Author : Levy Feehily-Egan, Nita Feehily, Keavy Egan
Rating : K+
Genre : Humor
Paring : Rossie, Cassiel, Sharon, Lads (Mark, Shane, Kee-an, Nicky) ,
Keavy , Ciaran
Setting : Waktu mundur 6 tahun ke belakang saat Ciaran Egan masih berumur 4 tahun
Summary : Mereka hanya mau pesta rujakan saja, tapi dengan segala
ekspekatasi di dada …. :D
Rujakan - The Prequel of Westlife vs Jengkol
Kamar Rossie McCullen
“Rossie, aku haus. Minum dong..” pinta Cassiel manja
“Ihh, kaya tamu aja kamu. Ambil sendiri sana”
“hihihi, tapi aku mau yang berwarna ya?”
“Iya terserah, mau warna-warni apa juga terserah kamu
deh” sementara Rossie sibuk menata rambut Sharon -yang entah kenapa selalu
acak-acakan.
Mereka bertiga, Rossie, Sharon dan Cassiel. Sekelompok
cewek-cewek berisik yang menggilai sebuah boyband Irlandia, Westlife. Dan
untungnya lagi, hari ini mereka akan berkunjung ke rumah sahabat mereka, Keavy
yang notabene adalah istri dari Kian Egan, Westlife. Tetapi walaupun gerombolan
mereka punya koneksi langsung ke Westlife, herannya mereka berdua, -Cassiel dan
Sharon- belum pernah ketemu dan ngobrol langsung sama Westlifenya –kecuali
nonton konser, yang kecil kemungkinan dilihat sama Westlife-. Kalau aku sendiri
dan Keavy sudah pasti sering lihat mereka, ya karena hampir tiap hari ketemu
sama mereka.
Kehebohan semakin menjadi-jadi, karena Sharon dan Cassiel
teramat sangat bersemangat, mereka sudah membayangkan bisa bertemu Westlife
secara langsung. Padahal Keavy sudah bilang ke mereka kalau the lads sedang ada
di London –untuk rekaman album baru, ya Cuma dua cewek berisik itu gak ada yang
percaya.
Sharon merengek minta didandani rambutnya karena akan
ketemu Mark, sementara Cassiel sudah siap dengan dandanan centilnya, karena
sudah siap akan ketemu semuanya –ya untuk Cassiel, dia memang labil, semua
anggota Westlife dia sukai-. Sementara Rossi, merasa tidak perlu siap-siap apapun, cukup seadanya, toh sudah tiap hari ketemu
mereka.
“Ayo, berangkat sekarang!” teriak Cassiel mengagetkan Rossie dan Sharon
“Iya sebentar, tanggung nih” dengan sentuhan terakhir dirambut Sharon, dia
sudah manis dengan bandana berpita di atas kepalanya
“Sabar dong Cass, aku kan musti cantik di depan mereka” sahut Sharon
“Udah cantik kok itu, udah ah ayo” pinta Cassiel tidak sabar
“Iya iya ayo” Sharon juga ikutan tidak sabar dan langsung menarik tangan Rossie, sementara Cassiel menarik tangan Sharon
“sebentar donk, tas ku!” Rossie
menyambar tas yang sudah
siap dibawa dipinggir ranjang, dan mereka pun berangkat
langsung kerumah Keavy, tentunya naik mobil Cassiel.
Sepanjang perjalanan yang hanya 10 menit, Cassiel dan Sharron superduper berisik. Nggak jelas apa yang
mereka obrolkan, sementara
Rossie tidak terlalu menyimak
karena ia juga sibuk sms-an sama pacar jengkolnya, Mr. Feehily. Eh, rahasia penting, nih…., ternyata makanan favoritnya Mark Feehily cowok
ganteng dan bersuara emas dr Westlife tidak lain dan tidak bukan JENGKOL – plis
deh, Mark – ga ada makanan lain apa?
“Kita udah jalan ke rumah target nih. Kamu sama yang lain udah siap kan?”
sms Rossie ke Mark 1 menit kemudian, “Udah tenang aja, yang penting mereka
gak tahu kan?” balas Mark
“Beres, aman! Hehe. Well see you
there, Love ya”
“Love ya too babe, take care”
balas Mark dan sms terakhir
karena mereka sudah sampai persis di depan rumah Keavy.
Rumah Kel. Egan
Sesampainya di depan pintu, Rossie menekan bel. Dan duo berisik ini sudah mulai gemetaran, -serasa mereka mau
manggung di depan ribuan penonton-, dan bersuara persis seperti tikus
yang lagi ngobrol. Aku berusaha menahan ketawa, aku gak tega kalau sampai
ngetawain sahabat sendiri. Dan asal tahu aja, mereka juga bawa koleksi Westlife
untuk ditanda tangani.
Pintu
dibuka, dan Keavy serta Ciaran,
“Welcome gals” sambut
Keavy dan peluk cium.
“Tante Loccie!” pekik sebuah suara
dilanjutkan suara derap kaki berlari menuruni tangga.
“Ci, jangan lari-lari, sayang,” sergah Keavy
melihat putranya setengah berlari menuruni tangga. Tapi sepertinya yang
diomelin tidak peduli dan tetap berlari menuruni tangga sembari berlari.
“Asalkan dia gak jatuh gak papa kan Keav?”
canda Rossie dan menangkap sosok Ciaran dengan sigap. “How
are you little man?”
“Me fine Aunt Loccie,”
Ciaran memamerkan senyum ‘Egan’ nya.
Rossie tersenyum gemas melihatnya, lalu diciumnya pipi tembem Ciaran hingga Ci menggeliat denga tertawa renyah.
“Hi Keav, mana mereka?” tanya Cassiel tidak sabar, sambil celingukan
ke dalam rumah Keavy, sepi dan kosong.
“Mereka siapa? Westlife? Dibilang lagi pada di London” jawab Keavy.
“Ah aku
gak percaya,” Cassiel tetap tidak
percaya, “Pasti ada udang di balik batu nih, kemaren aku baca berita Westlife
udah balik ke Ire nggak di London lagi kok. Acara mereka udah selesai and-”
PLUK!’
“Ouch!”
Cassiel mengernyit sakit ketika sebuah tangan mendarat di kepalanya.
Di belakangnya berdiri Rossie
dengan senyum simpul. “Sayangku ‘Castile’,
westlife masih di London and baru pulang lusa, ‘kay?”
Cassiel langsung mengekeret
dipanggil ‘Castile’.
“Castile ……”
ulang Ciaran.
Sharon dan Keavy langsung tergeli mendengar
panggilan Cassiel.
“Udah yuk ah, masuk” Keavy menuntun Sharon dan Cassiel yang lemas tanpa semangat. “Duduk dulu
ya, aku ambilin minum. Mau minum apa?” tanya Keavy ke kedua bocah itu
“Apa aja deh Keav” jawab Sharon diiringi anggukan lemah
Cassiel
“Okay, bentar ya..”
Keavy membuatkan dua meminuman berwarna untu ketiga
sahabatnya. Dan mereka langsung mereguknya habis-habis. *aus-bu…?
Rossie mendudukan Ciaran di singgasana tingginya
menghadap meja dapur- yang ternyata masih cukup untuk usia 4 tahun.
“Oke,
karena kalian sudah datang semua, mari kita mulai saja ...” Keavy tersenyum
semangat.
Sementara Sharron dan Cassiel tergugu, “Memang
kita ke sini mau ngapain sih ?”
Keavy dan Rossie harus
tersenyum geli dengan geleng-geleng kepala. Keavy menuju salah satu laci,
mengeluarkan secarik kertas pada Sharron “Kita mau bikin ini.....”
Kening Sharron mengkerut
mendengar nama masakannya. “Rujak ...??”
“Rujak?” ulang Cassiel.
“Rujak?”
timpal Sharon tapi dengan mata berbinar. “Aku pernah makan rujak, enak loh
apalagi kalau pake gula merah campur kacang ditambah sedikit cabe, yummy deh.”
“No, no, no,”
tolak Keavy, “Untuk rujak yang satu ini gak ada cabe, aku gak suka pedes.”
Rossie mengangkat bahunya. “Well, what we waiting for? Let’s make this.”
“Ada
bahannya gitu?” tanya Sharron.
“Gak
mungkin Keavy ngajuin resep tanpa ada bahan,” Rossie geleng-geleng kepala pada
Keavy yang tersenyum simpul dan berjalan ke lemari pendingin, mengeluarkan
berbagai macan jenis buah-buahan.
“Semuanya
sudah siap,” Keavy tersenyum bangga, mengeluarkan semuanya tanpa tersisa dari
dalam lemari pendingin
Sekarang di atas meja pantry sudah tersedia
berbagai jenis buah; pisang, pepaya, nanas, mangga, jambu, kedondong,
bengkuang, semangka, timun, dll.
“Semangka?” Sharon mengangkat sebelah alisnya.
“Enak tau, aku pernah makan, enak-enak aja,”
Rossie mengambil sebuah pisau dan timun, dia mencuci timunnya dan secara
hati-hati mulai mengiris timun tersebut menjadi potongan berukuran medium.
Sharron hanya geleng-geleng
kepala dan mengikuti langkah Rossie hanya saja dia memotong buah mangga. Keavy
memilih untuk memotong buah jambu.
“Jambu air, jambu monyet, atau jambu biji
itu, Keav?” tanya Cassiel bingung sembari mengambil pisau dapur juga.
“Jambu Castile
!!” sebuah suara kecil menyahuti.
Keavy, Sharon dan Rossie langsung tergelak
mendengar sahutan tersebut sementara Cassiel menggeram kecil dan mengambil buah
bengkuang.
“Eits,
jangan motong buah.” cegah Keavy langsung ketika Cassiel mau memotong buah
berwarna putih tersebut. “Lebih baik kamu ngulek aja.”
“Ngulek
……??”
Keavy tersenyum simpul dan mengeluarkan
seperangkat alat mengulek; colek dan sebuah mangkuk, beberapa potong gula
merah, plus kacang nya. “Kamu bikin kuahnya aja, ya ...?”
“Oke.”
meletakan pisau dan mulai menempatkan gula merah tersebut di mangkuk, diberinya
sedikit air dan mulai mengulek.
Di tengah-tengah asiknya kerjaan masing-masing
juga ocehan Ciaran yang tiada henti, Sharon tertawa geli mengangetkan mereka
bertiga ditambah karena tawa Sharon yang tiba-tiba dan sedikit susah
dihentikan.
“Kenapa kamu Shar?” selidik Keavy.
“Gak,
cuma,” Sharon kembali tertawa.
“Sharon?”
pinta Rossie.
“Oke,
oke,” Sharon menghapus setitik air yang terjatuh di pelupuk matanya, “Cuma
ngebayangin kalau Cassiel nguleknya sambil joget dangdut kayak gimana,” kembali
tertawa geli.
“Ngaco,” komentar Cassiel tapi Keavy dan Rossie malah
ikut tertawa membayanginya. “Gals,
please? Be serious please.”
“Ah,
kamu bawaannya serius terus, kapan bercandannya,” ucap Rossie polos.
‘KRRINNGG ………!!’
“Bentar
aku angkat dulu,” Keavy menghampiri telephone rumah yang berada di dapur dan
berjalan kearah taman.
“Ngapain
Keavy terima telephone pake ke taman segala?” tanya Cassiel
“Kali
aja penting,” sahut Sharon.
“Dadda ……”
Telinga Cassiel langsung
menangkap kalimat ‘dadda’ yang Ciaran ucapkan. “Ci,” beralih pada Ciaran,
“Dadda mau datang ya?”
Ciaran hanya tersenyum dan
mengangguk-angguk.
“Kan!! Ciaran sendiri bilang iya!! Kee-an
mau datang kesini yang mengartikan Westlife udah balik dari London sedari
kemaren.”
“Gak Cass,
percaya deh Mark and the genk masih di London, aku kan FeehilyLovers masa’ gak
tau kapan pacarnya sendiri pulang,” cerocos Sharon.
“Pacar?
Gak salah denger tuh yang ada aku lagi istri si Mark.” Rossie meleletkan
lidahnya kearah Sharon yang dibalas cubitan pipi sama Sharon dan sedikit
berlanjut. Cassiel hanya menutup mata Ciaran agar tidak menonton adu debat
antara sesama pencinta Mark Feehily.
“Woa, what are you doing, girls?”
Keavy yang masuk keruangan langsung terkaget melihat adu debat antara Sharon and
Rossie.
“Keav,
Westlife mau datang ke sini kan?” tanya Cassiel cepat.
Keavy menggeleng dengan kuat-kuat. “Enggak Cass-”
“Tapi
tadi Ci bilang iya apalagi pas kamu terima panggilan itu,” sungut Cassiel.
Keavy meletakkan lagi telephone nya dan kembali
melanjutkan aktivitasnya. “Itu mamma nanyain kabar kalian.”
“Yakin ?”
“Believe me.”
“I don’t believe that.”
“Up to you.”
“Huaaaaa. Serious?”
“Iya
serius.” sahut Keavy tidak kalah seriusnya.
“Tapi,
masa’ sih? Gak percaya ah.” tetep kekeh.
“Ya
udah, gini aja ya sayang, emang kenapa kalau mereka mau datang terus kalau gak
datang emang kenapa?” Rossie mengambil alih.
Cassiel langsung tersenyum genit. “Kangen sama
Nicky, Kee-an, Mark, and Shane.”
‘DUG!’
Kembali sebuah tangan mendarat di kepala Cassiel
tapi bedanya yang tadi dari Rossie sekarang dari Sharon.
“Ngawur,
Kee-an kan udah punya istri apalagi Shane and Nicky.” terkatup sama ucapan
sendiri.
“Then?”
“Gak ada maksud buat centil sama Mark kan?” selidik Sharon
serius.
“Emang kenapa?” Cassiel melanjutkan
kerjaannya.
“Aaaaahh!!!!
Castile!!! Jangan rebut Marky dong. Masa’ semua disukaain, konsisten dong,
pilih salah satu aja.” omel Sharon.
Cassiel menarik nafas pelan.
“Ya udah aku pilih KMSN.”
“KMSN?” ulang mereka bertiga serempak.
Cassiel melempar pandangan manis pada ketiga sahabatnya
yang asik memotong buah. “Kee-an Mark Shane Nicky, nah aku konsisten kan.”
Keavy langsung menepuk jidatnya menyadari
kepanjangan dari KMSN, Rossie langsung memotong buahnya dengan semangat
sementara itu Sharon yang memotong nanas nya tidak kalah semangat dari Rossie.
Cassiel langsung tergelak melihat aksi ketiga sahabatnya, Ciaran yang tidak
mengerti apa-apa ikut-ikutan tertawa.
Di tengah tawa Cassiel dengan cepat Sharon
memasukan potongan nanas yang berukuran kecil ke mulutnya dan secara reflex
Cassiel langsung menutup mulutnya.
“Aseem banget!!!” komentar Cassiel setelah potongan nanas
itu tertelan masuk. “Arrgh, aku gak suka nanas, Sharon! Minta
pepayanya.” dengan cepat Cassiel mencomot sepotong pepaya yang dipotong Rossie.
“Cassiel! Itu kan buat rujak nanti.”
“Hem, manis, mau lagi.”
“Cassiel!!” pekik Rossie menyadari
potongan buahnya yang berkurang dengan drastis. “Sini kamu! Ahh!!!”
Tawa Cassiel kembali pecah
melihat ujung hidung Rossie yang merah kecoklatan karena kuah buat rujak yang
dicolekkan kehidungnya.
“Tissue, mana
tissue?” Rossie mencari-cari tissue dengan cepat.
Keavy menyerahkan sekotak tissue pada Rossie
sembari menahan gelinya, “Here they’re sweetie.”
“Argh!!
Cassiel!!” pekik kaget Sharon ketika Cassiel kembali mencolekkan kuah gula
merah tersebut di pipi Sharon. “Itu makanan jangan dipake buat mainan dong.”
Cassiel tertawa puas melihat dua wajah sahabatnya.
“Tunggu
gak adil hanya berdua.” Sharon mencolek kuah tersebut dan menghiasnya di wajah
Keavy.
Keavy hanya terdiam tapi segera tersadar ketika
sebuah tangan kecil ikut melukis di wajahnya dengan kuah rujak.
“Cassiel!!”
pekik Keavy kaget begitu mengetahui siapa yang
menghiasnya. Ciaran berada di depan wajahnya dengan
digendong Cassiel.
Tappa aba-aba Cassiel langsung menurunkan Ciaran
dari gendongan dan berlari keluar dapur.
“Castile!!”
suara Rossie terdengar hingga ruang tamu. “Sini kamu!!”
‘KRIEEKK’
‘BRRUK!!’
Cassiel memegangi keningnya yang sakit minta
ampun. “UAAAAHHHH!!!! Holly crap!!!”
“Haha!
Kualat.” pekik Sharon girang.
Cassiel meringis sakit, disibaknya rambut panjang
yang menghalangi pandanngannya. “Siapa sih buka pintu gak pake ngomong-ngomong
dulu? Maen buka-buka aja, kan bisa aja pencet bel dulu biar dibukain ah, jadi
sakit nih keningku. Diem deh Sharon, sakit nih keningku, pasti biru, ah mana
nanti malam ada janji sama Michael and Steven, bakal jadi bulan-bulanan nih.
Jadi orang kok gak hati-hati banget sih maen buka-buka pintu aja, tanggung
jawab-” omelan Cassiel terhenti mendapati sosok pria berdiri di depannya.
“Keavy!
Aku makan siang disini gak jadi di resto.” suaranya masuk kedalam ruang.
“Dadda!!”
Ciaran berlari dari gendongan Keavy ke gendongan pria tersebut.
Kee-an dengan sigap menangkap
tubuh kecil Ciaran yang berlari kearahnya dan berlalu ke Cassiel. “Kamu gak
papa?”
Cassiel hanya membatu di tempat.
Tawa Sharon, Rossie dan Keavy langsung pecah dari
dapur.
Cassiel bisa merasakan pipinya yang memerah.
“Oh ya,
soal pintu aku minta maaf ya, aku nggak tau ada kamu lagi lari kearah pintu,
jadinya ya ……”
“No, its okay, I’m fine.” ujar Cassiel.
“Are you sure?”
“Cass,
mending ngaca deh,” usul Rossie.
Cassiel dengan cepat berlari
kearah toilet tamu dan mendapati keningnya yang mulai membiru. “AAHH!!! BENER
KAN!! Mereke berdua bakal ngetawain aku terus nih.” (untuk sesaat dia melupakan
sosok Kian).
“Emang mereka berdua siapa sih?” Keavy
muncul di mulut pintu dengan raut wajah penasaran.
“Ada deh.”
“Keavy!!”
jerit tertahan datang dari Sharon yang menghampiri toilet tamu. “Kamu bilang
Westlife lagi di London lah kok Kian ada disini? Tapi tunggu sebentar kalau
Kian ada disini berati Mark juga ada dong? Panggil dia kesini ya, please, please, please ……”
“Tunggu,
aku baru sadar,” suara Cassiel tidak kalah dari suara Sharon, “Berati dugaanku
bener dong! Westlife lagi ada di Ire kan bukan di London itu buktinya Kian yang
datang kalau lagi stay di London impossible banget Kian bisa di sini. Gak mungkin banget, terus yang lainnnya ke mana? Gak ada
datang ke sini? Panggil kesini juga dong Keav, please, please, please .......”
“Castile kayak kereta aja nih, kalau
ngomong gak kenal tanda koma sama titik ya?” timpal Rossie.
“Yang penting
Westlife ada di Ire,” tidak mau kalah.
“Yeilah,
keras kepala amat sih nih anak.”
“Sharon,
Cassiel, yang pulang itu cuma Kee, bukan yang lainnya dan lagi, Kee pulang cuma
buat numpang makan siang gak lebih and habis itu balik lagi ke London sono.”
jelas Keavy.
“Kagak
percaya,” sungut Sharon. “Masa’ Kian datang kesini cuma untuk numpang makan
siang abis itu balik ke London lagi? Kan sayang duitnya.”
“Yaaa
….” Rossie kembali bersuara, “Kali aja kangen sama istri, kan kalau cinta sudah
melanda apa-apa jadi oke-oke aja.”
Keavy langsung memerah mendengar ucapan Rossie.
“Sebentar,
berarti tadi yang buka pintu itu Kian?” Cassiel seakan tersadar lagi.
Sharon dan Rossie mengangguk
singkat.
“Terus yang kuomelin tadi itu .......”
Cassiel tidak melanjutkan ucapannya tapi
cukup untuk membuat pipinya ikutan memerah.
“Yup, yang udah kamu omelin sedari tadi
termasuk nyaris kamu sumpahin itu Kian, Kian Egan, istrinya Keavy Collins,
sahabat kita semua.” lanjut Sharon membuat Cassiel tambah malu lagi.
“Kenapa
Castile? Merasa bersalah?” ledek Rossie.
“Mati aku
berati yang aku omelin tadi itu Kian Egan?” masih tidak percaya.
“Iya Cass, itu
suamiku, Kee-an Egan.” Keavy setengah kesel karena dari tadi dikasih tau gak
masuk-masuk ke kepala anak itu.
Kee-an yang mendengar namanya disebut-sebut segera
menghampiri meja pantry tempat keempat perempuan tersebut sedang berkumpul,
Ciaran tetap berada di gendongannya.
“Hello
girls? Ada apa ini? kenapa namaku disebut ya?” sapa Kee-an ramah di pintu pantry
tidak jauh dari Keavy. Kee-an sedikit terpaku mendapati wajah Keavy yang
sedikit berbau manis, “Kamu abis treatment, ya, Keav?”
“Enggak
kok.”
“Kok wangi manis-manis gitu.”
“Masa’?
udah aku bersihin kok,” giliran Keavy yang mengaca memastikan wajahnya bersih
tanpa ada noda kuah rujak lagi. Tapi Keavy harus terkatup dengan hasil karya
Ciaran.
Sharon dan Rossie dengan sekuat tenaga berusaha
untuk menahan tawanya melihat kejadian tersebut.
“God,
Ciaran, baju dadda kan jadi kotor ……” Kee-an memandang tidak suka kaos polo
biru muda nya yang kotor juga lengket karena kuah rujak yang berasal dari
tangan Ciaran.
Ciaran hanya nyegir tidak berdosa dan kembali
menempelkan kuah rujak tersebut di baju dadda nya hanya saja sekarang wajah
dadda nya juga masuk kategori.
“Badut
... manis, dad, enak, gak kayak coklat yang dijual, kakak Castiel yang bikin.”
“Oh My
God, Ki, gimana ceritanya Ci sampe bisa ngambil tuh kuah?” Rossie takjub.
“Keav,
pegang dia dulu.” Kee-an menyerahkan Ciaran pada Keavy yang dengan segera
mencuci mulut dan tangan Ciaran dari kuah rujak.
Kee-an sendiri merobek tissue gulung yang sudah
dibasahkan dan membersihkan wajahnya juga bajunya tapi justru membuat noda nya
semakin menempel pada baju Kee-an.
“Argh, pasti
gara-gara tadi waktu aku terima telephone, Ci aku taro di kursi yang agak
tinggi, mungkin tangannya ngeraih kuah coklat itu.”
“Itu
gula merah Ki,” ralat Rossie, “Gula merah yang diulek sama Cassiel terus ditaro
di pinggir meja makan sama dirinya sendiri.”
“Cass-”
‘BRUK!!’
“Cassiel!!!”
Cassiel masih
menggerjap-ngerjapkan matanya untuk beberapa saat sebelum benar-benar seratus
persen sadar. “Is this heaven?”
Kee-an harus tertawa geli, “Yes, this is heaven
and I’m your angel, come to me beloved Cassiel,”
seraya mengulurkan tangannya.
“Kee-an
ngaco nih, kalau ini anak mati yang bakal ngulek kuah rujak nya siapa?” omel
Keavy membuat Kee-an tertawa geli.
“So this is hell?” Cassiel bangun dari
tidurnya.
“Welcome to the hell Castiel, I’m your
deathangel,” sambut Sharon. “And she
is your devil guide.” seraya menunjuk Rossie.
Rossie memasang senyum devil nya dan bersama
Sharon, menarik paksa Cassiel dari sofa ruang tamu ke dapur.
“Welcome
to the hell, dan di sini kamu akan mengabdi untuk kita berdua, silahkan bikin
kuah untuk rujak lagi karena yang pertama sudah terinfeksi dengan banyaknya
kuman juga bakteri.” jelas Rossie sembari mengambilkan Cassiel colek juga
beberapa potong gula merah. “Buat yang satu ini seratus persen higenis.”
Cassiel yang sudah tersadar sepenuhnya menatap
berkeliling ruang dapur. “Buah-buahannya gimana?”
“Sudah
selesai di tata sewaktu anda berada dalam perjalanan kesini.” Sharon memberi
senyum manisnya.
Cassiel mengkerut tidak percaya dan mengambil air
sebelum memasukkan potongan gula merah tersebut dan mulai menguleknya.
“Nah
sembari menunggu rujaknya selesai, ladies and gentlemen, mari kita makan siang
terlebih dahulu,” ajak Keavy sembari menghidangkan Vegetarian Lasagna kepada
para tamunya.
“Banyak
amat Keav?” Sharon takjub melihat banyaknya porsi Vegetarian Lasagna. “Kan cuma
kita berlima kok masaknya banyak amat?”
“Aku gak dihitung nih?” protes Cassiel
“Enam. Kok
banyak amat?” balas Rossie.
Keavy hanya tersenyum manis. “Kali aja ada yang mau
nambah atau kalau gak buat nanti malem kan bisa.”
“Ah! Sayur gak mau.” Ciaran menggeleng kuat-kuat.
“Tunggu
sebentar, jadi kalian semua pada makan sementara aku ngulek?”
“Iya!!!”
jawab Sharon, Rossie, dan Keavy serempak.
“Iya
kakak Castile.” sahut Ciaran riang.
“Ros,
tanggung jawab nih,” tuntut Cassiel, “Because
of you Ci called me like that.”
“It Ci wants, not me, I just introduced
that name,” balas Rossie polos.
Cassiel hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan
menguleknya sementara wangi Vegetarian Lasagna mulai memenuhi seisi ruangan.
Keavy mengambil seporsi Vegetarian Lasagna untuk
Ciaran tapi sebelum diberi saja Ciaran sudah berlari menjauhi Ciaran.
“Ci,” Keavy setengah berlari mengejar
Ciaran yang berlari mengitari ruang makan.
“Gak mau maa, gak mau sayur ah, ga enak !”
tetap berlari.
“Ci, awas
nanti kena Cassiel loh,” Kee-an memperingati.
“Ciaran!
Nanti kuah nya tumpah loh.” Cassiel tidak kalah takutnya.
“Ci,
nanti kesenggol Castile loh,” Sharon ikut memperingati sementara yang
diperingati tetap berlari mengitari meja makan dan hampir beberapa kali
bersenggolan dengan Cassiel yang mengulek gula merah campur kacang.
“Ci
sayang, makan yuk, enak loh sayurnya.” bujuk Keavy.
Dengan cepat Ciaran menutup mulutnya dengan kedua
tangan kecilnya seraya menggelengkan kepala dengan cepat.
“Ciaran, ini enak loh.” Rossie memakan Vegetarian Lasagna
nya dengan lahap.
Dengan kilat ditutupnya lagi
mulutnya, dengan geleng-geleng kepala.
Keavy nyaris pasrah
menghadapi Ciaran yang ogah makan sayuran.
“Kalau gak makan sayur gak cepet gede loh
Ci,” Sharon menakut-nakuti.
“Ayo sayang,
satu suap aja,” Keavy kembali
membujuk.
Ciaran tetap menggeleng dan
berlari tanpa melihat ke arah depan.
‘Hup!’
“Ketangkep, ya, anak dadda yang bandel....”
Kee-an tersenyum menang ketika berhasil menangkap Ciaran. “Yuk makan siang sama
dadda, enak loh sayur yang maa bikin.”
Ciaran terdiam sebentar dan
memperhatikan dadda nya yang makan dengan lahap. “Gak mau makan kalau kakak Castile
gak ikut makan.”
“Ah thank you
Lord.” Cassiel berpura-pura terima kasih dan segera mencuci tangannya.
Kee-an tidak bisa menahan gelinya. “Tapi janji
sama maa habis Cassiel makan Ci ikut makan juga ……?”
Ciaran mengangguk menyakinkan. “Janji.”
Cassiel dengan cepat mengambil seporsi makan
siangnya dan menyantapnya.
“Eheemm, enak banget Ci!” komentar Cassiel girang. “Manis
gak pahit kok, janji kalau pahit kakak beli in permen deh.”
Ciaran yang mendengar permen
langsung memakan jatah makan siang dadda nya.
“Gimana?”
tanya Kee-an tidak sabar menunggu reaksi putranya.
“Enak!”
dengan mata berbinar.
“Holla
Egan family, lagi makan siang nih?” sebuah suara masuk, diikuti suara wanita.
“Keavy??”
Cassiel, Sharon, dan Rossie
mendongak melihat pemilik suara tersebut.
“Hi Ki, dicariin gak tau nya ada disini toh
kamu.” menarik sebuah kursi untuk duduk dan ikut serta makan siang.
Keavy dengan sigap langsung
memberikan satu piring kosong buat tamu barunya.
“Am I dreaming?”
ujar Sharon.
Rossie menggeleng dan
melanjutkan makan siangnya. “Nope, this is real.”
“Hit me please,”
pinta Cassiel tiba-tiba.
Rossie segera meletakkan
sendoknya dan mencubit pipi Cassiel.
“Ouh!!” pekik Cassiel kesakitan dengan
memegang pipinya yang mulai memerah.
“Kan kamu yang minta.” Rossie cuek.
“Tunggu kalau
dia ada disini Kee juga terus yang dua lagi di mana?” tanya Sharon.
“Nah!!
Bener lagi kan, apa yang aku lihat kalau Westlife udah balik ke Ire,
penglihatanku gak pernah salah dan tapi bener apa yang Sharon bilang, kalau
anda ada disini plus Kee juga, terus dua lagi ke mana dong? Jangan bilang masih
di London, gak mungkin, gak mungkin banget,” Cassiel mulai ‘berkereta’. “Kok
datengnya tiba-tiba? Gak pake salam dulu atau apa?”
“Cass, Cass, Cass, take a breath sweetie,”
Keavy menenangkan.
“Kayak burung beo nyanyi maa,” celetuk Ciaran.
“What!?”
“Lalalalalalala.”
Ciaran menyanyikan nada tidak beraturan. “Nananananana, dududududu,
lililililili.”
Cassiel hanya bisa bengong tanpa berucap apa-apa.
“Terus
ada urusan apa lo datang kesini?” tanya Kee-an.
“Oh,”
seperti tersadar, “Enggak masalah tentang band aja, ada yang mau gue tanyain
sama lo, tapi liat lo lagi lunch gue kasih tau nanti aja deh.”
“Yakin?”
Menganggukan kepala. “Yakin
seratus persen,” kembali makan.
“Ini mimpi
bukan?” bisik Sharron pada Keavy.
“Enggak
Sharr,” balas Keavy, dengan tersenyum geli. “Itu Gillian dianggep patung apa ?”
dengan melirik Gilly yang sedang sibuk membantu Rossie.
“Shane
Filan ikut makan bareng kita?” Cassiel masih tidak percaya, “Masa’ sih? Tapi,
ah gak mungkin, eh Rossie itu beneran Shane Filan?”
“Enggak
itu Shane Lynch,” jawab Rossie dongkol.
Cassiel memutar matanya. “Kalau Shanno mah
badannya penuh sama tattoo beda sama Shane yang ini, yang ini mulus, putih,
bersih lagian sedikit gemuk.”
“Gemuk
……?” tanya seruangan terlebih Gillian yang sensitive mendengar suaminya disebut
gemuk.
Cassiel langsung menutup mulutnya dengan kedua
tangannya. “Oups, maaf Gill,”
Gillian hanya tersenyum geleng-geleng
kepala mendengarnya.
“Ada-ada aja
kamu Cass.” sahut Kee-an.
“Cassiel,
cassiel,” timpal Keavy.
Melihat pamannya
geleng-geleng kepala, Ciaran ikut geleng-geleng kepala. “Castile, castile.”
Cassiel tambah merosot di
kursinya.
*
“Itu beneran
Shane, Shar?” Cassiel masih mempermasalahkan matanya.
“Iya
Cass, tapi aku gak sabar nunggu Mark buat datang, abis tadi ngira Mark yang
bakal datang eh gak taunya,”
“Patah
hati.” Sambung Rossie seraya meletakkan piring bekas makan di wastafel yang
bakal di cuci sama Sharon dan Cassiel.
“Banget.”
sambut Sharon. “Berita hoax berati yang kubaca tadi pagi di ***** tentang
Westlife yang masih di London untuk finishing album mereka, eh gak taunya, dua
dari empat personil nya ada di rumah Keavy, gak tau yang dua lagi ada di mana.”
“Panjang
amat Shar omelannya.” Keavy meletakan piring miliknya. “Lagian mereka datang
kan tiba-tiba, mana aku tau.”
“Gak yakin,
seratus persen gak yakin,” Cassiel masih misuh-misuh dengan tetap membasuh
piring-piring kotor disitu. “Buktinya Ci yang bilang dadda bakal pulang, terus Kian
beneran pulang, terus Shane ikutan nongol, pasti Nicky and Mark bakalan datang
juga nih, dari awal perkatannku bener berati ada udang di balik batu, eh bener
aja kan, lagian rujak cuma alasan buat ngumpulin kita kan?”
“Nah kan
mulai lagi nih anak, ngomong kayak kereta api tampa jeda,” runtuk Rossie.
“Soal
rujak mah memang aku pengen kamu buat ikut nyobain, darling,” jelas Keavy. “Ya,
kalau kamu gak mau bisa pulang aja sih.”
“Haeehh?”
Cassiel meangkat sebelah alisnya, “Mau pulang juga nanggung, lagi ada dua cowok
cakep disini masa’ dibiarkan, kan sayang.”
“Ngaco kamu.” tegur Rossie, “Mereka kan udah punya
istri.”
“Dan aku istrinya,” timpal Gillian dongkol
jenaka.
“Kali aja jadi yang kedua.” Cassiel tergelak
diikuti tawa Sharon.
Keavy hanya menghela nafas
menghadapi sahabatnya yang satu ini, udah keras kepala, ada-ada saja ocehannya.
“Look,” Sharon menyikut Cassiel dan
memandang ke arah taman belakang, tempat Shane, Kian dan Ciaran sedang bermain.
“Very handsome
and killed my heart.”
“Kamu
mengatakan hal yang sama untuk keempat cowok tersebut Cass,” tegur Sharon.
“Anteng aja gituloh.”
Cassiel langsung menggeleng. “Mereka kan Westlife,
Ross, Westlife gituloh, westlife, should
I say it once again? WESTLIFE, they are-”
“Misi,
Shane nya ada? Tadi nyariin Shane di rumahnya katanya lagi pergi ke sini.”
Sontak saja mereka berempat memandang kearah pintu
dan mendapati sosok lain dari personil Westlife berdiri di ambang pintu dapur.
“Ada
kok, tuh di belakang sama Kian and Ci,” Keavy menunjuk ke halaman belakang.
“Thanks
ya.” berlalu begitu saja.
“Itu
………” Sharon tidak melanjutkan kalimatnya tapi terbata-bata.
“Oh my god!! He’s coming!!!” Cassiel dan
Sharon langsung berpelukan erat melihat sosok yang baru datang.
Rossie hanya
tertawa cekikikan melihat tingkah laku Sharon yang sudah mengibaskan tangannya
kedepan mukanya sendiri –dia benar-benar berkeringat karena kaget, dengan mulut
terbuka, mau teriak tapi tidak bisa. Dan Cassiel sudah histeris sendiri, sambil
menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.
Sementara
Keavy geleng-geleng kepala
“Yang
duluan nyapa dapat giliran ngobrol pertama.” Cassiel dengan cepat berlari
keluar dapur kearah halaman belakang.
“Ah!!
Gak adil gak ada ngomong dulu!” Sharon menyusul dibelakangnya.
Keavy dan Rossie tertawa geli melihat dua tingkah
sahabatnya dan memutar bola matanya.
“Eh, nggak
ikut ngejar kamu?” Keavy tersadar dengan Rossie yang masih berdiri di
sebelahnya
“Ah,
enggak ah, paling juga orangnya datang sendiri,” tukas Rossie bercanda.
“Oh,
yea...” Keavy tersenyum kulum dan melanjutkan persiapan rujak-rujaknya.
“Cassiel
sampe lupa sama gula merah yang lagi di uleknya coba.” omel Rossie. “Ditambah
piring yang nggak dicuci.”
“Biarin aja, tinggal nanti suruh mereka berdua ngeberesin
begitu ada tamu lagi.”
“Nicky bakal dateng juga?” tanya Rossie.
Keavy tidak membalas
melainkan tersenyum kulum.
“Ayolah Keavy.”
“Ah udah ah, mending kamu ulekkin dulu aja
tuh gula merah baru bicara lagi.” saran Keavy yang dituruti Rossie.
Di taman,
“Hey Cass,”
Sharon kembali menyikut Cassiel.
“Ya?”
tanpa melepas pandangan dari ketiga cowok yang sedang duduk di taman.
“Kalau
Shane, Kian and Marky disini, Nicky bakal kesini juga gak, menurutmu.”
“Hem,
ramalan bintangku hari ini bilang aku bakal dapet untung besar dalam cinta.”
Cassiel tersenyum pasti.
“Emang
bintangmu apa?”
“Scorpio.
Hey guys!” dengat cepat ditinggalkannya Sharon yang masin diam di situ tapi
tidak kalah cepat dari Cassiel, Sharon ikut menyusulnya.
Ciaran segera berlari kearah pamanya yang baru
dating, dan dengan sigap langsung digendong Mark .
“Hey,
kamu udah tumbuh besar ya,” Mark mengacak-acak rambut Ciaran. “Kalian pasti
Sharron dan Cassiel... alihnya pada Sharron dan Cassiel.”
Sharron dan Cassiel tergagap dengan sapaan Mark
tiba-tiba...
“Eh,
Iya..., aku Sharron....”
“Aku
Casssiel,” langsung mengulurkan tangannya.
“Nice
tomeet you all ladies...,” Mark tersenyum dengan manisnya, memamerkan dua
lesung pipit indahnya.
“Eh kok
tahu, nama kita berdua ?” Sharron terkaget sendiri.
“Tahulah,
Rossie sering cerita....”
Muka Sharron dan Cassiel langsung merah padam
dengan melirik pada Rossie menuntut pertanggung jawaban, tapi hanya dijawab
dengan senyumanm tanpa dosa Rossi.
“Hehehehe....., Rossie sudah cerita apa saja?” Cassiel nyengir malu.
“Banyak, tapi tenang, yang bagus-bagus kok, kayak gimana kalian berdua
ngefans kita semua ....,” Mark menenangkan mereka.
“Heheheeh, iyah.....” Cassiel masih nyengir.
“Rossie
bilang nggak kalau aku suka kamu....” Sharron dengan wajah polosnya.
DZIG.
“Ng....., nggak tuh ...., emang iya, ya ...?” Mark tersenyum geli dengan
melirik Rossie yang menutup muka dengan tembakan langsung Sharron.
Sharron menepok jidatnya, “Jiah....sia-sia dong pdkt ku selama ini.”
“Emang kamu pdkt? Kok aku gak liat?” bukannya Mark yang
bertanya malah Cassiel.
“Lah, emang
harus laporan sama kamu dulu gitu? Rasa nya di hukum negara Ireland kalau orang
mau pdkt boleh-boleh aja kok tampa harus bayar pajak.”
“Aku udah bikin hukum kok, dimulai seminggu lalu dan
ditaati sama seperempat populasi Ireland dan sepertiganya gak menaati.”
“Emang isi hukumnya apa?”
“Setiap warga negara Ireland yang jatuh
cinta terhadap seseorang baik pdkt atau tidak, diwajibkan membayar pajak £50 kepada Agnes Carmen Cassiel Addison atau kalau tidak
akan dikutuk oleh neneknya.”
Sontak saja tawa Shane, Mark,
Kee-an dan Sharon meledak mendengarnya bahkan membuat Ciaran yang tidak
mengerti apa-apa ikut ketawa.
“Terus dikutuk jadi apa?” Kian berhasil berucap di tengah tawanya.
“Heeh?” Cassiel bingung sendiri.
“Jadi apa Cass?”
kejar Shane.
Cassiel terdiam sebentar dan memainkan matanya ke arah
Mark. “Dikutuk buat jadi pacar Cassiel.”
“CASTILEEEE!!!”
pekik suara seorang perempuan menggelegar dari dapur.
“Waduh,
pasti nona besar denger deh,” Cassiel merungut sendiri dan bersembuyi di balik
Mark ketika ‘nona besar’ datang.
“Where’s she?”
tanyanya Rossie dengan berkacak pinggang.
“Who?”
tanya Mark balik.
Dia menghela nafas sebentar, “The girl with dark brown hair and has same taller with Sharon, where
she is?”
“Just
run back to the house ………??” Kian yang
membalasnya.
Rossie mengamati Kee-an sebentar dan terdiam.
“Hem, ya udah deh, kalau misalnya mau jadi pacar Mark jadi aja, toh saya kan
udah jadi istrinya.”
“Heeh?”
Sharon yang menyahuti. “Kok bisa? Bukannya Sharon yang jadi istri sah nya?
Rossie kan cuma pacarnya aja.”
“Eits,
anak kecil jangan melawan yang tua.”
“Wah,
mengakui dirinya sudah tua.”
‘JLEB’
Rossie langsung terpaku
dengan kalimatnya sendiri, Shane dan Kian kembali tertawa melihatnya.
“Asik, berati
Mark untuk Sharon.” seraya merangkul lengan Mark dan meleletkan lidahnya pada
Rossie.
“Siapa
bilang, I fall in love with Mark first.”
“Oh
yeah?”
“Sharon
juga tau Westlife begitu aku sama Keavy kasih tau kan?”
“Hem, sama-sama
pegang satu point kita,” Sharon mengangguk kecil.
“Nah
kalau begitu,” meraih lengan Mark yang lainnya, “Mark untuk Rossie ya, Sharon
pergi aja, tuh bantu Keavy beresin rujaknya, ‘kay?”
“Loh kok
Sharon? Kan tugas Sharon udah selesai, motongin buahnya, Rossie sendiri?”
“Sama,
tugas Rossie mah udah selesai dari tadi, ah!! Tugas nyuci piring, belum selesai
kan?” seperti mendapat piagam emas.
“Permisi
selir Mark Feehily mau lewat dulu.” sebuah suara menyela.
“Kuda
………” ujar Ciaran melihat ada yang merangkak.
Mata Rossie menangkap sosok lain yang merangkak di
bawah mereka bertiga (Sharon, Mark, Rossie) dan dengan cepat berlari masuk ke dalam
rumah.
“Castileeee!!!!”
“Kejar
kalo bisa!!!”
‘BLAM!’
“Woy...woy...,
rumahku, nih!!!” Keavy langsung bersuara. “Kee!!”
Di luar, bukannya menengahi pertengakaran Kee-an
dan Shane malah tertawa lepas, Ciaran sendiri yang tidak mengerti melihat dadda
nya tertawa ikutan tertawa pula.
“Keav, Gilly,
bantu buka pintunya dong!” suara Rossie terdengar dari balik pintu.
“Jangan
Keav, bantu aku tahan pintunya,” seru Cassiel yang seruangan dengan Keavy.
“Sharon!!
Bantu aku.” jerit Rossie dari luar
Cassiel segera menguatkan pertahannya pada pintu
dapur ketika mendapat pertambahan tenaga dari arah yang berlainan.
“Keavy,
please ……” ....
Keavy hanya bisa menghela
nafas dan geleng-geleng kepala menanggapinya. “Rusak pintu rumahku nanti.”
“Holla!! I’m
coming!!”
“Heh??”
‘BRAK!!’
“Huuuaaaaa!!!!
Sakit-sakit-sakit-sakit!!!” loncat-loncat ditempat begitu telapak tangan
kanannya tergencet antara dinding dan pintu kayu yang terbuka dengan kuatnya
dari arah yang berlainan.
“Heh?
Kenapa Cass.” tanya Shane yang langsung berlari kearah mereka bertiga. Di belakangnya
menyusul Mark, Kee-an dan Ciaran.
“Sakit
……” Cassiel nyaris nangis memegangi telapak tangannya yang memerah. “Kegencet
pintu.”
“Princess
mau nangis nih.” ledek Kee-an.
“Ah,
beneran sakit nih Kee.”
“Sini
aku obatin.” Nicky meraih
telapak tangan Cassiel dan dengan lembut mengecupnya.
“Sembuh!” Cassiel tersenyum seketika.
Nicky yang baru tiba dan
masih belum ngerti apa-apa hanya geleng-geleng kepala. “Emang
gimana ceritanya sih sampe bisa kegencet pintu segala?”
Cassiel menunjuk Sharon dan Rossie.
“Deh,
enak banget maen nyalahin yang bikin marah duluan juga siapa.” tolak Rossie.
“Ye,
tapi kan yang nyamperin siapa?” balas Cassiel.
“Bener
ya, Castile nih, kayak Castile banget, susah dirobohin.”
“Emang
aku barang.” sunggut Cassiel.
“Ok, oke, biarkan saja itu berlalu.” Sharon menangahi.
“Castile ....”
Ciaran menyahuti.
Cassiel terdiam sebentar dan meminta Ciaran dari
gendongan Kian. “Ci, sekarang panggil tante Rossie, Tante Lolo, ya.”
“Lolo
……?” mata Ciaran membesar menggemaskan.
“Iya, Tante
Lolo.”
“Tante
Lolo.”
“Anak
pintar,” mengecup kening Ciaran.
“Ci,”
Rossie tidak mau kalah, “Kalau Ci panggil Tante pake Lolo besok gak dapet ice
cream loh.”
“Ah mau
ice cream,” dengan segera berontak dari gendongan Cassiel, meminta pindah ke
gendongan Rossie.
Dengan berat hati Cassiel harus melepaskannya,
lagipula telapak tangannya masih merah gara-gara kegencet pintu tadi.
Nicky menepuk tangannya. “So, anyone can tell me what’s going on in here? Why you called me
Mark.”
Mark menggeleng dengan cepat. “Its Shane commanded.”
“Excuse me...?”
Shane mengkoreksi. “I’ve been in here
‘cause Kian called me.”
“I got a call from my wife,” sahut
Kee-an langsung sebelum Nicky bertanya lebih.
Keavy hanya tersenyum simpul dan mengajak semua
sahabatnya ke ruang dapur.
Di atas meja makan, tiga piring besar dengan
berbagai jenis buah yang berbeda dan juga semangkuk penuh kuah rujak sudah
tersedia.
“And what is
this?” tanya Nicky.
Sharon dengan santai mencomot
potongan buah pepaya dan mencoleknya ke kuah rujak yang berwarna coklat gelap.
“Yummy!”
“Mamma! Mau, Ci mau juga.” Ciaran langsung
merosot dari gendongan Rossie dan mengambil buah berwarna putih dan
mencelupkannya ke kuah rujak.
“Ciaran,”
Keavy segera mengawasi anaknya takut-takut kuah nya tumpah ke bajunya.
“Enyak, maa.” dengan mata berbinar.
Sharon langsung terkekeh
geli.
Kee-an, Mark, Shane dan Nicky yang belum pernah
mencicipi mengikuti langkah Sharon.
“Lebih enak pake sambel.” komentar Nicky.
“Asem lebih
enak.” sahut Mark.
Rossie mengambil potongan nanas dan menyuapinya
kearah Mark. “Gimana? Cukup asem.”
Mark langsung mengeryitkan keningnya. “Asem
banget!! Minta yang manis dong.”
“Nih
baby,” Sharon dengan cepat memberikan potongan bengkuan dengan kuah rujaknya.
“Hem,
sweet.” lega Mark.
“Pinjem dapurmu sebentar Keav.”
Cassiel mulai mengacak-acak
isi lemari dapur dan mengeluarkan sekantong garam, beberapa cabe dan terasi.
Langkah selanjutnya adalah mengeluarkan colek dan mangkoknya.
“Mau bikin
kuah lain Cass?” sahut Shane.
Cassiel hanya tersenyum manis
dan mulai mencampur ketiga bahan tersebut dan menguleknya jadi satu.
“Enyak gitu?” Ciaran mendekatinya. “Uh,
baunya gak enyak.”
“Tunggu dulu.” Cassiel menguleknya hingga
halus dan memindahkannya ke piring yang kosong. “Nah selesai, coba makan pake
ini deh, dijamin gak kalah enak dari kuahnya.”
Kee-an yang mencobanya lebih
dulu dengan potongan bengkuang.
“So?” tanya
Keavy penasaran.
“Enak!”
dengan mata berbinar.
Ciaran yang memperhatikan mimik ayahnya langsung
tertarik, “Mauuu....”
Kee-an memangku putra empat tahunnya dan mengambilkan Ciaran potongan pepaya lalu
mencelupkan potongan nanas nya di kuah rujak dicampur bumbu yang Cassiel bikin,
diikuti Nicky.
“Awas
jadi permen nano-nano nantinya.” komentar Rossie melihat Nicky ikut mencelupkan
potongan nanas nya di kuah rujak yg baru dibuat Cassiel.
Nicky memakannya dengan kening berkerut dan
cepat-cepat mencari air begitu potongan nanas tersebut tertelan abis.
“Gila,
manis, asem, asin, pedes jadi satu.”
“Sayangnya
nano-nano gak ada rasa pedes,” celetuk Sharon.
“Tadi ngulek
pake tangan apa Cass?” Mark seakan tersadar.
“Pake tangan kiri soalnya tangan kanan bengkak. Mau
obatin?”
“Ih genit!” samber Rossie langsung.
“Kenapa? Iri,” terkikik pelan.
“Hie, Kak Castil ketawanya kayak nenek
lampir.”
Cassiel langsung terkatup
mendengarnya sementara itu Shane, Mark, Nicky dan Kee-an kembali ketawa
geli-geli mendegar sebutan Ciaran untuk Cassiel.
Sharon, Rossie dan Keavy
hanya bisa tersenyum geli dan berusaha menahan tawa mereka agar tidak terlalu
meledak.
Keavy masih tersenyum geli
dengan kehebohan siang ini. Ia melirik suaminya yang disahuti oleh senyuman dan
anggukan. Keavy pun mengangguk tersenyum siap, siap menceritakan alasan utama
kenapa ia mengundang mereka semua untuk rujakan bersama di rumah.
“Okay, guys..., listen up,” Kee-an berucap, "well
fisrt of all thankyou very much for you all to come, and enjoying our RUJAKAN,
and very delighting with Cassiel entertainment, with a little bit accident,
there,”
ia harus tersenyum dengan melirik jari Cassiel yang masih terlihat
nyut-nyutan merah.
Kesemuanya menegang....
“And the reason why we are calling you here ....,
is that we want to announce you all.... a very soon good news...,....”
Kesemuannya menegang siap mendengarkan.
“We’re gonna have a new family member....”
Kee-an menahan nafas dengan tersenyum.
Semuanya terkatup....
“Keavy is having a new one, Ciaran will
having a baby brother, and we gonna have a second child...” dalam satu helaan nafa, dengan
senyum sumringah tanpa dapat manahan tawa bahagia.
Hening sesaat sebelum akhirnay meledak sorak
bahagia mereka semua yang memberi selamat.
“WHAAAATTTT, congratulation... Keavy ....
!!!”
Mereka semua langsung memeluk cium Keavy, dan memberi selamat Kee-an, sementara
Rossie langsung menggendong Ciaran...,
“Ci,
kamu mau punya adik!!!!” dengan mengecupnya gemas.
“Adik....” senyum Ciaran merekah indah, sebelum berubah bingung....,
“Adik? Apa itu adik...? maaa.... adik itu apaa????”
Tapi seruan Ciaran disambut dengan gendongan dan
pelukan dari ayahnya yang mengecup gemas Ciaran, dan membuat jadwal sendiri untuk
menjelaskan apa itu adik pada Ciaran.
THE
END
Love Cassiel, xxx
Love
Rossie xxxx
Love
Keavy xxx
No comments:
Post a Comment