Monday 16 July 2012

Jengkol 4 - St. Patrick Day ala 17 Agustusan


Author : Keavy Egan

Warning :
Oke, sebelum ada yang protes, aku tahu Hari Nasional Irlandia adalah St. Patrick Day atau Hari Santo Patrick yg dirayakan setiap tanggal 17 Maret , dan sama sekali tidak ada hubungan dengan perayaan kemenangan bangsa Irlandia yang terbebas dari jajahan bangsa lain. Dan Perayaan St. Patrick Day, biasanya dilakukan dengan parade turun ke jalan, dengan membawa gambar daun semanggi berhelai tiga warna hijau. Tapiiiiii, boleh dong aku buat perayaan St. Patrick dibuat ala 17 Agustusan kita, toh tanggalnya sama, (suwer baru nyadar kalau memang sama), hanya bulannya yang beda hehehehe…..
Mau tahu bagaimana ceritanya ?  Mari kita baca sama-sama :D

Rating : K+

Genre  : Humor

Pairing : Keavy & Kee-an Egan, Gillian & Shane Filan, Georgina & Nicky Bryne, Mark Feehily & Rossie McCullen.

Kids : Finnian Egan 5 tahun, Ciaran Egan 10 tahun, Gilles Filan 9 Tahun, Tara Filan 3 tahun,  Nicole – Gerry Byrne 10 tahun.

Summary : sudah ada di Warning … hehhehehe

*******



17 Maret

Kediaman Kel. Egan


    “Dadda, bunga api roketnya belum dipasang ….,” Finnian mengingatkan lagi, tak lepas matanya memperhatikan ayahnya yang tengah memasang rumbai-rumbai berwarna warni di sepedanya yang kini sudah berbentuk pesawat roket.
    “Iya, sebentar, nak…,” penuh kesabaran tingkat tinggi Kee-an menanggapi si bungsu yang sudah tidak sabar dengan pesawat roket barunya.
   “Punya kakak sudah jadi ….,” lanjut Finn dengan melirik sepeda milik kakaknya yang kini lebih mirip dengan seekor kuda.
   “Iya, karena punya kakak lebih mudah membuatnya….” Kee-an menyahut dengan super sabar.
   “Ooooo…,” Finnian manggut-manggut.
   “Okeh, mana bunga apinya, Finn,” Kee-an akhirnya dengan menoleh pada Finnian.
Finnian langsung mengambil bunga api berwarna merah oranye yang terbuat dari kertas karton besar, lalu memberikannya pada ayahnya.
Dengan hati-hati Kee-an memasangkan bunga api itu di bagian belakang ‘pesawat roket’ berwarna abu-abu metalik, Finnian. Kalau sampai gagal dan harus membuat lagi, tidak hanya dirinya yang kesal sendiri tapi juga ia akan mendengarsuara tangis Finn yang yakin tidak akan berhenti hingga esok hari, karena gagal ikut Parade Lomba Sepeda Hias memperingati Hari. St. Patrick.

Kee-an harus menarik nafas lega, saat ia berhasil memasang ekor bunga apinya dengan sukses.

    “Sudah selesai Finn,” Kee-an tersenyum dengan leganya, sementara Finnian tersenyum takjub dengan pesawat roketnya.
    “Bagus ya, dadd…?”
    “Yup, bagus sekali, Finn,” Kee-an pun tak menyangka dapat menyulap sepeda roda tiga Finnian dengan sedemikian rupa menjadi bentuk pesawat roket yang menakjubnya. Juga telah merubah sepeda Ciaran menjadi bentuk seekor kuda, meski pastinya Ciaran akan lebih memilih naik kuda betulan daripada kuda jadi-jadian! Tapi untuk kedua putranya yang sangat ia banggakan, ia akan memutar otak dan menjadi cerdas untuk bisa membahagiakan mereka dan menjadi ayah kebanggan mereka.
    “Aku pasti menang, kan, dad?” dengan merangkul leher ayahnya.
    “Pasti menang, Finn,” dengan tersenyum mendukung.
Finnian senang mendengarnya dan tersenyum bahagia pada ayahnya.
    “Finn…., mandi yuk, sayang…, sudah sore, nanti ketinggalan paradenya ….” suara maa terdengar dari jendela dapur.
    “Hoh…, mandi ….? Kakak sudah mandi belum, maa ?”
Keavy harus tersenyum, “Sudah sayang, kakak sudah mandi dan sudah siap, sekarang tinggal Finn yang mandi….”
Finnian menengok ayahnya, “Mandi sama dadd ya ….?”
Kee-an harus tersenyum, “Okey, mandi sama dadd….,” seraya bangkit dengan menggendong Finnian masuk ke dalam rumah.


    “Maaaaaaa, Finn mandi sama dadd, yaaaaaa,” seru Finn saat melewati ibunya di dapur.
    “Okey, sayaaanng….,” Keavy harus tersenyum geli melihat bungsunya yang memang lebih senang bersama ayahnya. Dan untungnya juga, jadi ia masih memiliki waktu untuk menyiapkan Cupcake dan brownies cakenya yang akan dibawa ke bazaar sore ini. Dengan tidak adanya Rossie yang juga sibuk dengan bawaannya sendiri, Keavy harus mempersiapkan semuanya sendiri. Sudah menjadi tradisi bahwa saat perayaan St Patrick, diselenggarakan juga pesta rakyat yang menggelar aneka lomba menarik untuk anak, khususnya yang paling istimewa; parade lomba sepeda hias anak, dan bazaar murah yang menyajikan aneka makanan dan minuman yang menarik. Dan tentu Keavy turut serta dan akan menjual Cupcake dan brownies andalannya. Siapa tahu jika banyak peminatnya akan menambah rasa percaya dirinya membuka Keavy Pastry – ‘hadoh, setelah buka ‘KeavyCorner sekarang mau buka ‘KeavyPastry’ siapa yang jagaaaa….???
Tidak hanya dirinya yang ikut serta dalam pesta rakyat ini, tapi juga para keluarga Westlifer lainnya; Gillian, Georgina, dan juga calon istri Mark; Rossie. Ini akan sangat meriah!!
   
    “Maa, aku sudah siap….kapan kita berangkat? ” seruan indah pria kecil berusia 10 tahun, membuat Keavy mendongak dari konsentrasinya menyusun cupcake di dalam kotak display. Dan ia harus terpana melihatnya.
   “My Little White Prince….,” desisnya tak sadar penuh kekaguman, terlebih dengan sosok Ciaran yang sudah terbalut dengan baju ksatria tahun 1600-an, sangat pas nanti saat menaiki ‘kuda hitam’ menyelimuti sepedanya.
Senyum  Keavy merekah indahnya, dan langsung melap tangannya, lalu mendekati putra sulung yang terlihat sangat gagah dengan balutan kostum King Arthur lengkap dengan pedang Excalibur-nya.
    “May I kiss your hand, your majesty….,” Keavy pura-pura merunduk layaknya seorang hamba sahaya.
Ciaran tersenyum lalu mendongakkan kepalanya sedikit dan mengulurkan tangannya pada ibunya ala seorang raja.
Keavy dengan santun mengecup tangan kecil putranya.
    “And how may I served you, your majesty ?” lanjut Keavy.
    “Mmhmmm, just bring me three pieces of cupcakes on my basket.”
    “Only three, your majesty?” Keavy pura-pura terkaget, “You may have a dozen, if you like, Milord,”
Senyum Ciaran langsung merekah di wajah tampan kecilnya, Keavy tersenyum dengan gemasnya, dan tak dapat menahan lagi untuk memegang kedua pipi Ciaran dan mengecup kanan kirinya dengan gemas.
      “Ci boleh bawa sebanyak yang Ci mau ….” Keavy meyakinkan putranya.
      “Dua lusin boleh?” Ciaran menawar nakal.
      “Boleh….”
Senyum Ciaran semakin merekah indah, “Awesome!”
      “Eh, siapa yang mau dua lusin cupcakes?” protes seseorang tiba-tiba dari arah tangga.
Keduanya menoleh pada sumber suara. Kee-an menggandeng Finnian turun yang sudah terbalut kostum astronot pesawat ulang-alik berwarna metalik lengkap dengan helm futuristiknya.
     “Owh, look at my little gorgeous astranout …, how you doing, Sir ?” Keavy menyambut si bungsu dan membuat Finnian tersipu malu, memamerkan dua lesung pipitnya.
     “Dua lusin dadd, satu lusin buat aku, satu lusin buat Finn,” alih Ciaran langsung, sebelum ada protes lanjutan dari ayahnya, karena ia tahu, ayahnya suka sekali dengan Cupcakes ibunya.
     “Finn nggak boleh bawa cupcakes banyak –banyak, 5 cukup!” Kee-an keki.
     “Tapi dadd, kata maaa boleh kok….”
     “Nggak boleh, kalau akhirnya nanti Ci sakit perut kebanyakan makan cupcakes,” Kee-an tetap bersikukuh. “Bawakan 15 saja, Keav…”
    “Tap….”
Senyum nakal ayahnya sudah langsung menghentikan kalimat tak terselesaikan Ciaran.
    “Aaaah, dadda sentimen sama aku, karena aku minta dibikinin kuda….” cibirnya merajuk menggemaskan.
    “Heh….! Apa Ci….!!??” Kee-an teramat sangat tidak terima dibilang sentimen.
Tapi belum sempat Kee-an melancarkan protesnya, Ciaran sudah kabur dengan menarik adiknya keluar, dengan alih-alih mau masukin ‘kuda’ dan ‘pesawat roket’ ke bak mobil.

    “Sssshhhh, sabar-sabar….,” Keavy mengelus-elus dada suaminya yang siap ngomel-ngomel diledekin putranya. Memang selalu begini perang antara Kee-an dan Ciaran, dan seringnya Kee-an yang kalah.
Kee-an mengatur nafasnya dengan pasrah….
     “Mimpi apa kita, punya anak seistimewa itu, Keav?” tanyanya pada istrinya.
Keavy harus tersenyum geli, “Karena kita-pun teramat istimewa, Kee….”
Kee-an harus ikut tersenyum, “Yeaaa,” dan siap mengecup istrinya sebelum terhenti oleh suara cempreng kencang terdengar dari luar:
    “MAAAAAAA AYOOOO BERANGKAAAAAATTTTT, TERLAMBAAAAAT NIIIIIIHHHHH KITAAAAA!!!! DADDDA DITINGGAALL AJA KALAU MASIH NGAMBEEEKKKK!!!”

****
   
Alun-alun Kota Sligo   (bebas tho  hehehehe)


          Alun-alun sudah terlihat ramai dan semarak saat keluarga Egan sampai di sana. Alun-alun sudah berwarna hijau dan dihiasi ornamen gambar daun semanggi juga orang-orang berpakaian kurcaci hijau. Berbagai macam bentuk sepeda hias yang menarik dan mengagumkan untuk meriahkan pesta rakyat ini, ada yang berbentuk mobil, hewan, hingga bentuk robot transformer pun ada. Finnian tersenyum kagum melihatnya. Ia senang sekali jika diajak ke tempat ramai seperti ini. Dan itu artinya ekstra ketat Kee-an menjaga Ciaran dan Finnian agar tidak sampai terlepas dan hilang ditelan orang banyak ini.

    “Ci, kamu pegang Finn, dadda mau turunkan kendaraan kalian, jangan sampai lepas ya, dan jangan kemana-mana,” ucap Kee-an tegas saat siap menurunkan dua ‘kendaraan’ Ci dan Finn sementara Keavy menurunkan cupcakes dan brownies bawaannya.
Ciaran memegang erat tangan adiknya, jangan sampai lepas terlebih sampai Finn pergi-pergi.
Keavy akan menempati stand tenda berukuran 2,5 x2,5 meter yang berwarna hijau dan dipenuhi gambar daun semanggi berhelai tiga .

    “Hey, Keavy, Kian…!” seruan hangat terarah pada mereka saat Kee-an dan Keavy sedang menata stand, dan mereka langsung tersenyum sumringah
   “Gilly!!” Keavy menyambutnya dengan pelukan. “Siap bongkar dagangan?” godanya. Dan kebetulan juga stand Gillian ada di samping Keavy. MMmmmm sebenarnay stand mereka akan berdampingan, Georgina akan menempati stand di samping Gillian dan Rossie akan menempati stand di samping Keavy. Entah siapa juga yang mengatur.
    “Siap, Shane sudah bawa alatnya, tuh ….” Gill menunjuk alat berupa panci kecil dari bahan seng dengan rantai dan roda pemutar di bawahnya.
Keavy dan Kee-an tergugu melihatnya. Shane membawa sendiri alat tradisional pembuat kapas harum manis. Tanpa listrik, dan hanya mengandalkan kayuhan kaki yang menggerakkan roda uantuk mengasilkan panas dan merubah serpihan gula menjadi kapas harum manis. Semakin kuat kau kayuh rodanya, semakin banyak kapas yang dihasilkan dan semakin besar kapas harum mansi yang kau dapatkan.
     “Beneran dia yang akan membuatnya ?” Kee-an masih tak percaya dengan niat Shane.
Gillian mengangguk mantap, “Dia sangat senang melakukannya,”
Keavy hampir tak dapat menahan tawanya kalau saja Shane tidak muncul di hadapannya dengan alat tradisional yang ia bawa sendiri. Sementara Gilles menggandeng sepeda hiasnya yang sudah berbentuk kapal laut lengkap dengan Gilles yang berpakaian seorang kapten kapal laut dan Tara adiknya yang berpakaian seorang kelasi. Karena yang terlihat hanya membawa satu sepeda hias, ada kemungkinan Tara akan membonceng di belakang kakaknya.

    “Kapalmu bagus, Gilles,” puji Ciaran dengan tersenyum .
    “Kuda mu, juga keren….,” Gilles tak mau kalah memberi pujian.

    “Kuda yang cantik, Ci….,” Shane menyeringai dengan bentuk ‘kuda’ milik Ciaran. “Dadda yang bikin?” dengan melirik Kian.
    “Yup, dan hasilnya aku nggak boleh bawa Cupcakes banyak-banyak. Sentimen kan Oom, padahal kuenya mau dimakan dadda sendiri….”
Kee-an hanya bisa menghela nafas sementara Shane terkikik geli.
    “Cukup, ayo siapa yang belum daftar ulang lomba, kita daftar ulang sekarang ?” Kee-an langsung mengalihkannya.
    “Aku!!” keempat tuyul kecil mereka mengacungkan tangan.
    “AYOOOOOO kita daftar ulaaaangggg!” seru Kee-an dengan tersenyum lebar. Namun terhenti dengan seruan lain di belakang mereka disertai dengan ucapan,    “Tunggu!!! Kita ikutaaaannnn!
Kesemuanya berbalik dan kembali tergugu dengan siapa yang berseru, tepatnya benda apa yang berseru.
Mereka hampir tak berkedip dengan wujud besar dan lebar mendekati mereka, disertai dengan seruan ‘permisi, aw….maaf! …  permisi mau lewat … aduh! Maafkan!!” mengiringi mereka.
Sebuah rumah besar bergaya Victoria berjalan mendekati mereka. Terilihat dua kepala menyembul di samping kiri dan kanan berjarak 1 meter, tepat di bagian jendela atas; Si kembar Gerry dan Nicole Byrne. Sepertinya dua sepeda dijajarkan ke samping dengan jarak 1 meter, dibuat sebagai kerangka rumah ini, sehingga saat Nicole dan Gerry duduk di sadel sepeda, kepala mereka akan menyembul tepat di jendela rumah itu. SANGAT KREATIF!!!
Orang tua mereka Georgina dan Nicky melambaik-lambaikan tangan berjalan di belakang mereka dengan tersenyum sumringah.

Mereka takjub melihatnya. Tidak heran jika kalimat ‘permisi, aw….maaf! …  permisi mau lewat … aduh! Maafkan!!” mengiringi, karena bentuknya yang besar dan lebar, menutupi jalanan dan mengenai orang-orang .

    “Bener kan, itu rumah ….?” bisik Kee-an pada Shane.
    “Rumah yang besar tepatnya….” jawab Shane dengan wajah lurus masih menatap takjub barang besar itu.
    “Gimana bikinnya….?” Kee-an masih takjub.
    “Lebih tepat, bagaimana membawanya ke sini….” masih dengan ekspresi yg sama.
PUK !
   “Aw!” Shane memekik pelan dengan memegang lengannya dan melotot protes pada Kian, tapi tak diindahkan oleh sahabatnya dari kecil.

    “Hey, guysss…?” Nicky tersenyum sumringah di hadapan keluarga Filan dan Keluarga Egan yang masih terpana.
    “Nicky, apa yang kamu buat untuk anakmu?”
    “Our fine house…”
Mereka berempat (Shane, Kee-an, Keavy dan Gillian) berkedip-kedip, sebelum akhirnya menyadari bentuk rumah yang dibawa Nicole dan Gerry adalah bentuk rumah mereka. WOW!!
   “Bagaimana kamu membuatnya?” Kee-an masih penasaran.
   “Well it’s a long story, and don’t ask….” Nicky menyeringai naka dan tampak letihl.
Kee-an menelan ludah. “Okay,” dengan santainya, dan langsung beralih pada anak-anak, “ayo… ayo… kita daftar ulang sekarang, biarkan mamma kalian menyiapkan standnya ….”
    “OKEY, OOOOMMMMM!” seruan renyah serempak terdengar cempreng dan indah.

Anak-anak pun pergi menuju meja daftar ulang bersama ayah mereka, sementara  ibu mereka mempersiapkan dagangan mereka di stand bazaar. Keavy akan menjual kue Cupcakes dan Brownies andalannya, Gillian akan  menjual kapas harum manis dan aneka pasta, dan Gina akan menjual sop buah dan es bul-bul, maka tidak heran ia membawa banyak box es yang berisi potongan buah segar, seperti melon, semangka, mangga, apel dan dan anggur. Sop Buah dan Es Bul Bul sama-sama minuman segar berisi aneka buah-buahan; yang membedakannya adalah Sop buah berisi potongan kasar buah yang agak besar dimasukkan ke dalam air sirup dan susu, sementara es bul-bul, potongan buahnya lebih kecil menyerupai dadu dan tanpa penambahan susu.

          Dengan cepat ketiga wanita tangkas itu telah siap di stand mereka masing-masing, hingga menyedari ada kekurangan di antara mereka. Keavy menoleh stand di sampingnya. Kosong.

    “Kemana Rossie? Kok belum datang ????
    “Jadi ga dia ikut bazaar?”
    “Katanya, jadi ….”
    “Ah paling juga _” Keavy belum sempat terselesaikan.
    “KAMI DATAAAAAAAANGGG!”
    “Itu mereka…..,” Gillian harus tersenyum geli dengan sosok Rossie yang berjalan dengan menarik tubuh besar Mark. Semakin tersenyum geli dengan melihat wajah Mark yang masih dengan mata setengah terbuka.

     “Maaaaaaffff, kami terlambat!!! Mark ketiduran, dan aku harus mengganti stok jengkolnya yang siang tadi diam-diam dimakan Mark buat makan siangnya…..,” Rossie berucap selama satu menit dalam satu kali nafas, yang kemudian membuatnya tersengal sengal.    “Lha kamu nggak bikin aku buat makan siang…” protes Mark tidak terima.
Rossie langsung melotot lebih protes lagi, lalu kembali kepada tiga ibu muda ini,
     “Maaaff….!”
     “Nggak apa-apa, kok, Ross, kita juga baru selaai beres-beres kok,” Gina menenangkan dengan menahan tawa gelinya.
    “Ah, syukurlah….”
    “Kamu bawa apa?” Gillian penasaran
    “Biasa,andalanku dan kesukaan Mark; BALADO JENGKOL DAN LASAGNA JENGKOL.”
Uhuk! Ketiganya hampir tersedak dengan menu utamanya. Oke, suami mereka, Nicky, Shane dan Kee-an penggemar jengkol juga, tapi bukan berarti mereka juga suka, kaaann??
    “Ng….. pada kemana ini ya? Bocah-bocah pada kemana, sih?” mata Mark berkeliling tak melihat sosok ketiga sahabatnya dan bayi-bayi mereka.
    “Anak-anak sedang ikut parade lomba sepeda hias dengan bapaknya….” sahutku.
     “Oooooh, ikut ke sana aaaahhhh,”
    “Eh, nggak mau bantuin aku, Mark ?” protes Rossie langsung melihat tunangannya siap pergi.
    “Lha, suami mereka aja nggak nemenin, kenapa aku harus nemenin?”  balas Mark polos dan dengan santai melenggang mencari anak-anak itu.
Rossie berkedip-kedip sesaat sebelum akhirnya,
    “MARRRRKKKK!!!!!!” pekiknya mengeluarkan kekesalannya memancing orang-orang sekitar, tapi terlambat orang yang dituju sudah lari dan menghilang ditelan pengunjung festival.

     “Kita bantuin…kita bantuin….” Keavy menenangkan Rossie.
    “Hikss….hiks…. hari ini dia ngeselin banget tau nggak …. Udah makanin semur jengkolku yang mau dijadiin jualan, ketiduran pula, sekarang dia nggak mau bantuin aku…. Huwaaaa!!” langsung merangkul Keavy dan menangis di sana
     “Ssssstttt, cup cup sudah.. sudah….” dengan mengusap-usap punggung Rossie
Keavy, Gina dan Gilly saling melempar pandangan maklum.
    “Cukup…., cukup nangisnya,” henti Rossie tiba-tiba dengan menarik diri dari pelukan Keavy. Diusapnya kasar pipinya, dan berusaha menguatkan diri, “aku nggak boleh cengeng, kalau aku cengeng gimana aku bisa jadi istri Mark nanti ….”
Sesaat Keavy terdiam dengan perubahan sikap Rossie, tapi yah harap dimaklum, Rossie memang begini.
    “Oke, sekarang mari siap-siap jualan,” seraya beralih pada barang-barang bawaannya, terlebih paa semur jengkol dan lasagna jengkol untuk segera di display.
Keavy menoleh pada Gilian dan Gina yang hanya disahuti senyuman geli mereka berdua.

****

          Ketiga stand para istri dan tunangan Westlife, langsung diserbu pengunjung. Mereka berempat cukup kewalahan melayani para pembeli, meski masih ada kekurangan; kurang Kapas Harum Manis, karena penjual harum manisnya masih mengawal buah hatinya berparade sepeda hias.

      “Maaaaa!!!!!” pekikan riang mengalihkan perhatian Keavy saat sedang melayani pengunjung. Keavy langsung tersenyum senang melihat dua pangeran kecilnya berparade di atas kendaraan mereka ditemani ayah mereka yang sibuk dan heboh memotret dari segala sudut,  melewati standnya dengan melambaikan tangannya penuh semangat. Di belakang mereka menyusul Gilles, Tara dan Shane, dan yang paling belakang Nicole dan Gerry bersama ayah mereka. ‘Rumah’ keluarga Byrne terpaksa ditaruh urutan belakang, karena akan menyusahkan dan merepotkan kalau ditaruh di depan.
     “Babiessss,” Keavy membalas lambaian Ciaran dan Finnian tak kalah semangatnya. Dan tanpa pikir dua kali ia langsung keluar dari stand dan menyelinap di antara kendaraan Ci dan Finn meminta Kee-an memotretnya.
    “Kee potret kitaaa!!!!” seru Keavy penuh semangat.
Dengan senang hati Kee-an memotretnya beberapa kali dengan beberapa gaya masih dengan dua sepeda itu berjalan mengikuti arus parade, juga memotere dirinya bersama Keavy dengan latar kendaraan Finn dan Ci, sebelum akhirnya Kee-an tersadar,
    “Eh, Keav! Standmu! Siapa yang jaga….????”
    “EH IYA!” Keavy teringat dan langsung mengecup pipi Ci dan Finn cepat sebelum berlari kembali ke stand.

Kembali ke stand...Rossie, Gill, dan Gina menyambut dengan tergelak melihat aksi spontan Keavy, sementara Keavy bersikap normal pura-pura tak terjadi apa-apa dan kembali melayani pengunjung. Tapi tak bertahan lama, akhirnya tergelak juga.

***

          Parade Sepeda Hias berjalan cepat hanya sekitar satu jam yang kemudian dilanjutkan dengan aneka lomba rakyat, dan nanti malam sebagai puncaknya akan ada pentas paresiasi dan seni.

          Kee-an ditemani Mark sebagai asistennya, kembali mengawal bocah-bocah mengikuti lomba-lomba, termasuk Gilles dan Tara,  karena ayah mereka segera beralih profesi menjadi penjual harum manis. Cukup mengagumkan bagaimana dengan cekatannya Shane mengayuh alat pembuat harum manis ini. Cekatan dan penuh semangat. Maka tak heran jika dalam waktu singkat sudah tercipta 5 gulungan besar dan padat kapas harum manis yang langsung cepat terjual habis. Aksi Shane mengayuh alat pembuat harus manis cukup menarik perhatian, yeaaaa, kapan lagi liat anggota westlife mengayuh alat beginian hehehehehe.

    “Maaaa!!!!! Aku menang banyak !!!!” pekikan riang Ciaran menyeruak masuk di antara mereka dengan membawa aneka hadiah, dilanjutkan dengan seruan-seruan lainnya,
     “Aku jugaaaa!!!” pekik Gerry dan Nicole bersamaan serempak.
    “Maaaa lihat ini deh....!!!!” Gilles tak mau kalah.
    “Maaaa, aku aus....!!”! rengek Finn.
    “Mommy....” Tara dengan wajah baby facenya langsung mengangkat tangan meminta digendong ibunya.
Gilly, Gina dan Keavy menyambut semangat putra-putra mereka dan memberi selamat, juga memuji mereka sementara Rossie langsung menyiapkan mental dengan kedatanga tuyul-tuyul kecil tersayangnya, termasuk tuyul besar yang sekarang sudah duduk di kursi belakang, kelelahan mengasuh tuyul-tuyul menggemaskan itu.

Ciaran melahap cupcakesnya, kemudian dilanjutkan dengan makan pasta buatan Tante Gillian. Finnian menhabiskan 1 gelas kecil Es bul-bul Tante Gina kemudian teralih perhatiannya pada mainan yang sedang dimainkan Om Shane. Takjub ia dengan mahirnya pamannya ini membuat kapas harum manis besar sekali, terlebih bermula dari serpihan gula pasir (Finn sempat menjilatnya sebelum dimasukkan ke dalam panci)

    “Maaaaa, mau!!!! “ dengan menunjuk harus manis yang besar.
    “Finn yang kecil aja ya, nanti ga habis....”
    “Aku yang ngabisin, maaa.....”  sela Ciaran langsung penuh semangat.
Keavy hanya geleng-geleng kepala.
    “Gimana, sudah ada pengumuman siapa pemenang sepeda hiasnya?” tanya Keavy pada putranya.
    “Belum, nanti pas malam apresiasi,” sahut Ci dengan cueknya lalu beralih pada pengasuhnya. “Nanny Rossie bawa jengkol lagi ya ....?”
    “Yup, Ci mau ?” tawar Rossie penuh semangat.
Ciaran langsung menengok ibunya meminta persetujuan.
    “Boleh tapi jangan banyak-banyak ya....”
Ciaran mengangguk dengan tersenyum lebar, dan kembali pada Nannynya, “Aku minta Nann..., sebelum diabisin Oom Mark lagi. Eh, Om Mark ga boleh makan jengkol lagi. Ntar sakit lagi, kan kasihan....” Ciaran sok dewasa.
Mark langsung menoleh dengan sikap perhatian keponakan kecilnya, “terima _”
     “Kasihan nany Rossienya, maksudkkuuuuuu Ooomm!!!!” ralat Ciaran langsung dan buru-buru berlindung di belakang ayahnya, yang disahuti gelak tawa mereka semua.


Malam apresiasi

          Malam apresiasi diisi dengan penampilan tari dan nanyi dari anak-anak kota Sligo, juga pembacaan pemenang parade sepeda hiasnya. Dari jauh, mereka mendengarkan dengan berdebar....

     “Baiklah, penilaian dilakukan berdasarkan bentuk, kreatifitas dan kenyamanan pengguna. Dan bentuk sepeda hias terbaik adalaaaaahhhh ..... 

‘THE HOUSE OF BYRNE’  by Gerrard dan Nicole Byrne.......


Sontak Nicky dan Gina, serta si kembar Gerry dan Nicole bersorak girang. MEREKA MENANG !!!!!! BENTUK RUMAH MEREKA MENJADI JUARA SEPEDA HIASSS!!!!

    “Daddd, we wonn!!!!” pekik Gerry dan Nicole
    “Yeaaah!!!” Nicky tak kalah memekik girang.
    “Congratulation guys!!!” mereka semua memberi selamat!

    “Daddaaaa, kita menang gaaa????  Pesawat aku menang nggaaakkk?” Finnian menarik-narik baju ayahnya.
    “Kita nggak menang, Finn, Kak Gerry sama Kak Nicole yang menang....” sahut Ciaran lirih.
Finnian terdiam, mencoba mencerna.
    “Finn nggak menang, Dadd? Pesawat Roket Finn nggak menang?”
Kee-an harus menggeleng sesal, “Maafkan dad, sayang, tapi milik Kak Gerry dan Kak Nicole lebih bagus ....”
Wajah Finnian langsung tertekuk. Matanya mulai berkaca-kaca....Kee-an langsung memeluknya erat, dan Finn menangis di sana.
    “Sssttt...., cup... cup..., tahun depan kita buat yang lebih bagus dan lebih besar lagi ya ....?”
Finnian mengangguk lirih masih berair matanya lalu memasukkan jempol tangannya ke dalam mulutnya.
     “Sayang....,” Keavy langsung mengusap-usap kepala Finnian dan mencoba meminta Finn dari ayahnya, tapi Finn tetap melekat pada Kee-an, tidak mau pindah.
Kee-an mengusap-usap punggung Finn dan mengecup kepalanya.

    “Ki, sebentar lagi kita tampil, kita harus mendekati panggung,” Shane mengingatkan.
Kee-an melirik Finnian yang terlihat tak mau lepas dari pelukannya. Memeluk erat dengan menghisap jempolnya. Kalau dipaksa lepas, bisa mengamuk sampai esok hari, dia.
     “Kita nyanyi apa sih, sekarang?” tanya Kian
     “Flying Without Wings dan Queen of My Heart...” sahut Shane setengah terheran, tak biasanya Kian lupa dengan list lagu yang akan mereka nyanyikan.
     “Bawa anak-anak naik..., kita tampil dengan mereka,” dengan tersenyum hangat.
Keputusan Kian disambut senyuman hangat dan setuju oleh keempatnya.

    “Yuk, Finn, kita nyanyi sama-sama....,” Kee-an berbicara pada kepala Finn karena wajah Finn masih melekat di pundakknya.
Finnian hanya mengangguk, dan merasakan tubuh ayahnya berjalan.
Sesaat Finn terdiam, sebelum ia berusaha melepas sepatunya.
    “Dadda, lepasin sepatu Finn...”
    “Oke....”
Kee-an melepas salah satu sepatu Finnian, tapi langsung diambil oleh Finnian.
Tidak terlalu diperhatikan oleh Kee-an, Finnian memegang sepatunya sendiri.

Mata kecil Finnian memandang Box Es Bul Bul Tante Gina yang masih terisi setengah, dan tanpa perhitungan jarak, dilemparkan begitu saja sepatunya ke arah box es bul-bul ....

PLUNG! – dan sepatu Finnian pun mendarat manis di box es bul bul itu.

Segurat senyum senang tersirat tipis di wajah kecil polos tak berdosa itu. Ia hanya ingin sepeda pesawat roketnya menang.


THE END!!!



Menggantung ?? Sengaja kubuat menggantung, untuk membiarkan kalian menerka nerka sendiri bagaimana reaksi Gina, Keavy, terlebih Kee-an dengan aksi Finnian. Dan please jangan benci Finnian, he’s really an innocence boy .... HE IS!   Hahahahahha .....

Maaf juga kalau tidak begitu gokil hehehheeehe......

4 comments:

  1. wahahahahahahaha, modus bgt tuh finn.a XDXDXD

    ReplyDelete
  2. Kaaaaaaaaaaak :D hihi aku jadi pengen punya suami kayak Kian ;3

    ReplyDelete
  3. hoooooo.... hahahahhahaha

    ReplyDelete
  4. kereeen,, kian Is The Best father...

    ReplyDelete