Wednesday 10 October 2012

THE JENGKOL’S WEDDING

Baiklah - kupersembahkan Jengkol 5 ---- sebelumnya mohon maaf kalau tidak begitu lucu, karena ternyata membuat cerita lucu itu sangat sulit dan haruslah spontanitas, sangat sangat spontanitas ...., hehheehheh - tapi mudah-mudahan masih dinikmati.

ENJOY!!!! and Hope you like it !!!!


THE JENGKOL’S WEDDING

Special episode for Rossie aka Nita Feehily

Rating : K+
Genre  : Drama, Family, Friendship.
Pairing : The Feehily, The Egan’s, and The McCullen’s
Kids : Finnian Egan 5 tahun, Ciaran Egan 10 tahun
Summary : It’s Time For A Wedding  (from one of Supernatural episode’s name)



Ingat adegan ini ?

    “Rossie…, I know I’m not the best man in the world. I know I’m not the easisest person in the world, but I can give you love . I love you so much, and thankyou for everything we have in these past 3 years, you made me as happiest man in the world. So…. So… Rossie McCullen, would you marry me…?”
Rossie berhenti bernafas, jantungnya berhenti berdetak, hanya kedua matanya yang berkedip-kedip tak percaya bergantian memandangi jengkol dan mata Mark yang berbinar gugup menunggu jawaban, Mark benar-benar melamarnya, melamarnya dengan sebutir jengkol !!!
     “Jangan kamu lihat jengkolnya, tapi lihat aku, lihat aku, laki-laki yang mencintaimu dan kamu cintai, yang akan menghabiskan waktu bersamamu hingga maut memisahkan kita.”
Rossie masih berkedip-kedip tak percaya. Ia mulai bernafas, menata emosinya.
    “Rossie….”
Kesemuanya tersenyum menahan luapan bahagia menunggu detik-detik bersejarah ini.
    “Nanny Ross….?” Ciaran tak sabar mendengar jawaban pengasuhnya ini.
    “I DO MAAAAARKKKKK!!!! I DO MARRY YOU !!!!!!” pekik Rossie dengan merebut jengkolnya dari tangan Mark dan langsung mengecup Mark erat.


Oke, itu 5 bulan yang lalu ….., dan sekarang adalah pestanya, …, lebih tepatnya besok pagi …

Bulan November

    “Nte, kalau tante nikah, tante masih jadi Nanny kita, nggak …?” suara lirih Finnin terdengar sedih di pelukan Rossie.
    “Sudah nggak lagi, Finn…,” Ciaran yang berada di samping kirinya menyahut sebelum Rossie sempat menjawabnya.
Wajah Finnian langsung ditekuk,
    “Aku nggak mau Nte Loccie nikah…., aku mau nte loccie tetap jadi nanny kita …., Oom Mark ngerebut Nte Loccie dari kita. Kita sayang, Nte Loccie…, kita nggak mau kehilangan Nte Loccie….” Finnian memperat pelukannya.
Ciaran pun ikut merapatkan tubuhnya memeluk manja pengasuhnya.
Rossie harus tersenyum perih dan haru. Besok adalah hari pernikahannya dengan Mark Feehily, salah satu anggota dari grup Boyband terkenal ‘Westlife’. Dan sebelum ia menjadi milik Mark seluruh dan selamanya, malam ini ia akan meluangkan waktu bersama dua anak asuhnya, putra Kian dan Keavy Egan, sahabatnya sendiri, di kamar pengantinnya yang sudah didekorasi dengan indah.

Didekapnya erat dua tuyul kecil istimewanya yang sudah ia asuh sejak Ciaran berumur 1 tahun, dan Finnian masih bayi merah. Mata Rossie berkaca-kaca, tak menyangka dua bocah badung istimewanya ini begitu menyayanginya. Hell, she loves them too…., siapa yang tidak bisa menyayangi Ciaran and Finnian, the two gorgeous and cute boys from Egan’s Clan. Dikecupnya kepala berbeda warna itu.
    “Kalian tidak akan kehilangan tante, Nte Loccie tetap akan rajin main ke rumah kalian. Tapi mungkin tidak akan sesering dulu lagi.”
    “Karena Nte Rossie, sudah punya Oom Mark…,” timpal Ciaran tipis sendu.
Rossie hanya tersenyum…, “Tapi nte janji, nte akan sering main ke sini, main dengan kalian…., apalagi kalau Oom Mark sdg tidak ada di rumah …”
     “Hoh…, kalau gitu kita doain aja, Oom Mark jarang di rumah,” cetus Finnian langsung dengan polosnya.
     “Heh? Jangan dong, sayang, nanti Tante sendirian,” protes Rossie dengan menahan gelaknya. “Pokoknya Nte janji, Nte akan sering main dengan kalian…”
    “Janji….??? ” Ciaran dan Finnian bersamaan dengan mendongak ke arah Rossie memberikan dua pasang mata kecil berwarna biru keabuan, hasil paduan indah mata kedua orang tua mereka.
Rossie mengangguk berjanji, “Tante janji, sayang ….,”
Senyum indah merekah indahnya di pipi kedua bocah berusia 10 dan 5 tahun itu, terlebih Finnian yang memberikan hiasan dua lesung pipit di pipinya yang sangat menggemaskan. Jujur Rossie tak tega harus meninggalkan mereka, dan tak lagi menjadi pengasuh mereka, tapi kehidupannya harus berlanjut, dan kehidupan selanjutnya adalah menjadi istri Mark Feehily, pria yang sangat dicintainya. Dikecupnya sekali lagi kepala kecil itu.
    “Finn sudah siap untuk bawa cincin tante ?” Rossie memastikannya lagi. Ada harap harap cemas ia mempercayakan Finnian untuk membaca cincin sakralnya. Tapi Mark menginginkan bocah lima tahun ini, yang membawanya, entah kenapa.
Finnian hanya mengangguk, “Siap nte…,”
    “Jangan sampai hilang ya…,”
Finnian hanya kembali mengangguk.
Rossie tersenyum lega. Kembali dikecupnya kepala Finnian.
    “Nte, kita boleh tidur sama tante malam ini ini ….?” tanya Ciaran pelan dengan memelas.
Hati Rossie terenyuh perih, her beloved little angels. Ia harus tersenyum mengangguk, melupakan besok adalah hari besar dalam hidupnya dan dia harus terlihat segar esok hari.
Finnian dan Ciaran tersenyum senang dan semakin mempererat pelukannya, seakan-akan itu adalah pelukan terakhir mereka, dengan memejamkan mata.

   “Ci, Finn, pulang yuk, sayang ….,” suara Keavy menyembul di pintu untuk menjemput kedua putranya. Tapi ia langsung tersenyuh tersenyum dengan dua malaikat kecilnya tertidur pulas di pelukan Rossie.
   “Ssst…., biar mereka tidur denganku malam ini…,” sahut Rossie.
Keavy harus tersenyum, “I wish I can let them, Ross…, tapi besok kau harus bangun pagi dan segar, sementara kau tahu sendiri, bagaimana paginya mereka, terlebih Finnian. Aku harus membawa mereka pulang, karena besok adalah hari istimewamu, dan kau harus terlihat istimewa juga besok.
Rossie tersenyum menyesal dan mengakui.
    “Mereka juga special…,” seraya melirik Ciaran dan Finnian.
    “Sangat special, Rossie…,” Keavy harus tersenyum bangga.
Rossi mengangguk.

    “Kee…,” Keavy memanggil suaminya untuk menggendong salah satu dari mereka.

     “Owh, look at that…,” gumam Kee-an dengan tersenyum simpul menemukan dua putranya telah tertidur pulas di samping kiri dan kanan Rossie.

Perlahan Kee-an mengangkat si sulung sementara Keavy menggendong si bungsu, yang hampir terbangun lagi saat ia mengangkatnya dari pelukan Rossie.

   “Bagaimana Mark…?” tanya Rossie ingin tahu, pada Kian. Ia tahu mereka baru saja mengadakan ‘Bachelor Night’ untuk Mark.
   “Mark? dia baik-baik saja, dan tidak sabar untuk besok,” Kian mengerlingkan matanya, membuat Rossie tersipu tidak sabar untuk besok.

    “Night Ross, sleep tide, and be ready for tomorrow …,” Keavy tersenyum hangat mengecup pipi sahabatnya sebelum ia keluar dengan membawa si kecil Finnian di gendongannya.

Rossie menarik nafas dalam-dalam dengan melihat keluarga kecil bahagia itu keluar. Impiannya selama ini adalah memiliki keluarga yang bahagia seperti yang dimiliki Kian dan Keavy, dan mimpi itu akan segera terwujud dengan keluarga kecil yang siap ia bangun bersama Mark esok pagi.  To be honest, she still couldn’t believe it …., but it will happen tomorrow.
Dengan tersenyum simpul, Rossie memejamkan mata dan mencoba tidur untuk esok pagi


It’s Time for A Wedding

Keesokan Paginya

Seperti biasa kehebohan terjadi di kamar keluarga Egan, seperti yang selalu terjadi di setiap pagi. Akan ada suara tangisan Finnian yang sulit dibangunkan, juga ayahnya yang sama sulitnya dibangunkan di pagi hari, terlebih setelah semalam mengadakan ‘Bachelor Party’ untuk Mark. Tapi bukan Keavy  kalau tidak bisa mengatasi kehebohan pagi. Dan pukul 8 pagi, ketiga pria tampan Egan sudah siap dan rapi, menyambut hari pernikahan Mark dan Rossie.

Acara pernikahnanya sendiri dilaksanakan di sebuah kebun yang cukup luas sesuai dengan keinginan Rossie sendiri yang ingin mengadakan pesta kebun untuk pesta perkawinannya. Sebenarnya agak mengkhawatirkan juga, mengadakan pesta di ruang terbuka di bulan November ini. Selain udaranya sangat dingin, meski matahari bersinar terang, juga ditakutkan akan turun hujan saat tengah hari. Tapi sang calon mempelai telah memilih Bulan November sebagai bulan sakral mereka- jangan tanya kenapa- karena hanya mereka yang tahu.

                Kebun sudah tertata dengan cantik dan manis. Altar, lantai dansa, juga para pemusik yang merupakan pengiring music Westlife di setiap konser mereka, dan seluruh hidangan telah dipersiapkan. Sebagai salah satu panitia pesta dan mendapat kehormatan sebagai ‘Maid of Honor’,  Keavy melihatnya dengan perasaan puas. Ia tersenyum-senyum sendiri, selintas teringat saat dirinya dan Kee-an menikah dulu 11 tahun yang lalu di tebing Strandhill menghadap ke Teluk Sligo. Keavy tersenyum geli mengingatnya. 11 tahun yang lalu, dan lihatlah kini mereka sudah dua punya dua jagoan cilik; Ciaran dan Finnian.

                Pesta pernikahan ini adalah pesta pertama baik bagi keluarga Feehily dan McCullen, mengingat Mark adalah putra pertama dan Rossie adalah putri tunggal, satu-satunya keluarga McCullen. Sehingga mungkin sedikit istimewa bagi kedua keluarga calon pengantin.

                Para tamu sudah tampak berdatangan, yang kebanyakan adalah kerabat dekat keluarga kedua mempelai dan teman-teman mereka. Tapi tetap saja wartawan dan majalah-majalah, ingin ikut meliput. Merepotkan saja.
                Terlihat Shane dan Gillian bersama Gilles dan Tara, juga bersama Tante Mae dan Oom Peter dan orang tua Gillian. Kemudian Nicky yang sudah pasti datang bersama Gina dan si kembar Nicole dan Gerry, juga Tante Yvonne dan Oom Nicholas. Terakhir adalah orang tua Kee-an dan Keavy; The Egan dan The Collins.

Mendekati acara dimulai, Keavy kembali ke kamar pengantin memeriksa Sang mempelai Wanita.

   “Rossie, kau sudah siap,” Keavy menyembulkan kepalanya di pintu kamar.
Rossie berputar memberikan wajah berbinar bercahaya. “Yes, I am…,” dengan senyum mengembang di wajah cantiknya, hingga Keavy tepesona melihatnya.
    “God, look at you, you are so beautiful, Ross…” Keavy tersenyum kagum. “Mark pasti akan terpesona melihatmy
    “Thankyou,” dengan tersenyum sipu, dengan perasaan bahagia membuncah di dada.
    “Nte Loccie !!!” tiba-tiba Finnian menyelonong masuk, tapi dengan sigap Rossie mendekapnya.
    “Aku sudah siap, Nte…,” dengan mendongak memberikan dua mata indah polosnya dengan tersenyum menggemaskan. Dua lesung pipit menghiasi kedua pipinya.
    “Sudah siap? Kalau begitu keluar sekarang, Finn sudah siap dengan keranjang bunganya ?
Finnian mengangguk pasti.
     “Cincinnya ?” Rossie memastikan dengan cemas.
Finnian merogoh sakunya dan mengambil benda kecil yang diberikan ayah dan pamannya tadi.
     “Ini bukan Nte ?” seraya mengacungkan tinggi tinggi agar dapat dilihat Nte Rossie.
Rossie menarik nafas lega dengan tersenyum.
      “Iya sayang, itu cincinnya, dijaga baik-baik ya ….”  seraya gemas mengecup Finnian.
Finnian mengangguk dengan tersenyum lebar dan dimasukkan cincinnya ke dalam keranjang bunganya.
Rossie menghela nafas da, “Yuk,” dengan menggandeng anak asuhnya keluar kamar bersama Keavy.

    “Oke, ayo kita mulai!!” suara pengatur acara terdengar sampai ujung koridor.

Dengan segera barisan pendamping pengantin merapikan diri dan mulai keluar menuju tempat pemberkatan. Keavy dan Kian berada di barisan pendamping pengantin, bersama dengan Shane dan Gillian.

Menyusul di belakangnya Mark yang diapit oleh kedua orang tuanya; Marie dan Oliver Feehily, menuju altar pemberkatan.

Dan kami pun merapikan diri dengan berjajar di samping kiri dan kanan pastur. Mark berdiri di samping Kian dan Shane, sementara kedua orang tuanya menempati tempat duduk barisan terdepan.

Kian tersenyum menggoda Mark yang terlihat sangat gugup dan wajahnya sudah merah semu. Beberapa kali ia membasahi bibir tebalnya hanya untuk mengurangi kegugupannya.

    “Tenang, Mark, semuanya akan berjalan lancar….,”bisik Kian mencoba menenangkan sahabatnya.
   “Mudah-mudahan. Aku belum pernah nikah sebelumnya soalnya …,” balas bisik Mark dengan polosnya.
Kian melempar pandangan pada Shane yang sudah terkikik dengan sahutan polos Mark tanpa sadar.
    “Kita semua belum pernah ada yang nikah dua kali,” lanjut Kian keki.
Mark melirik Kian kebingungan, “Huh?”
    “Ah… sudahlah _” Kian menyerah, memang agak lama nyambungnya kalau bicara dengan Mark. Tapi untunglah terdengar kemudian suara denting piano yang menandakan prosesi pemberkatan akan dimulai .

Senyum Kian dan Keavy merekah bangga dengan keluarlah Finnian  bersama Michelle, sepupu Mark yang masih balita sebagai sepasang malaikat kecil penabur bunga berjalan di atas karpet merah dengan menebar serpihan bunga segar berwarna warni, seiring dengan alunan musik pernikahan yang akan mengiringi Sang pengantin wanita keluar.

Dan menyusul di belakangnya Rossie yang diantarkan oleh ayahnya, James McCullen.

Mark langsung menegang dengan senyum mereka di sana. Pandangan tak lepas dengan sosok cantik berbalut gaun pengantin yang sedikit menyerupai mantel, hanya jauh lebih elegan.

    “Dia cantik sekali ….,” desis Mark terlepas.
    “Yup….,” Shane dan Kian menjawabnya dengan bersamaan.

Semakin dekat, semakin jantung Mark tak karuan. Beberapa kali Kian bisa mendengar Mark mengatur nafasnya untuk mengurangi kegugupannya.

    “Breath Marky, Breath ….”
   “I’m breathing, Kian!” ketus Mark dengan suara pelan.
Kian harus menahan tawanya. Well, tidak bisa menyalahkannya juga. Ia pun merasakan hal sama dulu 11 tahun yang lalu, saat menikahi wanita cantik bernama Keavy yang kini telah memberikan dua putra yag lucu-lucu.

Musik pengantin berhenti bertepatan dengan Rossie telah mencapai altar dan Rossie diserahkan oleh ayahnya kepada Mark, sang calon suami.

    “Siapa yang menyerahkan wanita ini untuk menikah?” tanya sang pastur.
    “Saya,” James McCullen menjawab pasti dengan tersenyum haru.
Pastur mengangguk dan kembali pada sang mempelai, bersiap melaksanakan sakramen pemberkatan ini.

    “Dearly beloved,” suara pastur mulai terdengar “We are gathered together here to join together this woman and this man in holly matrimony which is an honorable estate. If anyone should show just cause, why they may not be joined together in holly matrimony, speak now, or forever hold your peace.”

Hening sesaat, tanpa ada yang bersuara.

Pastur tersenyum dengan leganya.
    “Baiklah, mari kita lanjutkan. Nah, cincinya…?”

Mark langsung teringat, “Oh, ya, cincinya,” seraya merunduk pada Finnian, “Cincinnya Finn….?” dengan tersenyum penuh semangat.

Finnian merogoh sakunya, tapi langsung terbaca ada yang tidak beres, terlebih dengan Finnian tidak menemukan apa yang ia cari, dan mendongak pada pamannya
    “Nggak ada…. Dadda, cincinnya nggak ada !”
    “Heh?” Mark langsung pucat. Rossie pun langsung gugup.
    “Tadi sudah Finn simpan baik-baik kan?” Rossie hampri tak dapat menahan kegugupannya dan langsung membuat takut Finnian dengan suara bernada marah.

Sontak para hadirin, tamu, juga pastur ikut tegang dengan tidak adanya cincin sebagai symbol pengikat pernikahan ini.

Kian langsung mensejajarkan diri dengan Finnian, Mark pun ikut merendah. Keavy pun ikut menghampiri putra bungsunya.
    “Finn simpan di mana tadi cincinya…?” Kian dengan sangat hati-hati tidak ingin menakuti  putranya.
    “Di sini ….,” menunjuk sakunya yang tidak berisi apa . Bibirnya mulai bergetar.
    “Di dalam keranjang bunga?” Tanya Mark penasaran.
Disibaknya bunga-bunga warna warni yang tersisa di dalam keranjang, beraharap penuh cicin emas putih bertahtahkan berlian senilai harga mobil terbaru, menyembul dari sana.

Tapi tak ada.

    “Tidak ada…”
Rossie semakin pucat. Ingin ia melancarkan kemarahannya, tapi tidak tega, karena yang menghilangkannya bocah kesayangannya dia. Yang ada ia hampir terkena serangan asma mendadak yang tak tahu dari mana sumbernya, karena dia tidak memiliki riwayat sakit asma sebelumnya.

HOSH HOSH HOSH!!   - susah payah Rossie bernafas dengan sesak di dadanya.

Mark langsung menggenggam tangannya Rossie menenangkan. “Tenang, sayang … tenang, nafas pelan-pelan.
Rossie mengikuti irama Mark bernafas….

Wajah kecil Finnian mengerut ketakutan melihat nanny kesayangannya. Nanny marah besar. Cincinnya hilang. Bibirnya semakin bergetar, matanya berkaca-kaca siap menangis.
Kian langsung menggendong putra bungsunya yang siap meledak menangis.
Dan benar saja, Finnian meledakkan suara tangisnya.
    “Mark, Rossie, kami sangat menyesal, nanti kami ganti cincin kalian, mohon maaf semuanya!” seru Kian penuh penyesalan sebelum keluar meninggalkan prosesi pemberkatan yang belum dimulai, ia harus mengamankan Finnian dulu, sebelum tangisannya membuat keruh suasana.
Ciaran langsung menyusul ayah dan adiknya keluar.

Mendengar tangisan Finnian, lutut Rossi lemas semua. Dadanya semakin sesak, hidungnya perih, matanya muali berkaca-kaca dan siap ikut menangis. Tidak percaya ini terjadi pada pernikahannya. Belum, dia belum menikah. Dan tanpa ada cincin, ia belum dapat menikah. Air matanya mengalir di pipinya.

Keavy langsung melepaskan cincin pernikahannya dan diberikannya pada Mark.  “Pakai ini dulu, Mark.”
    “Heh ….?” Mark terkaget.
    “Untuk sementara…., yang penting sekarang ada cincinnya dulu. Kalian menikah saja dulu, sekarang.”
    “Oh, Oke…,” diterima cincin itu. “Ross…., kita nikah, ya….,”nadanya sangat memohon .
Keavy menggenggam tangan Rosie yang sudah merah matanya karena menangis.
    “Aku sangat minta maaf, Ross, sungguh…, tapi jangan menjadi halangan. Kalian harus tetap menikah, ya.
    “Ross….” panggil Mark.
Rossie menengok pedih cincin yang dipegang Mark. Itu bukan cincin yang dibeli Mark untuknya, itu cincin yang dibeli Kian untuk Keavy, itu cincin pernikahan Keavy, bukan cincin pernikahannya ! Sesak ia melihatnya.
Tapi pandangan memohon Mark dan mata memohon maaf Keavy tak dapat ia tahan, dan akhirnya mengangguk, yang langsung melegakan para hadirin.

Diusapnya air matanya dan meninggalkan guratan merah dari blush on  yang tekena air. Keavy ikut membantu dengan mengusapnya memakai tissue.

    “Aku benar-benar minta maaf, sayang ….,” tak ada kata yang cukup terucapkan untuk mengungkapkan penyesalannya, putranya menghilangkan cincin pernikahan sahabatnya.
Rossie hanya mengangguk.  Ditariknya nafas dalam-dalam untuk mengatur segala emosi yang berkecamuk di dalam dada, dan kembali pada Mark yang sudah tersenyum dengan gugupnya.

   “Bagaimana, bisa kita lanjutkan?” tanya sang pastur hati hati.
Rossie mengangguk lirih, sementara Mark mengangguk pasti dengan menggenggam erat tangan calon istrinya .

   “Baikklah, kita mulai lagi.
   “We are gathered together here to join together this woman and this man in holly matrimony which is an honorable estate. Mark will you take Rossie to be your wedded wife? Will you love her, comfort her, honor her, and keep her in sickness and in health until death do you part?”
    “Yes, I will”
Sang pastur beralih pada Rossie.
    “And you, Rossie, will you take Mark to be your wedded husband? Will you love him, comfort him, honor him, and keep him in sickness and in health until death do you part?”
    “I will.”
Sang pastur tersenyum. Ia kembali pada Mark.
    “Pasangkan cincinnya dan ikuti ucapan saya : I, Marcus Michael Patrick Feehily, take Rossie Pretty McCullen, to be my wedded wife, to have and to hold, from this day forward, for better for worse, for richer for poorer, in sickness and in health, until death do us part.”
Mark mengikuti ucapan pastur tanpa kesalahan maupun keraguan sedikitpun dengan mata menatap Rossie.
Ia beralih pada Rossie, “And you Rossie,
    “I, Rossie Pretty McCullen, take Marcus Michael Patrick Feehily, to be my wedded husband, to have and to hold, from this day forward, for better for worse, for richer for poorer, in sickness and in health, until death do us part.”
Dengan tersenyum malu, Rossie mengikuti janji itu tanpa keraguan dan kesalahan.
Sang pastur tersenyum, “By the power vested in me, I now pronounce you husband and wife. You may now kiss your bride.”
Senyum sungging mereka di bibir mereka berdua. Dibukanya kerudung Rossie dan ia menciumnya penuh kebahagiaan.
    “I love you Ross …”
    “And I love you too, Mark ….
    ”Well, I pronounce you, Mr. and Mrs Feehily!” seru sang pastur bahagia.

Sorak para hadirin menyambut pasangan baru kita, Tn. dan Ny. Feehily. Kejadian hilang cincin seakan terlupakan sejenak  dengan kebahagian pengantin baru kita yang telah sah secara hukum dan agama.

******

Kian bergumam, menyanyikan sebuah lagu menenangkan yang biasa ia nyanyikan untuk Finnian. Kepala kecil Finn berada di dadanya seakan tidak ingin lepas dari pelukan pelindungnya. Ciaran duduk menemani adiknya.  Tiga pria Egan itu duduk dalam sebuah kursi ayunan berkanopi bunga-bunga biru. Kaki Kian mengayunkan berirama kursi ayunan itu.

Sudah hampir setengah jam mereka duduk di sana, belum ada suara yang keluar dari bibir Finnian setelah berhasil meredakan tangisnya. Yang ada hanya kepala bersandar, dan tangan kecilnya memainkan kemeja putih mahal ayahnya.
Kian menunggu dan Ciaran pun menunggu.
Agak berbeda dengan Ciaran jika sedang merajuk, Ciaran akan meledakkan amarahnya hingga berjam-jam dengan berteriak dan menangis, sementara Finnian hanya menangis keras sebentar lalu dilanjutkan dengan diam tak bersuara hingga berjam-jam, tergantung keberhasilan mereka untuk membuatnya tersenyum lagi.
Ok, Kian tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kesalahan pada anak berusia 5 tahun, karena itu ia hanya bisa menenangkan Finnian, dan akan segera menyelesaikannya dengan Mark dan Rossie nanti.

    “Eh, Finn, nanti naik kuda yuk…., boleh lama kok naiknya…, ya kan dad?? Dadda nggak akan marah, kan?” Ciaran mencoba membujuk adiknya untuk yang kesekian kalinya.
    “Yup,” sahut Kian pasti, “Dadda nggak akan marah.”
Tapi tidak ada reaksi dari Finnian, hanya gelengan kepala.
     “Mhmmm….., boleh maen bajak laut lagi, Finn….” Lanjut Ciaran tak menyerah
Finnian menggeleng lagi.
    “Ngn….., makan es krim yang banyak! Boleh kok Finn…”
    “Erghmm,” Kian langsung mengingatkan dengan menggeleng, “Batuk Ci …”
    “Oh….,” Ciaran terkatup. “Nggak boleh banyak-banyak makan es krim, Finn, bisa batuk katanya…”
Kian harus tersenyum geli.
    “Ng…..” Ciaran memutar otak lagi bagaimana bisa meluluhkan hati adiknya kalau sedang begini. JUjur, dia benci kalau liat adiknya merajuk begini. Artinya itu nggak bisa liat lesung pipit adiknya yang menawan!!!! Siksaan tau nggak!

GUK

Perhatian mereka teralihkan pada anjing retrover milik mereka.

    “Shelby …,” Ciaran langsung menyambutnya. “Finn lagi ngambek tuh …,” dengan membelainya gemas.

GUK

Kian tersenyum melihat anjing peliharaan keluarga yang ia beli saat ulang tahun Ciaran yang ketiga dulu, dan anjing itupun masih berbentuk puppy berumur 3 bulan, kini Shelby sudah setinggi Finnian.
Tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada benda mengkilat di atas rerumputan tepat di bawah mulut Shelby.

   “Eh apa itu,” Kian langsung memungutnya, dan memeriksanya. Agak basah…
Jantungnya langsung berhenti, ini kan ….???

Terdengar dari kejauhan sorak sorai tamu menyambut pengantin baru kita. Acara Pemberkatan telah selesai.

    “Ci…., cincinnya Tante Rossie nih ….”
   “Huh ? kok bisa ada di sini ….?”
Kian memperhatikan Shelby yang memperhatikan majikan kecilnya di pangkuan dengan wajah sedih.
    “Sepertinya cincinya terjatuh, dan diketemukan Shelby….”
    “Lalu Shelby mencari Finn…?” Ciaran melengkapi perkiraanya.
   “Sepertinya begitu…, “ Kian beralih pada Finnian, “Finn, cincinnya Tante Rossie ketemu, Shelby yang menemukannya ….” dengan tersenyum hangat,
  “Huh?” Finnian langsung menoleh dan melihat cincin di tangan ayahnya. Diliriknya Shelby yang disahutin oleh gonggongan
Tanpa pikir dua kali, Finnian langsung bangun, dan KIan segera Finnian . Begitu kakinya menginjak rumput, Finnian lansung melesat lari menuju Tante Rossie

    “NTEEEEE LOCIIIIEEEEE!!!!!!!!” pekik Finnian dengan berlari.

Rossie harus menahan nafas dengan suara cempreng yang dulu menjadi pelipur laranya, tapi untuk hari ini,ia belum ingin mendengar suara cempreng itu, terlebih sosok kecil itu berlari menujunya.

Mark langsung menggenggam tangan Rossie untuk meredam segala kemungkinan emosi yang keluar tak terkendali dari istrinya ini.

    “NTee…., cincinnya ketemu !!!!!!” pekiknya lagi
   “Heh!!??” Rossie terkaget dan tanpa pikir dua kali, ia langsung menyincing gaunnya dan berlari menyambut Finnian.

    “CIncin tante!!” Finnian mengacungkan cincin itu begitu Tante Rosse berlutut di hadapannya.
Rossie langsung menerima dan memeriksanya. Ada inisial R <3 M Forever .
Senyum langsung merekah dan spontan mengecup pipi Finnian erat-erat.
    “Maafin Finn!!” serunya kembali menangis dengan memeluk erat tantenya.
Rossie langsung memeluk erat bocah 5 tahun yang tahun sudah sangat ketakutan.
    “Maafin nte juga, sayang,” seraya menenangkannya.

Rossie langsung memakainya, setelah melepas dulu cincin mulik Keavy, dan menggantinya dengan miliknya.
Tapi kok basah ?
   “Kok agak basah, ya, Finn…?”
   “Tadi kena ludahnya Shelby, Shelby yang nemuin nte …” sahutnya lirih masih di pelukan Tantenya.
Rossie langsung pucat, dan menelan ludah sendiri. DIliriknya cincin indah di jarinya. Terbayang benda cantik ini berada di mulut anjing besar itu. Tapi langsung ditepisnya. Ah, tidak apa, yang penting ketemu cincinya. Ditepisnya rasa jijiknya, tinggal cuci tangan nanti.
   “Terima kasih ya sayang…,” dikecupnya sekali lagi Finnian.
Finnian mengangguk dan menguatkan pelukannya.

Tahu Finnian belum mau lepas, akhirnya Rossie bangkit dengan menggendong Finnian.

Kesemuanya langsung tersenyum lega dengan adegan indah yang sangat mengharukan ini. Kian menjelaskan semuanya pada Mark, dan ia mengerti.

      “Aku benar-benar minta maaf, Mark…,” sesal Kian.
      “Sudahlah, toh, cincinnya sudah ketemu dan aku sudah sah menjadi suaminya. Semua termaafkan. Terima kasih pada cincin mu, Ki…, hehehee”
     “Heh?”
     “Keavy meminjamkan cincinya sebagai pengganti cincinku,” Mark nyengir.
     “Oh….hehehehehe,” seraya melempar pandangan pada sang istri tercinta, dan Keavy tersenyum dengan sangat cantiknya.

                Lepas dari kejadian itu, pesta berjalan dengan lancar. Dilanjutkan dengan sesi foto. Foto keluarga, foto seluruh keluarga westlife bersama krucil-krucilnya, foto sang pengiring pengantin, dan hingga foto sang pengantin baru.
Selepas sesi foto, mereka pun bersenang-senang. Mereka bernyanyi dan menari bersama, juga menikmati sajian yang ada, dan ternyata didominasi dengan aneka macam masakan jengkol kegemaran Mark. Agak memusingkan juga dengan aromanya, tapi apa boleh buat, Tuan Rumah yang memilihkan menu …. – Tapi tidak hanya itu, sajian makan kelas hotel berbintang pun ada, termasuk Chocolatte Fontain yang menarik mata, terlebih anak kecil. Termasuk di antaranya Finnian yang tidak beranjak dari meja itu hanya untuk menjilati coklat segar dan manis itu dengan kedua tangannya. Ciaran asyik dengan segala maca patisserie yang memikat matanya dengan topping gula berwarna kesukaannya.

Hingga terdengar suara alunan semangat dari biola dan flute yang langsung memancing para tamu dan kerabat untuk menari bersama, dan stage datar yang lebar dan luas, yang memang disediakan untuk arena menari.

Rossi siap mencincing gaunnya dan mulai menghentakkan kakinya untuk memulai menari, saat tiba-tiba Finnian menubruk memeluknya dari depan dan meninggalkan noda coklat lebar di bagian bawah gaun Rossie dari tangan kecilnya yang penuh noda coklat.
Rossie sudah siap untuk marah tapi terleburkan dengan seringai senyum tanpa dosa Finnian yang mampu meluluhkan hati besi manapun.
   “Ah, sudahlah, kita nari, saja Finn,” dengan tersenyum lebar, diraihnya tangan kecil Finnian untuk ikut menari bersama.

Melihat Finnian ikut menari dengan Nte Rossie …, Ciaran ikut bergabung. Diikuti Mark sang pengantin pria, hingga akhirnya semuanya ikut menari bersama, menarikan tarian tradisional Irlandia yang selalu ada di setiap acara pernikahan. Tarian yang menggembirakan.

Mereka kelelahan saat alunan musik tarian itu berakhir. Gelak tawa bahagia terdengar dengan renyah dari mereka semua. Hingga tiba-tiba terdengar dentingan piano lembut mengagetkan Rossie. Ia menoleh ke arah sumber suara dan harus tersenyum kulum dengan Ciaran duduk di sana menarikan jari lentiknya di atas tuts hitam putih. Sebuah intro lagu yang amat dikenal dan disukai Rossie terdengar indah. Rossie takjub dengan kepandaian anak asuhnya ini dalam bermain piano, tapi jika sang ayah adalah seorang Kian Egan, sepertinya tidak mustahil.

Dan lebih indah sebuah suara masuk dalam baitnya .

   “If I had to live my life without you near me, the days would all be empy, the night would seem so long,” suara indah Mark langsung menggetarkan hati Rossie. Rona semu merah terpancar di pipi Rossi saat Mark terus tak lepas menatap mata istrinya kitu, dengan perlahan berjalan mendekatinya.
   “With you I see forever, oh so clearly I might have been in love before. But never felt this strong.
   “Our dream are young and we both know they will take us where we want to go. Hold me, touch me now, I don’t want to live without you,”

    “Nothing's gonna change my love for you,” ketiga sahabatnya, Kian, Shane dan Nicky, langsung masuk reff bersama. “You ought to know by now how much I love you. One thing you can be sure of. I'll never ask for more than your love. Nothing's gonna change my love for you. You ought to know by now how much I love you. The world may change my whole life through. But nothing's gonna change my love for you.

    “If the road ahead is not so easy,” Kian masuk di baik kedua, saat Mark telah mencapai Rossie dan mulai berdansa berdua. “Our love will lead a way for us, like a guiding star.”
   “I’ll be there for you if you should need me,” Nicky melanjutkan baitnya. “You don’y have to change a thing, I love the way you are.”
    “So come with me and share the view, I’ll help you see forever too,” Shane melanjutkan. Hold me now, touch me now, I don’t want to live without you.
    “Nothing's gonna change my love for you,” kali ini hanya Mark seorang yang menyanyikan reff kedua, dengan lekat memandang Rossie. “You ought to know by now how much I love you. One thing you can be sure of. I'll never ask for more than your love.

Jantung Rossie tak karuan mendapat pandangan maut seorang Mark Feehily yang kini telah resmi menjadi suaminya. Masih belum dapat mempercayainya, Mark kini adalah SUAMINYA --- HOOOOOHHHHH !!! Tergelar kembali saat pertama kali bertemu dengan dia 3 tahun yang lalu, berkat Keavy sahabatnya. Tidak ada yang menyangka mereka akan bersama, tidak ada yang menyangka mereka bertahan tetap bersama hingga tingga tahun lamanya, dan Mark tidak pernah bepaling dari dirinya sekalipun. Rossie hanya bisa tersenyum sipu dan meleleh dengan lagu yang dinyanyikan pangeran hatinya, meski jujur ia sedikit menahan nafas dengan aroma jengkol yang terasa mengiringi nyanyian Mark, karena sudah tidak diragukan lagi, Mark telah berpesta dengan menu jengkol kegemarannya di hari istimewanya ini. Tapi mau bagaimana lagi, inilah Mark dengan jengkolanya, Mark yang akan cintai selamanya bersama jengkolnya.

    “Nothing's gonna change my love for you. You ought to know by now how much I love you. The world may change my whole life through. But nothing's gonna change my love for you,” Mark mengakhirinya dengan sangat indah.
    “I love you, Rossie McCullen…”
    “and I Love you too, Mark Feehily,” menyambutnya mesra dan diakhiri dengan kecupan hangat.
Sorak para tamu menyambut mereka, membuat mereka tersenyum malu.

    “Ng… Mark…, berapa porsi jengkol yang sudah kau habiskan?” bisik Rossie menahan geli.
    “Huh…, nggak banyak kok…, baru 5 porsi,” dengan polosnya, dan kembali mengecup istrinya.
Rossie menelan ludah, sudah 5 porsi??? Tanpa pengawasannya??? Teringat dengan insiden kejengkolan yang lalu ….
    “Mark ….?”
    “Yea, Say…? GLEK …..aduuuuuhhhh, perutku !!!!! Maaf, saaayyy!!!!” tanpa boleh ada halangan, Mark melesat bak roket menuju toilet terdekat meninggalkan Rossie yang tergugu dengan wajah merah di hadapan para tamu.
Mata Rossie menyapu para tamu yang terheran dengan aksi tiba-tiba Mark, tapi tidak dengan ketiga lads dan istri mereka. Mereka hanya tersenyum kulum menahan tawa yang siap meledak.

Tiba-tiba ada yang menarik gaunnya dari belakang.  Rossie menoleh ke belakang, dan terpaku merah padam dengan Ciaran yang tanpa dosa menyodorkan sepiring jengkol di hadapannya.
    “Tante mau jengkol ???” dengan senyum menyeringai.
GLEK!    “CIARAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”


TAMAT !!!!


---- hehheheehehe mohon maaf jika tidak lucu ….. eheehhehee- semoga masih bisa dinikmati. J


NITAAAAAA, YOU CAN KILL ME NOWWWWW !!!!!!!!! *KABUUUUUURRRRRR

No comments:

Post a Comment