Author : Keavy Egan
Warning
:
Oke, sebelum ada yang protes, aku tahu Hari Nasional
Irlandia adalah St. Patrick Day atau Hari Santo Patrick yg dirayakan setiap
tanggal 17 Maret , dan sama sekali tidak ada hubungan dengan perayaan
kemenangan bangsa Irlandia yang terbebas dari jajahan bangsa lain. Dan Perayaan
St. Patrick Day, biasanya dilakukan dengan parade turun ke jalan, dengan
membawa gambar daun semanggi berhelai tiga warna hijau. Tapiiiiii, boleh dong
aku buat perayaan St. Patrick dibuat ala 17 Agustusan kita, toh tanggalnya
sama, (suwer baru nyadar kalau memang sama), hanya bulannya yang beda
hehehehe…..
Mau tahu bagaimana ceritanya ? Mari kita baca sama-sama :D
Rating : K+
Genre : Humor
Pairing : Keavy & Kee-an Egan, Gillian & Shane Filan, Georgina & Nicky Bryne, Mark Feehily & Rossie McCullen.
Kids : Finnian Egan 5 tahun, Ciaran Egan 10 tahun, Gilles Filan 9 Tahun, Tara Filan 3 tahun, Nicole – Gerry Byrne 10 tahun.
Summary : sudah ada di Warning … hehhehehe
*******
17 Maret
Kediaman Kel. Egan
“Dadda, bunga
api roketnya belum dipasang ….,” Finnian mengingatkan lagi, tak lepas matanya
memperhatikan ayahnya yang tengah memasang rumbai-rumbai berwarna warni di
sepedanya yang kini sudah berbentuk pesawat roket.
“Iya,
sebentar, nak…,” penuh kesabaran tingkat tinggi Kee-an menanggapi si bungsu
yang sudah tidak sabar dengan pesawat roket barunya.
“Punya kakak
sudah jadi ….,” lanjut Finn dengan melirik sepeda milik kakaknya yang kini
lebih mirip dengan seekor kuda.
“Iya, karena
punya kakak lebih mudah membuatnya….” Kee-an menyahut dengan super sabar.
“Ooooo…,”
Finnian manggut-manggut.
“Okeh, mana
bunga apinya, Finn,” Kee-an akhirnya dengan menoleh pada Finnian.
Finnian langsung mengambil bunga api berwarna merah
oranye yang terbuat dari kertas karton besar, lalu memberikannya pada ayahnya.
Dengan hati-hati Kee-an memasangkan bunga api itu di
bagian belakang ‘pesawat roket’ berwarna abu-abu metalik, Finnian. Kalau sampai
gagal dan harus membuat lagi, tidak hanya dirinya yang kesal sendiri tapi juga
ia akan mendengarsuara tangis Finn yang yakin tidak akan berhenti hingga esok
hari, karena gagal ikut Parade Lomba Sepeda Hias memperingati Hari. St.
Patrick.
Kee-an harus menarik nafas lega, saat ia berhasil
memasang ekor bunga apinya dengan sukses.
“Sudah
selesai Finn,” Kee-an tersenyum dengan leganya, sementara Finnian tersenyum
takjub dengan pesawat roketnya.
“Bagus ya,
dadd…?”
“Yup, bagus
sekali, Finn,” Kee-an pun tak menyangka dapat menyulap sepeda roda tiga Finnian
dengan sedemikian rupa menjadi bentuk pesawat roket yang menakjubnya. Juga
telah merubah sepeda Ciaran menjadi bentuk seekor kuda, meski pastinya Ciaran
akan lebih memilih naik kuda betulan daripada kuda jadi-jadian! Tapi untuk
kedua putranya yang sangat ia banggakan, ia akan memutar otak dan menjadi
cerdas untuk bisa membahagiakan mereka dan menjadi ayah kebanggan mereka.
“Aku pasti
menang, kan, dad?” dengan merangkul leher ayahnya.
“Pasti
menang, Finn,” dengan tersenyum mendukung.
Finnian senang mendengarnya dan tersenyum bahagia pada
ayahnya.
“Finn….,
mandi yuk, sayang…, sudah sore, nanti ketinggalan paradenya ….” suara maa
terdengar dari jendela dapur.
“Hoh…, mandi
….? Kakak sudah mandi belum, maa ?”
Keavy harus tersenyum, “Sudah sayang, kakak sudah
mandi dan sudah siap, sekarang tinggal Finn yang mandi….”
Finnian menengok ayahnya, “Mandi sama dadd ya ….?”
Kee-an harus tersenyum, “Okey, mandi sama dadd….,”
seraya bangkit dengan menggendong Finnian masuk ke dalam rumah.
“Maaaaaaa, Finn
mandi sama dadd, yaaaaaa,” seru Finn saat melewati ibunya di dapur.
“Okey,
sayaaanng….,” Keavy harus tersenyum geli melihat bungsunya yang memang lebih
senang bersama ayahnya. Dan untungnya juga, jadi ia masih memiliki waktu untuk
menyiapkan Cupcake dan brownies cakenya yang akan dibawa ke bazaar sore ini. Dengan
tidak adanya Rossie yang juga sibuk dengan bawaannya sendiri, Keavy harus
mempersiapkan semuanya sendiri. Sudah menjadi tradisi bahwa saat perayaan St
Patrick, diselenggarakan juga pesta rakyat yang menggelar aneka lomba menarik
untuk anak, khususnya yang paling istimewa; parade lomba sepeda hias anak, dan
bazaar murah yang menyajikan aneka makanan dan minuman yang menarik. Dan tentu
Keavy turut serta dan akan menjual Cupcake dan brownies andalannya. Siapa tahu
jika banyak peminatnya akan menambah rasa percaya dirinya membuka Keavy Pastry
– ‘hadoh, setelah buka ‘KeavyCorner
sekarang mau buka ‘KeavyPastry’ siapa yang jagaaaa….???
Tidak hanya dirinya yang ikut serta dalam pesta rakyat
ini, tapi juga para keluarga Westlifer lainnya; Gillian, Georgina, dan juga
calon istri Mark; Rossie. Ini akan sangat meriah!!
“Maa, aku
sudah siap….kapan kita berangkat? ” seruan indah pria kecil berusia 10 tahun,
membuat Keavy mendongak dari konsentrasinya menyusun cupcake di dalam kotak
display. Dan ia harus terpana melihatnya.
“My Little White Prince….,” desisnya tak sadar penuh kekaguman, terlebih dengan
sosok Ciaran yang sudah terbalut dengan baju ksatria tahun 1600-an, sangat pas nanti
saat menaiki ‘kuda hitam’ menyelimuti sepedanya.
Senyum Keavy
merekah indahnya, dan langsung melap tangannya, lalu mendekati putra sulung
yang terlihat sangat gagah dengan balutan kostum King Arthur lengkap dengan
pedang Excalibur-nya.
“May I kiss your hand, your
majesty….,” Keavy
pura-pura merunduk layaknya seorang hamba sahaya.
Ciaran tersenyum lalu mendongakkan kepalanya sedikit
dan mengulurkan tangannya pada ibunya ala seorang raja.
Keavy dengan santun mengecup tangan kecil putranya.
“And how may I served you, your majesty ?” lanjut
Keavy.
“Mmhmmm, just bring me three pieces
of cupcakes on my basket.”
“Only three, your majesty?” Keavy pura-pura terkaget, “You may have a dozen, if you like, Milord,”
Senyum Ciaran langsung merekah di wajah tampan
kecilnya, Keavy tersenyum dengan gemasnya, dan tak dapat menahan lagi untuk memegang
kedua pipi Ciaran dan mengecup kanan kirinya dengan gemas.
“Ci
boleh bawa sebanyak yang Ci mau ….” Keavy meyakinkan putranya.
“Dua lusin
boleh?” Ciaran menawar nakal.
“Boleh….”
Senyum Ciaran semakin merekah indah, “Awesome!”
“Eh, siapa
yang mau dua lusin cupcakes?” protes seseorang tiba-tiba dari arah tangga.
Keduanya menoleh pada sumber suara. Kee-an menggandeng
Finnian turun yang sudah terbalut kostum astronot pesawat ulang-alik berwarna
metalik lengkap dengan helm futuristiknya.
“Owh, look at my little
gorgeous astranout …, how you doing, Sir ?” Keavy menyambut si bungsu dan membuat Finnian tersipu malu, memamerkan
dua lesung pipitnya.
“Dua lusin dadd, satu lusin buat aku, satu
lusin buat Finn,” alih Ciaran langsung, sebelum ada protes lanjutan dari
ayahnya, karena ia tahu, ayahnya suka sekali dengan Cupcakes ibunya.
“Finn nggak
boleh bawa cupcakes banyak –banyak, 5 cukup!” Kee-an keki.
“Tapi dadd,
kata maaa boleh kok….”
“Nggak
boleh, kalau akhirnya nanti Ci sakit perut kebanyakan makan cupcakes,” Kee-an
tetap bersikukuh. “Bawakan 15 saja, Keav…”
“Tap….”
Senyum nakal ayahnya sudah langsung menghentikan kalimat
tak terselesaikan Ciaran.
“Aaaah, dadda
sentimen sama aku, karena aku minta dibikinin kuda….” cibirnya merajuk
menggemaskan.
“Heh….! Apa
Ci….!!??” Kee-an teramat sangat tidak terima dibilang sentimen.
Tapi belum sempat Kee-an melancarkan protesnya, Ciaran
sudah kabur dengan menarik adiknya keluar, dengan alih-alih mau masukin ‘kuda’
dan ‘pesawat roket’ ke bak mobil.
“Sssshhhh,
sabar-sabar….,” Keavy mengelus-elus dada suaminya yang siap ngomel-ngomel diledekin putranya. Memang selalu begini perang antara
Kee-an dan Ciaran, dan seringnya Kee-an yang kalah.
Kee-an mengatur nafasnya dengan pasrah….
“Mimpi apa
kita, punya anak seistimewa itu, Keav?” tanyanya pada istrinya.
Keavy harus tersenyum geli, “Karena kita-pun teramat
istimewa, Kee….”
Kee-an harus ikut tersenyum, “Yeaaa,” dan siap
mengecup istrinya sebelum terhenti oleh suara cempreng kencang terdengar dari
luar:
“MAAAAAAA
AYOOOO BERANGKAAAAAATTTTT, TERLAMBAAAAAT NIIIIIIHHHHH KITAAAAA!!!! DADDDA
DITINGGAALL AJA KALAU MASIH NGAMBEEEKKKK!!!”
****
Alun-alun Kota Sligo (bebas tho hehehehe)
Alun-alun
sudah terlihat ramai dan semarak saat keluarga Egan sampai di sana. Alun-alun
sudah berwarna hijau dan dihiasi ornamen gambar daun semanggi juga orang-orang
berpakaian kurcaci hijau. Berbagai macam bentuk sepeda hias yang menarik dan
mengagumkan untuk meriahkan pesta rakyat ini, ada yang berbentuk mobil, hewan,
hingga bentuk robot transformer pun ada. Finnian tersenyum kagum melihatnya. Ia
senang sekali jika diajak ke tempat ramai seperti ini. Dan itu artinya ekstra
ketat Kee-an menjaga Ciaran dan Finnian agar tidak sampai terlepas dan hilang
ditelan orang banyak ini.
“Ci, kamu
pegang Finn, dadda mau turunkan kendaraan kalian, jangan sampai lepas ya, dan
jangan kemana-mana,” ucap Kee-an tegas saat siap menurunkan dua ‘kendaraan’ Ci
dan Finn sementara Keavy menurunkan cupcakes dan brownies bawaannya.
Ciaran memegang erat tangan adiknya, jangan sampai
lepas terlebih sampai Finn pergi-pergi.
Keavy akan menempati stand tenda berukuran 2,5 x2,5 meter yang
berwarna hijau dan dipenuhi gambar daun semanggi berhelai tiga .
“Hey, Keavy,
Kian…!” seruan hangat terarah pada mereka saat Kee-an dan Keavy sedang menata
stand, dan mereka langsung tersenyum sumringah
“Gilly!!”
Keavy menyambutnya dengan pelukan. “Siap bongkar dagangan?” godanya. Dan
kebetulan juga stand Gillian ada di samping Keavy. MMmmmm sebenarnay stand
mereka akan berdampingan, Georgina akan menempati stand di samping Gillian dan Rossie
akan menempati stand di samping Keavy. Entah siapa juga yang mengatur.
“Siap, Shane
sudah bawa alatnya, tuh ….” Gill menunjuk alat berupa panci kecil dari bahan
seng dengan rantai dan roda pemutar di bawahnya.
Keavy dan Kee-an tergugu melihatnya. Shane membawa
sendiri alat tradisional pembuat kapas harum manis. Tanpa listrik, dan hanya
mengandalkan kayuhan kaki yang menggerakkan roda uantuk mengasilkan panas dan
merubah serpihan gula menjadi kapas harum manis. Semakin kuat kau kayuh
rodanya, semakin banyak kapas yang dihasilkan dan semakin besar kapas harum
mansi yang kau dapatkan.
“Beneran
dia yang akan membuatnya ?” Kee-an masih tak percaya dengan niat Shane.
Gillian mengangguk mantap, “Dia sangat senang
melakukannya,”
Keavy hampir tak dapat menahan tawanya kalau saja
Shane tidak muncul di hadapannya dengan alat tradisional yang ia bawa sendiri.
Sementara Gilles menggandeng sepeda hiasnya yang sudah berbentuk kapal laut
lengkap dengan Gilles yang berpakaian seorang kapten kapal laut dan Tara
adiknya yang berpakaian seorang kelasi. Karena yang terlihat hanya membawa satu
sepeda hias, ada kemungkinan Tara akan membonceng di belakang kakaknya.
“Kapalmu
bagus, Gilles,” puji Ciaran dengan tersenyum .
“Kuda mu,
juga keren….,” Gilles tak mau kalah memberi pujian.
“Kuda yang
cantik, Ci….,” Shane menyeringai dengan bentuk ‘kuda’ milik Ciaran. “Dadda yang
bikin?” dengan melirik Kian.
“Yup, dan hasilnya aku nggak boleh bawa
Cupcakes banyak-banyak. Sentimen kan Oom, padahal kuenya mau dimakan dadda
sendiri….”
Kee-an hanya bisa menghela nafas sementara Shane
terkikik geli.
“Cukup, ayo
siapa yang belum daftar ulang lomba, kita daftar ulang sekarang ?” Kee-an
langsung mengalihkannya.
“Aku!!”
keempat tuyul kecil mereka mengacungkan tangan.
“AYOOOOOO
kita daftar ulaaaangggg!” seru Kee-an dengan tersenyum lebar. Namun terhenti
dengan seruan lain di belakang mereka disertai dengan ucapan, “Tunggu!!! Kita ikutaaaannnn!
Kesemuanya berbalik dan kembali tergugu dengan siapa
yang berseru, tepatnya benda apa yang berseru.
Mereka hampir tak berkedip dengan wujud besar dan
lebar mendekati mereka, disertai dengan seruan ‘permisi, aw….maaf! … permisi mau lewat … aduh! Maafkan!!”
mengiringi mereka.
Sebuah rumah besar bergaya Victoria berjalan mendekati
mereka. Terilihat dua kepala menyembul di samping kiri dan kanan berjarak 1
meter, tepat di bagian jendela atas; Si kembar Gerry dan Nicole Byrne. Sepertinya
dua sepeda dijajarkan ke samping dengan jarak 1 meter, dibuat sebagai kerangka
rumah ini, sehingga saat Nicole dan Gerry duduk di sadel sepeda, kepala mereka
akan menyembul tepat di jendela rumah itu. SANGAT KREATIF!!!
Orang tua mereka Georgina dan Nicky
melambaik-lambaikan tangan berjalan di belakang mereka dengan tersenyum sumringah.
Mereka takjub melihatnya. Tidak heran jika kalimat
‘permisi, aw….maaf! … permisi mau lewat
… aduh! Maafkan!!” mengiringi, karena bentuknya yang besar dan lebar, menutupi
jalanan dan mengenai orang-orang .
“Bener kan,
itu rumah ….?” bisik Kee-an pada Shane.
“Rumah yang
besar tepatnya….” jawab Shane dengan wajah lurus masih menatap takjub barang
besar itu.
“Gimana
bikinnya….?” Kee-an masih takjub.
“Lebih
tepat, bagaimana membawanya ke sini….” masih dengan ekspresi yg sama.
PUK !
“Aw!” Shane memekik
pelan dengan memegang lengannya dan melotot protes pada Kian, tapi tak
diindahkan oleh sahabatnya dari kecil.
“Hey,
guysss…?” Nicky tersenyum sumringah di hadapan keluarga Filan dan Keluarga Egan
yang masih terpana.
“Nicky, apa
yang kamu buat untuk anakmu?”
“Our fine
house…”
Mereka berempat (Shane, Kee-an, Keavy dan Gillian)
berkedip-kedip, sebelum akhirnya menyadari bentuk rumah yang dibawa Nicole dan
Gerry adalah bentuk rumah mereka. WOW!!
“Bagaimana kamu
membuatnya?” Kee-an masih penasaran.
“Well
it’s a long story, and don’t ask….” Nicky menyeringai naka dan tampak letihl.
Kee-an menelan ludah. “Okay,” dengan santainya, dan
langsung beralih pada anak-anak, “ayo… ayo… kita daftar ulang sekarang, biarkan
mamma kalian menyiapkan standnya ….”
“OKEY,
OOOOMMMMM!” seruan renyah serempak terdengar cempreng dan indah.
Anak-anak pun
pergi menuju meja daftar ulang bersama ayah mereka, sementara ibu mereka mempersiapkan dagangan mereka di
stand bazaar. Keavy akan menjual kue Cupcakes dan Brownies andalannya, Gillian
akan menjual kapas harum manis dan aneka
pasta, dan Gina akan menjual sop buah dan es bul-bul, maka tidak heran ia
membawa banyak box es yang berisi potongan buah segar, seperti melon, semangka,
mangga, apel dan dan anggur. Sop Buah dan Es Bul Bul sama-sama minuman segar
berisi aneka buah-buahan; yang membedakannya adalah Sop buah berisi potongan
kasar buah yang agak besar dimasukkan ke dalam air sirup dan susu, sementara es
bul-bul, potongan buahnya lebih kecil menyerupai dadu dan tanpa penambahan susu.
Dengan
cepat ketiga wanita tangkas itu telah siap di stand mereka masing-masing,
hingga menyedari ada kekurangan di antara mereka. Keavy menoleh stand di
sampingnya. Kosong.
“Kemana
Rossie? Kok belum datang ????
“Jadi ga dia
ikut bazaar?”
“Katanya,
jadi ….”
“Ah paling
juga _” Keavy belum sempat terselesaikan.
“KAMI DATAAAAAAAANGGG!”
“Itu
mereka…..,” Gillian harus tersenyum geli dengan sosok Rossie yang berjalan
dengan menarik tubuh besar Mark. Semakin tersenyum geli dengan melihat wajah
Mark yang masih dengan mata setengah terbuka.
“Maaaaaaffff, kami terlambat!!! Mark ketiduran, dan aku harus mengganti
stok jengkolnya yang siang tadi diam-diam dimakan Mark buat makan siangnya…..,”
Rossie berucap selama satu menit dalam satu kali nafas, yang kemudian
membuatnya tersengal sengal. “Lha kamu
nggak bikin aku buat makan siang…” protes Mark tidak terima.
Rossie langsung melotot lebih protes lagi, lalu
kembali kepada tiga ibu muda ini,
“Maaaff….!”
“Nggak
apa-apa, kok, Ross, kita juga baru selaai beres-beres kok,” Gina menenangkan
dengan menahan tawa gelinya.
“Ah,
syukurlah….”
“Kamu bawa
apa?” Gillian penasaran
“Biasa,andalanku
dan kesukaan Mark; BALADO JENGKOL DAN LASAGNA JENGKOL.”
Uhuk! Ketiganya hampir tersedak dengan menu utamanya.
Oke, suami mereka, Nicky, Shane dan Kee-an penggemar jengkol juga, tapi bukan
berarti mereka juga suka, kaaann??
“Ng….. pada
kemana ini ya? Bocah-bocah pada kemana, sih?” mata Mark berkeliling tak melihat
sosok ketiga sahabatnya dan bayi-bayi mereka.
“Anak-anak
sedang ikut parade lomba sepeda hias dengan bapaknya….” sahutku.
“Oooooh,
ikut ke sana aaaahhhh,”
“Eh, nggak mau bantuin aku, Mark ?” protes
Rossie langsung melihat tunangannya siap pergi.
“Lha, suami
mereka aja nggak nemenin, kenapa aku harus nemenin?” balas Mark polos dan dengan santai melenggang
mencari anak-anak itu.
Rossie berkedip-kedip sesaat sebelum akhirnya,
“MARRRRKKKK!!!!!!” pekiknya mengeluarkan kekesalannya memancing
orang-orang sekitar, tapi terlambat orang yang dituju sudah lari dan menghilang
ditelan pengunjung festival.
“Kita
bantuin…kita bantuin….” Keavy menenangkan Rossie.
“Hikss….hiks…. hari ini dia ngeselin banget tau nggak …. Udah makanin
semur jengkolku yang mau dijadiin jualan, ketiduran pula, sekarang dia nggak
mau bantuin aku…. Huwaaaa!!” langsung merangkul Keavy dan menangis di sana
“Ssssstttt,
cup cup sudah.. sudah….” dengan mengusap-usap punggung Rossie
Keavy, Gina dan Gilly saling melempar pandangan maklum.
“Cukup….,
cukup nangisnya,” henti Rossie tiba-tiba dengan menarik diri dari pelukan
Keavy. Diusapnya kasar pipinya, dan berusaha menguatkan diri, “aku nggak boleh
cengeng, kalau aku cengeng gimana aku bisa jadi istri Mark nanti ….”
Sesaat Keavy terdiam dengan perubahan sikap Rossie,
tapi yah harap dimaklum, Rossie memang begini.
“Oke,
sekarang mari siap-siap jualan,” seraya beralih pada barang-barang bawaannya,
terlebih paa semur jengkol dan lasagna jengkol untuk segera di display.
Keavy menoleh pada Gilian dan Gina yang hanya disahuti
senyuman geli mereka berdua.
****
Ketiga
stand para istri dan tunangan Westlife, langsung diserbu pengunjung. Mereka
berempat cukup kewalahan melayani para pembeli, meski masih ada kekurangan;
kurang Kapas Harum Manis, karena penjual harum manisnya masih mengawal buah
hatinya berparade sepeda hias.
“Maaaaa!!!!!” pekikan riang mengalihkan perhatian Keavy saat sedang
melayani pengunjung. Keavy langsung tersenyum senang melihat dua pangeran
kecilnya berparade di atas kendaraan mereka ditemani ayah mereka yang sibuk dan
heboh memotret dari segala sudut,
melewati standnya dengan melambaikan tangannya penuh semangat. Di
belakang mereka menyusul Gilles, Tara dan Shane, dan yang paling belakang Nicole
dan Gerry bersama ayah mereka. ‘Rumah’ keluarga Byrne terpaksa ditaruh urutan
belakang, karena akan menyusahkan dan merepotkan kalau ditaruh di depan.
“Babiessss,” Keavy membalas lambaian Ciaran dan Finnian tak kalah
semangatnya. Dan tanpa pikir dua kali ia langsung keluar dari stand dan
menyelinap di antara kendaraan Ci dan Finn meminta Kee-an memotretnya.
“Kee potret
kitaaa!!!!” seru Keavy penuh semangat.
Dengan senang hati Kee-an memotretnya beberapa kali
dengan beberapa gaya masih dengan dua sepeda itu berjalan mengikuti arus
parade, juga memotere dirinya bersama Keavy dengan latar kendaraan Finn dan Ci,
sebelum akhirnya Kee-an tersadar,
“Eh, Keav!
Standmu! Siapa yang jaga….????”
“EH IYA!”
Keavy teringat dan langsung mengecup pipi Ci dan Finn cepat sebelum berlari
kembali ke stand.
Kembali ke stand...Rossie,
Gill, dan Gina menyambut dengan tergelak melihat aksi spontan Keavy, sementara
Keavy bersikap normal pura-pura tak terjadi apa-apa dan kembali melayani
pengunjung. Tapi tak bertahan lama, akhirnya tergelak juga.
***
Parade Sepeda Hias berjalan cepat hanya sekitar satu jam
yang kemudian dilanjutkan dengan aneka lomba rakyat, dan nanti malam sebagai
puncaknya akan ada pentas paresiasi dan seni.
Kee-an ditemani Mark sebagai asistennya, kembali mengawal
bocah-bocah mengikuti lomba-lomba, termasuk Gilles dan Tara, karena ayah mereka segera beralih profesi
menjadi penjual harum manis. Cukup mengagumkan bagaimana dengan cekatannya
Shane mengayuh alat pembuat harum manis ini. Cekatan dan penuh semangat. Maka
tak heran jika dalam waktu singkat sudah tercipta 5 gulungan besar dan padat
kapas harum manis yang langsung cepat terjual habis. Aksi Shane mengayuh alat
pembuat harus manis cukup menarik perhatian, yeaaaa, kapan lagi liat anggota
westlife mengayuh alat beginian hehehehehe.
“Maaaa!!!!! Aku menang banyak !!!!” pekikan
riang Ciaran menyeruak masuk di antara mereka dengan membawa aneka hadiah,
dilanjutkan dengan seruan-seruan lainnya,
“Aku jugaaaa!!!” pekik Gerry dan Nicole
bersamaan serempak.
“Maaaa lihat ini deh....!!!!” Gilles tak
mau kalah.
“Maaaa, aku aus....!!”! rengek Finn.
“Mommy....” Tara dengan wajah baby facenya
langsung mengangkat tangan meminta digendong ibunya.
Gilly, Gina dan Keavy
menyambut semangat putra-putra mereka dan memberi selamat, juga memuji mereka sementara
Rossie langsung menyiapkan mental dengan kedatanga tuyul-tuyul kecil tersayangnya,
termasuk tuyul besar yang sekarang sudah duduk di kursi belakang, kelelahan
mengasuh tuyul-tuyul menggemaskan itu.
Ciaran melahap cupcakesnya,
kemudian dilanjutkan dengan makan pasta buatan Tante Gillian. Finnian
menhabiskan 1 gelas kecil Es bul-bul Tante Gina kemudian teralih perhatiannya
pada mainan yang sedang dimainkan Om Shane. Takjub ia dengan mahirnya pamannya
ini membuat kapas harum manis besar sekali, terlebih bermula dari serpihan gula
pasir (Finn sempat menjilatnya sebelum dimasukkan ke dalam panci)
“Maaaaa, mau!!!! “ dengan menunjuk harus
manis yang besar.
“Finn yang kecil aja ya, nanti ga
habis....”
“Aku yang ngabisin, maaa.....” sela Ciaran langsung penuh semangat.
Keavy hanya geleng-geleng
kepala.
“Gimana,
sudah ada pengumuman siapa pemenang sepeda hiasnya?” tanya Keavy pada putranya.
“Belum, nanti pas malam apresiasi,” sahut
Ci dengan cueknya lalu beralih pada pengasuhnya. “Nanny Rossie bawa jengkol
lagi ya ....?”
“Yup, Ci mau ?” tawar Rossie penuh
semangat.
Ciaran langsung menengok
ibunya meminta persetujuan.
“Boleh tapi jangan banyak-banyak ya....”
Ciaran mengangguk dengan
tersenyum lebar, dan kembali pada Nannynya, “Aku minta Nann..., sebelum
diabisin Oom Mark lagi. Eh, Om Mark ga boleh makan jengkol lagi. Ntar sakit
lagi, kan kasihan....” Ciaran sok dewasa.
Mark langsung menoleh dengan
sikap perhatian keponakan kecilnya, “terima _”
“Kasihan nany Rossienya, maksudkkuuuuuu
Ooomm!!!!” ralat Ciaran langsung dan buru-buru berlindung di belakang ayahnya,
yang disahuti gelak tawa mereka semua.
Malam apresiasi
Malam apresiasi diisi dengan penampilan tari dan nanyi dari
anak-anak kota Sligo, juga pembacaan pemenang parade sepeda hiasnya. Dari jauh,
mereka mendengarkan dengan berdebar....
“Baiklah, penilaian dilakukan
berdasarkan bentuk, kreatifitas dan kenyamanan pengguna. Dan bentuk sepeda hias
terbaik adalaaaaahhhh .....
‘THE HOUSE OF BYRNE’ by Gerrard dan Nicole Byrne.......
Sontak Nicky dan Gina, serta
si kembar Gerry dan Nicole bersorak girang. MEREKA MENANG !!!!!! BENTUK RUMAH
MEREKA MENJADI JUARA SEPEDA HIASSS!!!!
“Daddd,
we wonn!!!!” pekik Gerry dan Nicole
“Yeaaah!!!” Nicky tak kalah memekik girang.
“Congratulation guys!!!” mereka semua memberi selamat!
“Daddaaaa, kita menang gaaa???? Pesawat aku menang nggaaakkk?” Finnian
menarik-narik baju ayahnya.
“Kita nggak menang, Finn, Kak Gerry sama
Kak Nicole yang menang....” sahut Ciaran lirih.
Finnian terdiam, mencoba
mencerna.
“Finn nggak menang, Dadd? Pesawat Roket
Finn nggak menang?”
Kee-an harus menggeleng
sesal, “Maafkan dad, sayang, tapi milik Kak Gerry dan Kak Nicole lebih bagus
....”
Wajah Finnian langsung
tertekuk. Matanya mulai berkaca-kaca....Kee-an langsung memeluknya erat, dan
Finn menangis di sana.
“Sssttt...., cup... cup..., tahun depan
kita buat yang lebih bagus dan lebih besar lagi ya ....?”
Finnian mengangguk lirih
masih berair matanya lalu memasukkan jempol tangannya ke dalam mulutnya.
“Sayang....,” Keavy langsung mengusap-usap
kepala Finnian dan mencoba meminta Finn dari ayahnya, tapi Finn tetap melekat
pada Kee-an, tidak mau pindah.
Kee-an mengusap-usap punggung
Finn dan mengecup kepalanya.
“Ki, sebentar lagi kita tampil, kita harus
mendekati panggung,” Shane mengingatkan.
Kee-an melirik Finnian yang
terlihat tak mau lepas dari pelukannya. Memeluk erat dengan menghisap
jempolnya. Kalau dipaksa lepas, bisa mengamuk sampai esok hari, dia.
“Kita nyanyi apa sih, sekarang?” tanya
Kian
“Flying Without Wings dan Queen of My
Heart...” sahut Shane setengah terheran, tak biasanya Kian lupa dengan list
lagu yang akan mereka nyanyikan.
“Bawa anak-anak naik..., kita tampil
dengan mereka,” dengan tersenyum hangat.
Keputusan Kian disambut
senyuman hangat dan setuju oleh keempatnya.
“Yuk, Finn, kita nyanyi sama-sama....,”
Kee-an berbicara pada kepala Finn karena wajah Finn masih melekat di
pundakknya.
Finnian hanya mengangguk, dan
merasakan tubuh ayahnya berjalan.
Sesaat Finn terdiam, sebelum
ia berusaha melepas sepatunya.
“Dadda, lepasin sepatu Finn...”
“Oke....”
Kee-an melepas salah satu
sepatu Finnian, tapi langsung diambil oleh Finnian.
Tidak terlalu diperhatikan
oleh Kee-an, Finnian memegang sepatunya sendiri.
Mata kecil Finnian memandang
Box Es Bul Bul Tante Gina yang masih terisi setengah, dan tanpa perhitungan
jarak, dilemparkan begitu saja sepatunya ke arah box es bul-bul ....
PLUNG! – dan sepatu Finnian pun
mendarat manis di box es bul bul itu.
Segurat senyum senang
tersirat tipis di wajah kecil polos tak berdosa itu. Ia hanya ingin sepeda pesawat roketnya
menang.
THE END!!!
Menggantung ?? Sengaja kubuat
menggantung, untuk membiarkan kalian menerka nerka sendiri bagaimana reaksi
Gina, Keavy, terlebih Kee-an dengan aksi Finnian. Dan please jangan benci
Finnian, he’s really an innocence boy
.... HE IS! Hahahahahha .....
Maaf juga kalau tidak begitu
gokil hehehheeehe......
wahahahahahahaha, modus bgt tuh finn.a XDXDXD
ReplyDeleteKaaaaaaaaaaak :D hihi aku jadi pengen punya suami kayak Kian ;3
ReplyDeletehoooooo.... hahahahhahaha
ReplyDeletekereeen,, kian Is The Best father...
ReplyDelete