satunya yang bisa mendengarkan dia.”
“
Pasti kalian ingin membaca buku Mhantroufhucio karya Gryft Amaziqueto bukan?”
“ya,
bagaimana kau tahu?” tanya Nikcy
“Sudah
banyak orang yang ingin membaca dan memahami buku itu. Saat mereka datang
mereka selalu mencari daun ungu itu. Dan satu hal lagi, Gryft Amaziqueto itu
adalah leluhurku.”
“Hah?!”
mereka semua ternganga dengan pernyataan Maghenta.
“Kalau
begitu segera tunjukkan di mana pohon itu berada Maghenta..” Pinta Nicky tak
sabaran.
“Panggil
saja aku Magy karena nama Maghenta terlalu panjang. Tidak semudah itu kalian
mendapatkannya, aku harus tau kalian berniat baik atau berniat buruk terlebih
dahulu.”
“kami
melakukannya hanya untuk menolong Shane, tidak ada alasan lain.” Ujar Brian.
“Bagaimana
aku dapat percaya pada kalian?”
Mark meminta pedang Nicky dan Bryan.
Sebenarnya mereka berdua bingung dengan apa yang Mark lakukan, tetapi mereka
menurutinya.
“Ini,
ambilah pedang ini! Dengan begini kami tidak bisa menyakiti ataupun melukai
siapapun bukan?” ujar Mark sambil menyodorkan 2 pedang itu pada Maghenta.
“Baiklah,
aku ambil pedang ini. Tapi tak cukup dengan itu saja, kalian harus bersumpah
untuk tidak mencuri, menyakiti, atau melukai apapun yang ada di hutan ini.”
“baik!”
jawab mereka kompak.
“Jika
kalian melanggarnya, maka kalian akan mati tanpa jejak setelah keluar dari
hutan ini.” Kian dan kawan-kawan sangat kaget dengan kata-kata mereka. Meraka
tidak menyangka kalau nyawa mereka akan hilang jika berani melanggar.
“Baiklah
Magy, kami tidak akan melanggarnya. Sekarang bisa kau tunjukkan di mana letak
pohon itu?”
“Baiklah,
ayo ikut aku!” merekapun mengikuti Maghenta dari belakang kecuali Mark, ia
berjalan di samping Maghenta.
“Magy..”
panggil Mark sambil menatap wajah Maghenta.
“Apa?”
jawab Maghenta. Wajah Maghenta yang tadinya sinis, berubah malu. Warna merah
padam menyelimuti wajahnya ketika ia menatap mata Mark.
“Kamu
tinggal di sini sendirian?” tanya Mark polos
“iya”
“Ayah
dan Ibumu di mana?”
“Aku
tidak punya.”
“kenapa?”
“Karena
Aku lahir dari sebuah bunga yang akan mekar Jika penjaga sebelumnya Sudah tua
dan akan segera meninggal”
“oh..
Enak nggak tinggal sendirian di hutan?”
“enak
nggak enak karena ini sudah tugasku.”
“Aku
yakin kamu sering merasa kesepian. Hy, aku Mark dan itu teman temanku. Yang
perambut pirang berponi itu kian, yang di sampingnya Nicky, dan yang paling
tinggi itu Bryan.” Maghenta hanya tersenyum menanggapinya. Baru kali ini
Maghenta bertemu laki-laki yang begitu hangat seperti Mark. Mungkin Maghenta
telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Mark.
“Pohon
yang paling besar itu adalah frouzhe tree. Daun berwarna ungu ada di dahan
teratas pohon itu.”ujar Maghenta.
“Ayo
kita panjat pohon itu!” seru Kian. Lalu para petualang cilik itu memanjat pohon
itu bersama-sama.
Cukup sulit untuk naik ke atas pohon apalagi
sampai ke dahan teratas, namun akhirnya mereka sampai juga di dahan teratas.
Mark sedang berpegangan pada dahan pohon itu
agar ia tidak terjatuh. Namun, seekor serangga menggigit tangan Mark. Mark yang
merasakan gatal pada tangannya langsung menggaruknya.
“uh,
gatal! Eh, eh, eh, ua!!” Mark berteriak karena ia melepaskan pegangannya dan
terjadut dari atas pohon. “bruk” ian mendarat terlentang di tanah.
Maghenta segera berlari untuk melihat keadaan Mark.
“Mark,
kamu nggak apa-apa?” tanya Maghenta khawatir.
“Auh..
nggak kok, ah!” Mark berteriak saat menggerakkan pinggangnya.
“Sakit
ya? Kamu sih nggak hati-hati.” Lalu Maghenta membantu Mark duduk dan menyembuhkan
sakit Mark dengan sebuah hembusan. Tentu saja itu adalah jurus sihir Maghenta.
“Terima
kasih Maghenta, kamu hebat ya..” Wajah Maghenta menjadi merah padam dan ia
segera merunduk malu.
“Hey kami sudah mendapatkan daun ungu itu!”
seru Kian sambil turun dari pohon itu.
“Sebaiknya kalian cepat keluar dari hutan
ini. Karena setelah kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan, kalian hanya
di beri waktu 15 menit untuk ke luar dari hutan ini. Setelah kalian keluar,
kalian akan melupakan memori tentang aku”
“Bagaimana
kalau kami melebihi batas waktu itu?”
“kalian akan selamanya berada di sini hingga
kalian mati dan tidak akan ada yang menumukan jasad kalian.”
“Kalau begitu ayo pergi teman-teman! Waktu
kita terbatas! Terimakasih Maghenta” seru kian.
“tapi..
bagaimana denganmu? Apakah kamu akan selamanya sendirian di sini?” tanya Mark
dengan wajah sedih.
“iya,
memang sudah begitulah takdirku.. cepat pergi Mark! Sebelum kamu kehabisan
waktu!”
“Tapi,
aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di sini.. kamu pasti akan kesepian..”
Maghenta terharu mendengarkannya, karena
hanya baru kali ini ia bertemu seseorang yang begitu peduli dan
mengkhawatirkannya.
“Sudahlah
Mark.. Cepat pergi...”
TBC
Next Part 7
No comments:
Post a Comment