Tuesday 3 July 2012

Rujakan - The Prequel of Westlife vs Jengkol


Author :  Levy Feehily-Egan, Nita  Feehily, Keavy Egan
Rating :  K+
Genre  : Humor
Paring :  Rossie, Cassiel, Sharon, Lads (Mark, Shane, Kee-an, Nicky) , Keavy , Ciaran
Setting : Waktu mundur 6 tahun ke belakang saat Ciaran Egan masih berumur 4 tahun
Summary : Mereka hanya mau pesta rujakan saja, tapi dengan segala ekspekatasi di dada …. :D


Rujakan - The Prequel of Westlife vs Jengkol


Kamar Rossie McCullen


    “Rossie, aku haus. Minum dong..” pinta Cassiel manja
    “Ihh, kaya tamu aja kamu. Ambil sendiri sana”
    “hihihi, tapi aku mau yang berwarna ya?”
   “Iya terserah, mau warna-warni apa juga terserah kamu deh” sementara Rossie sibuk menata rambut Sharon -yang entah kenapa selalu acak-acakan.

             Mereka bertiga, Rossie, Sharon dan Cassiel. Sekelompok cewek-cewek berisik yang menggilai sebuah boyband Irlandia, Westlife. Dan untungnya lagi, hari ini mereka akan berkunjung ke rumah sahabat mereka, Keavy yang notabene adalah istri dari Kian Egan, Westlife. Tetapi walaupun gerombolan mereka punya koneksi langsung ke Westlife, herannya mereka berdua, -Cassiel dan Sharon- belum pernah ketemu dan ngobrol langsung sama Westlifenya –kecuali nonton konser, yang kecil kemungkinan dilihat sama Westlife-. Kalau aku sendiri dan Keavy sudah pasti sering lihat mereka, ya karena hampir tiap hari ketemu sama mereka. 


             Kehebohan semakin menjadi-jadi, karena Sharon dan Cassiel teramat sangat bersemangat, mereka sudah membayangkan bisa bertemu Westlife secara langsung. Padahal Keavy sudah bilang ke mereka kalau the lads sedang ada di London –untuk rekaman album baru, ya Cuma dua cewek berisik itu gak ada yang percaya.
             Sharon merengek minta didandani rambutnya karena akan ketemu Mark, sementara Cassiel sudah siap dengan dandanan centilnya, karena sudah siap akan ketemu semuanya –ya untuk Cassiel, dia memang labil, semua anggota Westlife dia sukai-. Sementara Rossi, merasa tidak perlu siap-siap apapun, cukup seadanya, toh sudah tiap hari ketemu mereka.

   “Ayo, berangkat sekarang!” teriak Cassiel mengagetkan Rossie dan Sharon
   “Iya sebentar, tanggung nih” dengan sentuhan terakhir dirambut Sharon, dia sudah manis dengan bandana berpita di atas kepalanya
   “Sabar dong Cass, aku kan musti cantik di depan mereka” sahut Sharon
   “Udah cantik kok itu, udah ah ayo” pinta Cassiel tidak sabar
 “Iya iya ayo” Sharon juga ikutan tidak sabar dan langsung menarik tangan Rossie, sementara Cassiel menarik tangan Sharon
   “sebentar donk, tas ku!” Rossie menyambar tas yang sudah siap dibawa dipinggir ranjang, dan mereka pun berangkat langsung kerumah Keavy, tentunya naik mobil Cassiel.

            Sepanjang perjalanan yang hanya 10 menit, Cassiel dan Sharron superduper berisik. Nggak jelas apa yang mereka obrolkan, sementara Rossie tidak terlalu menyimak karena ia juga sibuk sms-an sama pacar jengkolnya, Mr. Feehily. Eh, rahasia penting, nih…., ternyata makanan favoritnya Mark Feehily cowok ganteng dan bersuara emas dr Westlife tidak lain dan tidak bukan JENGKOL – plis deh, Mark – ga ada makanan lain apa?

    “Kita udah jalan ke rumah target nih. Kamu sama yang lain udah siap kan?” sms Rossie ke Mark 1 menit kemudian, “Udah tenang aja, yang penting mereka gak tahu kan?” balas Mark
    “Beres, aman! Hehe. Well see you there, Love ya”
    “Love ya too babe, take care” balas Mark dan sms terakhir karena mereka sudah sampai persis di depan rumah Keavy.


Rumah Kel. Egan

             Sesampainya di depan pintu, Rossie menekan bel. Dan duo berisik ini sudah mulai gemetaran, -serasa mereka mau manggung di depan ribuan penonton-, dan bersuara persis seperti tikus yang lagi ngobrol. Aku berusaha menahan ketawa, aku gak tega kalau sampai ngetawain sahabat sendiri. Dan asal tahu aja, mereka juga bawa koleksi Westlife untuk ditanda tangani.

Pintu dibuka, dan Keavy serta Ciaran,

    “Welcome gals” sambut Keavy dan peluk cium.
   “Tante Loccie!” pekik sebuah suara dilanjutkan suara derap kaki berlari menuruni tangga.
    “Ci, jangan lari-lari, sayang,” sergah Keavy melihat putranya setengah berlari menuruni tangga. Tapi sepertinya yang diomelin tidak peduli dan tetap berlari menuruni tangga sembari berlari.
    “Asalkan dia gak jatuh gak papa kan Keav?” canda Rossie dan menangkap sosok Ciaran dengan sigap. “How are you little man?”
    “Me fine Aunt Loccie,” Ciaran memamerkan senyum ‘Egan’ nya.
Rossie tersenyum gemas melihatnya, lalu diciumnya pipi tembem Ciaran hingga Ci menggeliat denga tertawa renyah.
    “Hi Keav, mana mereka?” tanya Cassiel tidak sabar, sambil celingukan ke dalam rumah Keavy, sepi dan kosong.
    “Mereka siapa? Westlife? Dibilang lagi pada di London” jawab Keavy.
   “Ah aku gak percaya,” Cassiel tetap  tidak percaya, “Pasti ada udang di balik batu nih, kemaren aku baca berita Westlife udah balik ke Ire nggak di London lagi kok. Acara mereka udah selesai and-”

PLUK!’

    “Ouch!” Cassiel mengernyit sakit ketika sebuah tangan mendarat di kepalanya.
Di belakangnya berdiri Rossie dengan senyum simpul. “Sayangku ‘Castile’, westlife masih di London and baru pulang lusa, ‘kay?”
Cassiel langsung mengekeret dipanggil ‘Castile’.
   “Castile ……” ulang Ciaran.
Sharon dan Keavy langsung tergeli mendengar panggilan Cassiel.
   “Udah yuk ah, masuk” Keavy menuntun Sharon dan Cassiel  yang lemas tanpa semangat. “Duduk dulu ya, aku ambilin minum. Mau minum apa?” tanya Keavy ke kedua bocah itu
    “Apa aja deh Keav” jawab Sharon diiringi anggukan lemah Cassiel
    “Okay, bentar ya..”

Keavy membuatkan dua meminuman berwarna untu ketiga sahabatnya. Dan mereka langsung mereguknya habis-habis. *aus-bu…?

Rossie mendudukan Ciaran di singgasana tingginya menghadap meja dapur- yang ternyata masih cukup untuk usia 4 tahun.

    “Oke, karena kalian sudah datang semua, mari kita mulai saja ...” Keavy tersenyum semangat.
Sementara Sharron dan Cassiel tergugu, “Memang kita ke sini mau ngapain sih ?”
Keavy dan Rossie harus tersenyum geli dengan geleng-geleng kepala. Keavy menuju salah satu laci, mengeluarkan secarik kertas pada Sharron “Kita mau bikin ini.....”
Kening Sharron mengkerut mendengar nama masakannya. “Rujak ...??”
   “Rujak?” ulang Cassiel.
   “Rujak?” timpal Sharon tapi dengan mata berbinar. “Aku pernah makan rujak, enak loh apalagi kalau pake gula merah campur kacang ditambah sedikit cabe, yummy deh.”
    “No, no, no,” tolak Keavy, “Untuk rujak yang satu ini gak ada cabe, aku gak suka pedes.”
Rossie mengangkat bahunya. “Well, what we waiting for? Let’s make this.”
    “Ada bahannya gitu?” tanya Sharron.
    “Gak mungkin Keavy ngajuin resep tanpa ada bahan,” Rossie geleng-geleng kepala pada Keavy yang tersenyum simpul dan berjalan ke lemari pendingin, mengeluarkan berbagai macan jenis buah-buahan.
    “Semuanya sudah siap,” Keavy tersenyum bangga, mengeluarkan semuanya tanpa tersisa dari dalam lemari pendingin

Sekarang di atas meja pantry sudah tersedia berbagai jenis buah; pisang, pepaya, nanas, mangga, jambu, kedondong, bengkuang, semangka, timun, dll.

    “Semangka?” Sharon mengangkat sebelah alisnya.
    “Enak tau, aku pernah makan, enak-enak aja,” Rossie mengambil sebuah pisau dan timun, dia mencuci timunnya dan secara hati-hati mulai mengiris timun tersebut menjadi potongan berukuran medium.
Sharron hanya geleng-geleng kepala dan mengikuti langkah Rossie hanya saja dia memotong buah mangga. Keavy memilih untuk memotong buah jambu.
   “Jambu air, jambu monyet, atau jambu biji itu, Keav?” tanya Cassiel bingung sembari mengambil pisau dapur juga.
    “Jambu Castile !!” sebuah suara kecil menyahuti.
Keavy, Sharon dan Rossie langsung tergelak mendengar sahutan tersebut sementara Cassiel menggeram kecil dan mengambil buah bengkuang.
    “Eits, jangan motong buah.” cegah Keavy langsung ketika Cassiel mau memotong buah berwarna putih tersebut. “Lebih baik kamu ngulek aja.”
    “Ngulek ……??”
Keavy tersenyum simpul dan mengeluarkan seperangkat alat mengulek; colek dan sebuah mangkuk, beberapa potong gula merah, plus kacang nya. “Kamu bikin kuahnya aja, ya ...?”
   “Oke.” meletakan pisau dan mulai menempatkan gula merah tersebut di mangkuk, diberinya sedikit air dan mulai mengulek.

Di tengah-tengah asiknya kerjaan masing-masing juga ocehan Ciaran yang tiada henti, Sharon tertawa geli mengangetkan mereka bertiga ditambah karena tawa Sharon yang tiba-tiba dan sedikit susah dihentikan.

    “Kenapa kamu Shar?” selidik Keavy.
    “Gak, cuma,” Sharon kembali tertawa.
    “Sharon?” pinta Rossie.
    “Oke, oke,” Sharon menghapus setitik air yang terjatuh di pelupuk matanya, “Cuma ngebayangin kalau Cassiel nguleknya sambil joget dangdut kayak gimana,” kembali tertawa geli.
    “Ngaco,”  komentar Cassiel tapi Keavy dan Rossie malah ikut tertawa membayanginya. “Gals, please? Be serious please.”
    “Ah, kamu bawaannya serius terus, kapan bercandannya,” ucap Rossie polos.

‘KRRINNGG ………!!’

    “Bentar aku angkat dulu,” Keavy menghampiri telephone rumah yang berada di dapur dan berjalan kearah taman.
    “Ngapain Keavy terima telephone pake ke taman segala?” tanya Cassiel
    “Kali aja penting,” sahut Sharon.
    “Dadda ……”
Telinga Cassiel langsung menangkap kalimat ‘dadda’ yang Ciaran ucapkan. “Ci,” beralih pada Ciaran, “Dadda mau datang ya?”
Ciaran hanya tersenyum dan mengangguk-angguk.
    “Kan!! Ciaran sendiri bilang iya!! Kee-an mau datang kesini yang mengartikan Westlife udah balik dari London sedari kemaren.”
     “Gak Cass, percaya deh Mark and the genk masih di London, aku kan FeehilyLovers masa’ gak tau kapan pacarnya sendiri pulang,” cerocos Sharon.
      “Pacar? Gak salah denger tuh yang ada aku lagi istri si Mark.” Rossie meleletkan lidahnya kearah Sharon yang dibalas cubitan pipi sama Sharon dan sedikit berlanjut. Cassiel hanya menutup mata Ciaran agar tidak menonton adu debat antara sesama pencinta Mark Feehily.

    “Woa, what are you doing, girls?” Keavy yang masuk keruangan langsung terkaget melihat adu debat antara Sharon and Rossie.
    “Keav, Westlife mau datang ke sini kan?” tanya Cassiel cepat.
Keavy menggeleng dengan kuat-kuat. “Enggak Cass-”
    “Tapi tadi Ci bilang iya apalagi pas kamu terima panggilan itu,” sungut Cassiel.
Keavy meletakkan lagi telephone nya dan kembali melanjutkan aktivitasnya. “Itu mamma nanyain kabar kalian.”
    “Yakin ?”
    “Believe me.”
    “I don’t believe that.”
    “Up to you.”
    “Huaaaaa. Serious?”
    “Iya serius.” sahut Keavy tidak kalah seriusnya.
    “Tapi, masa’ sih? Gak percaya ah.” tetep kekeh.
    “Ya udah, gini aja ya sayang, emang kenapa kalau mereka mau datang terus kalau gak datang emang kenapa?” Rossie mengambil alih.
Cassiel langsung tersenyum genit. “Kangen sama Nicky, Kee-an, Mark, and Shane.”

‘DUG!’

Kembali sebuah tangan mendarat di kepala Cassiel tapi bedanya yang tadi dari Rossie sekarang dari Sharon.
    “Ngawur, Kee-an kan udah punya istri apalagi Shane and Nicky.” terkatup sama ucapan sendiri.
    “Then?”
    “Gak ada maksud buat centil sama Mark kan?” selidik Sharon serius.
    “Emang kenapa?” Cassiel melanjutkan kerjaannya.
    “Aaaaahh!!!! Castile!!! Jangan rebut Marky dong. Masa’ semua disukaain, konsisten dong, pilih salah satu aja.” omel Sharon.
Cassiel menarik nafas pelan. “Ya udah aku pilih KMSN.”
    “KMSN?” ulang mereka bertiga serempak.
Cassiel melempar pandangan manis pada ketiga sahabatnya yang asik memotong buah. “Kee-an Mark Shane Nicky, nah aku konsisten kan.”
Keavy langsung menepuk jidatnya menyadari kepanjangan dari KMSN, Rossie langsung memotong buahnya dengan semangat sementara itu Sharon yang memotong nanas nya tidak kalah semangat dari Rossie. Cassiel langsung tergelak melihat aksi ketiga sahabatnya, Ciaran yang tidak mengerti apa-apa ikut-ikutan tertawa.

Di tengah tawa Cassiel dengan cepat Sharon memasukan potongan nanas yang berukuran kecil ke mulutnya dan secara reflex Cassiel langsung menutup mulutnya.
     “Aseem banget!!!” komentar Cassiel setelah potongan nanas itu tertelan masuk. “Arrgh, aku gak suka nanas, Sharon! Minta pepayanya.” dengan cepat Cassiel mencomot sepotong pepaya yang dipotong Rossie.
     “Cassiel! Itu kan buat rujak nanti.”
     “Hem, manis, mau lagi.”
     “Cassiel!!” pekik Rossie menyadari potongan buahnya yang berkurang dengan drastis. “Sini kamu! Ahh!!!”
Tawa Cassiel kembali pecah melihat ujung hidung Rossie yang merah kecoklatan karena kuah buat rujak yang dicolekkan kehidungnya.
    “Tissue, mana tissue?” Rossie mencari-cari tissue dengan cepat.
Keavy menyerahkan sekotak tissue pada Rossie sembari menahan gelinya, “Here they’re sweetie.”
    “Argh!! Cassiel!!” pekik kaget Sharon ketika Cassiel kembali mencolekkan kuah gula merah tersebut di pipi Sharon. “Itu makanan jangan dipake buat mainan dong.”
Cassiel tertawa puas melihat dua wajah sahabatnya.
    “Tunggu gak adil hanya berdua.” Sharon mencolek kuah tersebut dan menghiasnya di wajah Keavy.
Keavy hanya terdiam tapi segera tersadar ketika sebuah tangan kecil ikut melukis di wajahnya dengan kuah rujak.
    “Cassiel!!” pekik Keavy kaget begitu mengetahui siapa yang menghiasnya. Ciaran berada di depan wajahnya dengan digendong Cassiel.
Tappa aba-aba Cassiel langsung menurunkan Ciaran dari gendongan dan berlari keluar dapur.
    “Castile!!” suara Rossie terdengar hingga ruang tamu. “Sini kamu!!”

‘KRIEEKK’
‘BRRUK!!’

Cassiel memegangi keningnya yang sakit minta ampun. “UAAAAHHHH!!!! Holly crap!!!”
    “Haha! Kualat.” pekik Sharon girang.
Cassiel meringis sakit, disibaknya rambut panjang yang menghalangi pandanngannya. “Siapa sih buka pintu gak pake ngomong-ngomong dulu? Maen buka-buka aja, kan bisa aja pencet bel dulu biar dibukain ah, jadi sakit nih keningku. Diem deh Sharon, sakit nih keningku, pasti biru, ah mana nanti malam ada janji sama Michael and Steven, bakal jadi bulan-bulanan nih. Jadi orang kok gak hati-hati banget sih maen buka-buka pintu aja, tanggung jawab-” omelan Cassiel terhenti mendapati sosok pria berdiri di depannya.

    “Keavy! Aku makan siang disini gak jadi di resto.” suaranya masuk kedalam ruang.
    “Dadda!!” Ciaran berlari dari gendongan Keavy ke gendongan pria tersebut.
Kee-an dengan sigap menangkap tubuh kecil Ciaran yang berlari kearahnya dan berlalu ke Cassiel. “Kamu gak papa?”
Cassiel hanya membatu di tempat.
Tawa Sharon, Rossie dan Keavy langsung pecah dari dapur.
Cassiel bisa merasakan pipinya yang memerah.
    “Oh ya, soal pintu aku minta maaf ya, aku nggak tau ada kamu lagi lari kearah pintu, jadinya ya ……”
    “No, its okay, I’m fine.” ujar Cassiel.
    “Are you sure?”
    “Cass, mending ngaca deh,” usul Rossie.
Cassiel dengan cepat berlari kearah toilet tamu dan mendapati keningnya yang mulai membiru. “AAHH!!! BENER KAN!! Mereke berdua bakal ngetawain aku terus nih.” (untuk sesaat dia melupakan sosok Kian).
    “Emang mereka berdua siapa sih?” Keavy muncul di mulut pintu dengan raut wajah penasaran.
    “Ada deh.
    “Keavy!!” jerit tertahan datang dari Sharon yang menghampiri toilet tamu. “Kamu bilang Westlife lagi di London lah kok Kian ada disini? Tapi tunggu sebentar kalau Kian ada disini berati Mark juga ada dong? Panggil dia kesini ya, please, please, please ……”
    “Tunggu, aku baru sadar,” suara Cassiel tidak kalah dari suara Sharon, “Berati dugaanku bener dong! Westlife lagi ada di Ire kan bukan di London itu buktinya Kian yang datang kalau lagi stay di London impossible banget Kian bisa di sini. Gak mungkin banget, terus yang lainnnya ke mana? Gak ada datang ke sini? Panggil kesini juga dong Keav, please, please, please .......”
    “Castile kayak kereta aja nih, kalau ngomong gak kenal tanda koma sama titik ya?” timpal Rossie.
    “Yang penting Westlife ada di Ire,” tidak mau kalah.
    “Yeilah, keras kepala amat sih nih anak.”
    “Sharon, Cassiel, yang pulang itu cuma Kee, bukan yang lainnya dan lagi, Kee pulang cuma buat numpang makan siang gak lebih and habis itu balik lagi ke London sono.” jelas Keavy.
    “Kagak percaya,” sungut Sharon. “Masa’ Kian datang kesini cuma untuk numpang makan siang abis itu balik ke London lagi? Kan sayang duitnya.”
    “Yaaa ….” Rossie kembali bersuara, “Kali aja kangen sama istri, kan kalau cinta sudah melanda apa-apa jadi oke-oke aja.”
Keavy langsung memerah mendengar ucapan Rossie.
    “Sebentar, berarti tadi yang buka pintu itu Kian?” Cassiel seakan tersadar lagi.
Sharon dan Rossie mengangguk singkat.
   “Terus yang kuomelin tadi itu .......” Cassiel tidak melanjutkan ucapannya tapi  cukup untuk membuat pipinya ikutan memerah.
   “Yup, yang udah kamu omelin sedari tadi termasuk nyaris kamu sumpahin itu Kian, Kian Egan, istrinya Keavy Collins, sahabat kita semua.” lanjut Sharon membuat Cassiel tambah malu lagi.
   “Kenapa Castile? Merasa bersalah?” ledek Rossie.
   “Mati aku berati yang aku omelin tadi itu Kian Egan?” masih tidak percaya.
   “Iya Cass, itu suamiku, Kee-an Egan.” Keavy setengah kesel karena dari tadi dikasih tau gak masuk-masuk ke kepala anak itu.

Kee-an yang mendengar namanya disebut-sebut segera menghampiri meja pantry tempat keempat perempuan tersebut sedang berkumpul, Ciaran tetap berada di gendongannya.

   “Hello girls? Ada apa ini? kenapa namaku disebut ya?” sapa Kee-an ramah di pintu pantry tidak jauh dari Keavy. Kee-an sedikit terpaku mendapati wajah Keavy yang sedikit berbau manis, “Kamu abis treatment, ya, Keav?”
   “Enggak kok.”
   “Kok wangi manis-manis gitu.”
   “Masa’? udah aku bersihin kok,” giliran Keavy yang mengaca memastikan wajahnya bersih tanpa ada noda kuah rujak lagi. Tapi Keavy harus terkatup dengan hasil karya Ciaran.
Sharon dan Rossie dengan sekuat tenaga berusaha untuk menahan tawanya melihat kejadian tersebut.
   “God, Ciaran, baju dadda kan jadi kotor ……” Kee-an memandang tidak suka kaos polo biru muda nya yang kotor juga lengket karena kuah rujak yang berasal dari tangan Ciaran.
Ciaran hanya nyegir tidak berdosa dan kembali menempelkan kuah rujak tersebut di baju dadda nya hanya saja sekarang wajah dadda nya juga masuk kategori.
   “Badut ... manis, dad, enak, gak kayak coklat yang dijual, kakak Castiel yang bikin.”
   “Oh My God, Ki, gimana ceritanya Ci sampe bisa ngambil tuh kuah?” Rossie takjub.
   “Keav, pegang dia dulu.” Kee-an menyerahkan Ciaran pada Keavy yang dengan segera mencuci mulut dan tangan Ciaran dari kuah rujak.
Kee-an sendiri merobek tissue gulung yang sudah dibasahkan dan membersihkan wajahnya juga bajunya tapi justru membuat noda nya semakin menempel pada baju Kee-an.
    “Argh, pasti gara-gara tadi waktu aku terima telephone, Ci aku taro di kursi yang agak tinggi, mungkin tangannya ngeraih kuah coklat itu.”
    “Itu gula merah Ki,” ralat Rossie, “Gula merah yang diulek sama Cassiel terus ditaro di pinggir meja makan sama dirinya sendiri.”
     “Cass-”
‘BRUK!!’
    “Cassiel!!!”
Cassiel masih menggerjap-ngerjapkan matanya untuk beberapa saat sebelum benar-benar seratus persen sadar. “Is this heaven?”
Kee-an harus tertawa geli, “Yes, this is heaven and I’m your angel, come to me beloved Cassiel,” seraya mengulurkan tangannya.
     “Kee-an ngaco nih, kalau ini anak mati yang bakal ngulek kuah rujak nya siapa?” omel Keavy membuat Kee-an tertawa geli.
     “So this is hell?” Cassiel bangun dari tidurnya.
     “Welcome to the hell Castiel, I’m your deathangel,” sambut Sharon. “And she is your devil guide.” seraya menunjuk Rossie.
Rossie memasang senyum devil nya dan bersama Sharon, menarik paksa Cassiel dari sofa ruang tamu ke dapur.
    “Welcome to the hell, dan di sini kamu akan mengabdi untuk kita berdua, silahkan bikin kuah untuk rujak lagi karena yang pertama sudah terinfeksi dengan banyaknya kuman juga bakteri.” jelas Rossie sembari mengambilkan Cassiel colek juga beberapa potong gula merah. “Buat yang satu ini seratus persen higenis.”
Cassiel yang sudah tersadar sepenuhnya menatap berkeliling ruang dapur. “Buah-buahannya gimana?”
    “Sudah selesai di tata sewaktu anda berada dalam perjalanan kesini.” Sharon memberi senyum manisnya.
Cassiel mengkerut tidak percaya dan mengambil air sebelum memasukkan potongan gula merah tersebut dan mulai menguleknya.
    “Nah sembari menunggu rujaknya selesai, ladies and gentlemen, mari kita makan siang terlebih dahulu,” ajak Keavy sembari menghidangkan Vegetarian Lasagna kepada para tamunya.
    “Banyak amat Keav?” Sharon takjub melihat banyaknya porsi Vegetarian Lasagna. “Kan cuma kita berlima kok masaknya banyak amat?”
   “Aku gak dihitung nih?” protes Cassiel
   “Enam. Kok banyak amat?” balas Rossie.
Keavy hanya tersenyum manis. “Kali aja ada yang mau nambah atau kalau gak buat nanti malem kan bisa.”
    “Ah! Sayur gak mau.” Ciaran menggeleng kuat-kuat.
    “Tunggu sebentar, jadi kalian semua pada makan sementara aku ngulek?”
    “Iya!!!” jawab Sharon, Rossie, dan Keavy serempak.
    “Iya kakak Castile.” sahut Ciaran riang.
    “Ros, tanggung jawab nih,” tuntut Cassiel, “Because of you Ci called me like that.”
    “It Ci wants, not me, I just introduced that name,” balas Rossie polos.
Cassiel hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan menguleknya sementara wangi Vegetarian Lasagna mulai memenuhi seisi ruangan.

Keavy mengambil seporsi Vegetarian Lasagna untuk Ciaran tapi sebelum diberi saja Ciaran sudah berlari menjauhi Ciaran.

    “Ci,” Keavy setengah berlari mengejar Ciaran yang berlari mengitari ruang makan.
   “Gak mau maa, gak mau sayur ah, ga enak !” tetap berlari.
    “Ci, awas nanti kena Cassiel loh,” Kee-an memperingati.
    “Ciaran! Nanti kuah nya tumpah loh.” Cassiel tidak kalah takutnya.
    “Ci, nanti kesenggol Castile loh,” Sharon ikut memperingati sementara yang diperingati tetap berlari mengitari meja makan dan hampir beberapa kali bersenggolan dengan Cassiel yang mengulek gula merah campur kacang.
    “Ci sayang, makan yuk, enak loh sayurnya.” bujuk Keavy.
Dengan cepat Ciaran menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya seraya menggelengkan kepala dengan cepat.
    “Ciaran, ini enak loh.” Rossie memakan Vegetarian Lasagna nya dengan lahap.
Dengan kilat ditutupnya lagi mulutnya, dengan geleng-geleng kepala.
Keavy nyaris pasrah menghadapi Ciaran yang ogah makan sayuran.
    “Kalau gak makan sayur gak cepet gede loh Ci,” Sharon menakut-nakuti.
    “Ayo sayang, satu suap aja,” Keavy kembali membujuk.
Ciaran tetap menggeleng dan berlari tanpa melihat ke arah depan.

‘Hup!’

    “Ketangkep, ya, anak dadda yang bandel....” Kee-an tersenyum menang ketika berhasil menangkap Ciaran. “Yuk makan siang sama dadda, enak loh sayur yang maa bikin.”
Ciaran terdiam sebentar dan memperhatikan dadda nya yang makan dengan lahap. “Gak mau makan kalau kakak Castile gak ikut makan.”
    “Ah thank you Lord.” Cassiel berpura-pura terima kasih dan segera mencuci tangannya.
Kee-an tidak bisa menahan gelinya. “Tapi janji sama maa habis Cassiel makan Ci ikut makan juga ……?”
Ciaran mengangguk menyakinkan. “Janji.”
Cassiel dengan cepat mengambil seporsi makan siangnya dan menyantapnya.
    “Eheemm, enak banget Ci!” komentar Cassiel girang. “Manis gak pahit kok, janji kalau pahit kakak beli in permen deh.”
Ciaran yang mendengar permen langsung memakan jatah makan siang dadda nya.
    “Gimana?” tanya Kee-an tidak sabar menunggu reaksi putranya.
    “Enak!” dengan mata berbinar.
  
    “Holla Egan family, lagi makan siang nih?” sebuah suara masuk, diikuti suara wanita.
    “Keavy??”
Cassiel, Sharon, dan Rossie mendongak melihat pemilik suara tersebut.
    “Hi Ki, dicariin gak tau nya ada disini toh kamu.” menarik sebuah kursi untuk duduk dan ikut serta makan siang.
Keavy dengan sigap langsung memberikan satu piring kosong buat tamu barunya.
    “Am I dreaming?” ujar Sharon.
Rossie menggeleng dan melanjutkan makan siangnya. “Nope, this is real.”
    “Hit me please,” pinta Cassiel tiba-tiba.
Rossie segera meletakkan sendoknya dan mencubit pipi Cassiel.
    “Ouh!!” pekik Cassiel kesakitan dengan memegang pipinya yang mulai memerah.
    “Kan kamu yang minta.” Rossie cuek.
    “Tunggu kalau dia ada disini Kee juga terus yang dua lagi di mana?” tanya Sharon.
    “Nah!! Bener lagi kan, apa yang aku lihat kalau Westlife udah balik ke Ire, penglihatanku gak pernah salah dan tapi bener apa yang Sharon bilang, kalau anda ada disini plus Kee juga, terus dua lagi ke mana dong? Jangan bilang masih di London, gak mungkin, gak mungkin banget,” Cassiel mulai ‘berkereta’. “Kok datengnya tiba-tiba? Gak pake salam dulu atau apa?”
    “Cass, Cass, Cass, take a breath sweetie,” Keavy menenangkan.
    “Kayak burung beo nyanyi maa,” celetuk Ciaran.
    “What!?”
    “Lalalalalalala.” Ciaran menyanyikan nada tidak beraturan. “Nananananana, dududududu, lililililili.”
Cassiel hanya bisa bengong tanpa berucap apa-apa.
    “Terus ada urusan apa lo datang kesini?” tanya Kee-an.
    “Oh,” seperti tersadar, “Enggak masalah tentang band aja, ada yang mau gue tanyain sama lo, tapi liat lo lagi lunch gue kasih tau nanti aja deh.”
    “Yakin?”
Menganggukan kepala. “Yakin seratus persen,” kembali makan.

    “Ini mimpi bukan?” bisik Sharron pada Keavy.
    “Enggak Sharr,” balas Keavy, dengan tersenyum geli. “Itu Gillian dianggep patung apa ?” dengan melirik Gilly yang sedang sibuk membantu Rossie.
    “Shane Filan ikut makan bareng kita?” Cassiel masih tidak percaya, “Masa’ sih? Tapi, ah gak mungkin, eh Rossie itu beneran Shane Filan?”
    “Enggak itu Shane Lynch,” jawab Rossie dongkol.
Cassiel memutar matanya. “Kalau Shanno mah badannya penuh sama tattoo beda sama Shane yang ini, yang ini mulus, putih, bersih lagian sedikit gemuk.”
    “Gemuk ……?” tanya seruangan terlebih Gillian yang sensitive mendengar suaminya disebut gemuk.
Cassiel langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. “Oups, maaf Gill,”
Gillian hanya tersenyum geleng-geleng kepala mendengarnya.
    “Ada-ada aja kamu Cass.” sahut Kee-an.
    “Cassiel, cassiel,” timpal Keavy.
Melihat pamannya geleng-geleng kepala, Ciaran ikut geleng-geleng kepala. “Castile, castile.”
Cassiel tambah merosot di kursinya.
*
         
    “Itu beneran Shane, Shar?” Cassiel masih mempermasalahkan matanya.
    “Iya Cass, tapi aku gak sabar nunggu Mark buat datang, abis tadi ngira Mark yang bakal datang eh gak taunya,”
    “Patah hati.” Sambung Rossie seraya meletakkan piring bekas makan di wastafel yang bakal di cuci sama Sharon dan Cassiel.
   “Banget.” sambut Sharon. “Berita hoax berati yang kubaca tadi pagi di ***** tentang Westlife yang masih di London untuk finishing album mereka, eh gak taunya, dua dari empat personil nya ada di rumah Keavy, gak tau yang dua lagi ada di mana.”
    “Panjang amat Shar omelannya.” Keavy meletakan piring miliknya. “Lagian mereka datang kan tiba-tiba, mana aku tau.”
    “Gak yakin, seratus persen gak yakin,” Cassiel masih misuh-misuh dengan tetap membasuh piring-piring kotor disitu. “Buktinya Ci yang bilang dadda bakal pulang, terus Kian beneran pulang, terus Shane ikutan nongol, pasti Nicky and Mark bakalan datang juga nih, dari awal perkatannku bener berati ada udang di balik batu, eh bener aja kan, lagian rujak cuma alasan buat ngumpulin kita kan?”
    “Nah kan mulai lagi nih anak, ngomong kayak kereta api tampa jeda,” runtuk Rossie.
    “Soal rujak mah memang aku pengen kamu buat ikut nyobain, darling,” jelas Keavy. “Ya, kalau kamu gak mau bisa pulang aja sih.”
    “Haeehh?” Cassiel meangkat sebelah alisnya, “Mau pulang juga nanggung, lagi ada dua cowok cakep disini masa’ dibiarkan, kan sayang.”
   “Ngaco kamu.” tegur Rossie, “Mereka kan udah punya istri.”
   “Dan aku istrinya,” timpal Gillian dongkol jenaka.
   “Kali aja jadi yang kedua.” Cassiel tergelak diikuti tawa Sharon.
Keavy hanya menghela nafas menghadapi sahabatnya yang satu ini, udah keras kepala, ada-ada saja ocehannya.
    “Look,” Sharon menyikut Cassiel dan memandang ke arah taman belakang, tempat Shane, Kian dan Ciaran sedang bermain.
    “Very handsome and killed my heart.”
    “Kamu mengatakan hal yang sama untuk keempat cowok tersebut Cass,” tegur Sharon. “Anteng aja gituloh.”
Cassiel langsung menggeleng. “Mereka kan Westlife, Ross, Westlife gituloh, westlife, should I say it once again? WESTLIFE, they are-”

    “Misi, Shane nya ada? Tadi nyariin Shane di rumahnya katanya lagi pergi ke sini.”
Sontak saja mereka berempat memandang kearah pintu dan mendapati sosok lain dari personil Westlife berdiri di ambang pintu dapur.

    “Ada kok, tuh di belakang sama Kian and Ci,” Keavy menunjuk ke halaman belakang.
    “Thanks ya.” berlalu begitu saja.
     “Itu ………” Sharon tidak melanjutkan kalimatnya tapi terbata-bata.
     “Oh my god!! He’s coming!!!” Cassiel dan Sharon langsung berpelukan erat melihat sosok yang baru datang.   

Rossie hanya tertawa cekikikan melihat tingkah laku Sharon yang sudah mengibaskan tangannya kedepan mukanya sendiri –dia benar-benar berkeringat karena kaget, dengan mulut terbuka, mau teriak tapi tidak bisa. Dan Cassiel sudah histeris sendiri, sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya sendiri.
Sementara Keavy geleng-geleng kepala

     “Yang duluan nyapa dapat giliran ngobrol pertama.” Cassiel dengan cepat berlari keluar dapur kearah halaman belakang.
    “Ah!! Gak adil gak ada ngomong dulu!” Sharon menyusul dibelakangnya.
Keavy dan Rossie tertawa geli melihat dua tingkah sahabatnya dan memutar bola matanya.
  “Eh, nggak ikut ngejar kamu?” Keavy tersadar dengan Rossie yang masih berdiri di sebelahnya
    “Ah, enggak ah, paling juga orangnya datang sendiri,” tukas Rossie bercanda.
    “Oh, yea...” Keavy tersenyum kulum dan melanjutkan persiapan rujak-rujaknya.
   “Cassiel sampe lupa sama gula merah yang lagi di uleknya coba.” omel Rossie. “Ditambah piring yang nggak dicuci.”
    “Biarin aja, tinggal nanti suruh mereka berdua ngeberesin begitu ada tamu lagi.”
    “Nicky bakal dateng juga?” tanya Rossie.
Keavy tidak membalas melainkan tersenyum kulum.
    “Ayolah Keavy.”
    “Ah udah ah, mending kamu ulekkin dulu aja tuh gula merah baru bicara lagi.” saran Keavy yang dituruti Rossie.

Di taman,

    “Hey Cass,” Sharon kembali menyikut Cassiel.
    “Ya?” tanpa melepas pandangan dari ketiga cowok yang sedang duduk di taman.
    “Kalau Shane, Kian and Marky disini, Nicky bakal kesini juga gak, menurutmu.”
    “Hem, ramalan bintangku hari ini bilang aku bakal dapet untung besar dalam cinta.” Cassiel tersenyum pasti.
    “Emang bintangmu apa?”
    “Scorpio. Hey guys!” dengat cepat ditinggalkannya Sharon yang masin diam di situ tapi tidak kalah cepat dari Cassiel, Sharon ikut menyusulnya.

Ciaran segera berlari kearah pamanya yang baru dating, dan dengan sigap langsung digendong Mark .

     “Hey, kamu udah tumbuh besar ya,” Mark mengacak-acak rambut Ciaran. “Kalian pasti Sharron dan Cassiel... alihnya pada Sharron dan Cassiel.”
Sharron dan Cassiel tergagap dengan sapaan Mark tiba-tiba...
     “Eh, Iya..., aku Sharron....”
     “Aku Casssiel,” langsung mengulurkan tangannya.
     “Nice tomeet you all ladies...,” Mark tersenyum dengan manisnya, memamerkan dua lesung pipit indahnya.
    “Eh kok tahu, nama kita berdua ?” Sharron terkaget sendiri.
     “Tahulah, Rossie sering cerita....”
Muka Sharron dan Cassiel langsung merah padam dengan melirik pada Rossie menuntut pertanggung jawaban, tapi hanya dijawab dengan senyumanm tanpa dosa Rossi.
     “Hehehehe....., Rossie sudah cerita apa saja?” Cassiel nyengir malu.
     “Banyak, tapi tenang, yang bagus-bagus kok, kayak gimana kalian berdua ngefans kita semua ....,” Mark menenangkan mereka.
     “Heheheeh, iyah.....” Cassiel masih nyengir.
     “Rossie bilang nggak kalau aku suka kamu....” Sharron dengan wajah polosnya.
DZIG.
     “Ng....., nggak tuh ...., emang iya, ya ...?” Mark tersenyum geli dengan melirik Rossie yang menutup muka dengan tembakan langsung Sharron.
Sharron menepok jidatnya,  “Jiah....sia-sia dong pdkt ku selama ini.”
     “Emang kamu pdkt? Kok aku gak liat?” bukannya Mark yang bertanya malah Cassiel.
     “Lah, emang harus laporan sama kamu dulu gitu? Rasa nya di hukum negara Ireland kalau orang mau pdkt boleh-boleh aja kok tampa harus bayar pajak.”
     “Aku udah bikin hukum kok, dimulai seminggu lalu dan ditaati sama seperempat populasi Ireland dan sepertiganya gak menaati.”
     “Emang isi hukumnya apa?”
     “Setiap warga negara Ireland yang jatuh cinta terhadap seseorang baik pdkt atau tidak, diwajibkan membayar pajak £50 kepada Agnes Carmen Cassiel Addison atau kalau tidak akan dikutuk oleh neneknya.”
Sontak saja tawa Shane, Mark, Kee-an dan Sharon meledak mendengarnya bahkan membuat Ciaran yang tidak mengerti apa-apa ikut ketawa.
    “Terus dikutuk jadi apa?” Kian  berhasil berucap di tengah tawanya.
    “Heeh?” Cassiel bingung sendiri.
    “Jadi apa Cass?” kejar Shane.
Cassiel terdiam sebentar dan memainkan matanya ke arah Mark. “Dikutuk buat jadi pacar Cassiel.”
    “CASTILEEEE!!!” pekik suara seorang perempuan menggelegar dari dapur.
    “Waduh, pasti nona besar denger deh,” Cassiel merungut sendiri dan bersembuyi di balik Mark ketika ‘nona besar’ datang.
    “Where’s she?” tanyanya Rossie dengan berkacak pinggang.
    “Who?” tanya Mark balik.
Dia menghela nafas sebentar, “The girl with dark brown hair and has same taller with Sharon, where she is?”
    “Just run back to the house ………??” Kian yang membalasnya.
Rossie mengamati Kee-an sebentar dan terdiam. “Hem, ya udah deh, kalau misalnya mau jadi pacar Mark jadi aja, toh saya kan udah jadi istrinya.”
    “Heeh?” Sharon yang menyahuti. “Kok bisa? Bukannya Sharon yang jadi istri sah nya? Rossie kan cuma pacarnya aja.”
    “Eits, anak kecil jangan melawan yang tua.”
    “Wah, mengakui dirinya sudah tua.”
‘JLEB’
Rossie langsung terpaku dengan kalimatnya sendiri, Shane dan Kian kembali tertawa melihatnya.
    “Asik, berati Mark untuk Sharon.” seraya merangkul lengan Mark dan meleletkan lidahnya pada Rossie.
    “Siapa bilang, I fall in love with Mark first.”
    “Oh yeah?”
    “Sharon juga tau Westlife begitu aku sama Keavy kasih tau kan?”
    “Hem, sama-sama pegang satu point kita,” Sharon mengangguk kecil.
    “Nah kalau begitu,” meraih lengan Mark yang lainnya, “Mark untuk Rossie ya, Sharon pergi aja, tuh bantu Keavy beresin rujaknya, ‘kay?”
    “Loh kok Sharon? Kan tugas Sharon udah selesai, motongin buahnya, Rossie sendiri?”
    “Sama, tugas Rossie mah udah selesai dari tadi, ah!! Tugas nyuci piring, belum selesai kan?” seperti mendapat piagam emas.
    “Permisi selir Mark Feehily mau lewat dulu.” sebuah suara menyela.
    “Kuda ………” ujar Ciaran melihat ada yang merangkak.
Mata Rossie menangkap sosok lain yang merangkak di bawah mereka bertiga (Sharon, Mark, Rossie) dan dengan cepat berlari masuk ke dalam rumah.
    “Castileeee!!!!”
    “Kejar kalo bisa!!!”

‘BLAM!’

    “Woy...woy..., rumahku, nih!!!” Keavy langsung bersuara. “Kee!!”

Di luar, bukannya menengahi pertengakaran Kee-an dan Shane malah tertawa lepas, Ciaran sendiri yang tidak mengerti melihat dadda nya tertawa ikutan tertawa pula.

    “Keav, Gilly, bantu buka pintunya dong!” suara Rossie terdengar dari balik pintu.
    “Jangan Keav, bantu aku tahan pintunya,” seru Cassiel yang seruangan dengan Keavy.
    “Sharon!! Bantu aku.” jerit Rossie dari luar
Cassiel segera menguatkan pertahannya pada pintu dapur ketika mendapat pertambahan tenaga dari arah yang berlainan.
    “Keavy, please ……” ....
Keavy hanya bisa menghela nafas dan geleng-geleng kepala menanggapinya. “Rusak pintu rumahku nanti.”
    “Holla!! I’m coming!!”
    “Heh??”

‘BRAK!!’

    “Huuuaaaaa!!!! Sakit-sakit-sakit-sakit!!!” loncat-loncat ditempat begitu telapak tangan kanannya tergencet antara dinding dan pintu kayu yang terbuka dengan kuatnya dari arah yang berlainan.
    “Heh? Kenapa Cass.” tanya Shane yang langsung berlari kearah mereka bertiga. Di belakangnya menyusul Mark, Kee-an dan Ciaran.
    “Sakit ……” Cassiel nyaris nangis memegangi telapak tangannya yang memerah. “Kegencet pintu.”
    “Princess mau nangis nih.” ledek Kee-an.
    “Ah, beneran sakit nih Kee.”
    “Sini aku obatin.” Nicky meraih telapak tangan Cassiel dan dengan lembut mengecupnya.
    “Sembuh!” Cassiel tersenyum seketika.
Nicky yang baru tiba dan masih belum ngerti apa-apa hanya geleng-geleng kepala. “Emang gimana ceritanya sih sampe bisa kegencet pintu segala?”
Cassiel menunjuk Sharon dan Rossie.
    “Deh, enak banget maen nyalahin yang bikin marah duluan juga siapa.” tolak Rossie.
    “Ye, tapi kan yang nyamperin siapa?” balas Cassiel.
    “Bener ya, Castile nih, kayak Castile banget, susah dirobohin.”       
    “Emang aku barang.” sunggut Cassiel.
    “Ok, oke, biarkan saja itu berlalu.” Sharon menangahi.
    “Castile ....” Ciaran menyahuti.
Cassiel terdiam sebentar dan meminta Ciaran dari gendongan Kian. “Ci, sekarang panggil tante Rossie, Tante Lolo, ya.”
   “Lolo ……?” mata Ciaran membesar menggemaskan.
   “Iya, Tante Lolo.”
    “Tante Lolo.”
    “Anak pintar,” mengecup kening Ciaran.
    “Ci,” Rossie tidak mau kalah, “Kalau Ci panggil Tante pake Lolo besok gak dapet ice cream loh.”         
    “Ah mau ice cream,” dengan segera berontak dari gendongan Cassiel, meminta pindah ke gendongan Rossie.
Dengan berat hati Cassiel harus melepaskannya, lagipula telapak tangannya masih merah gara-gara kegencet pintu tadi.
Nicky menepuk tangannya. “So, anyone can tell me what’s going on in here? Why you called me Mark.”
Mark menggeleng dengan cepat. “Its Shane commanded.”
    “Excuse me...?” Shane mengkoreksi. “I’ve been in here ‘cause Kian called me.”
    “I got a call from my wife,” sahut Kee-an langsung sebelum Nicky bertanya lebih.
Keavy hanya tersenyum simpul dan mengajak semua sahabatnya ke ruang dapur.

Di atas meja makan, tiga piring besar dengan berbagai jenis buah yang berbeda dan juga semangkuk penuh kuah rujak sudah tersedia.

   “And what is this?” tanya Nicky.
Sharon dengan santai mencomot potongan buah pepaya dan mencoleknya ke kuah rujak yang berwarna coklat gelap. “Yummy!”
    “Mamma! Mau, Ci mau juga.” Ciaran langsung merosot dari gendongan Rossie dan mengambil buah berwarna putih dan mencelupkannya ke kuah rujak.
    “Ciaran,” Keavy segera mengawasi anaknya takut-takut kuah nya tumpah ke bajunya.
    “Enyak, maa.” dengan mata berbinar.
Sharon langsung terkekeh geli.
Kee-an, Mark, Shane dan Nicky yang belum pernah mencicipi mengikuti langkah Sharon.
    “Lebih enak pake sambel.” komentar Nicky.
    “Asem lebih enak.” sahut Mark.
Rossie mengambil potongan nanas dan menyuapinya kearah Mark. “Gimana? Cukup asem.”
Mark langsung mengeryitkan keningnya. “Asem banget!! Minta yang manis dong.”
    “Nih baby,” Sharon dengan cepat memberikan potongan bengkuan dengan kuah rujaknya.
    “Hem, sweet.” lega Mark.
    “Pinjem dapurmu sebentar Keav.”

Cassiel mulai mengacak-acak isi lemari dapur dan mengeluarkan sekantong garam, beberapa cabe dan terasi. Langkah selanjutnya adalah mengeluarkan colek dan mangkoknya.

    “Mau bikin kuah lain Cass?” sahut Shane.
Cassiel hanya tersenyum manis dan mulai mencampur ketiga bahan tersebut dan menguleknya jadi satu.
     “Enyak gitu?” Ciaran mendekatinya. “Uh, baunya gak enyak.”
     “Tunggu dulu.” Cassiel menguleknya hingga halus dan memindahkannya ke piring yang kosong. “Nah selesai, coba makan pake ini deh, dijamin gak kalah enak dari kuahnya.”
Kee-an yang mencobanya lebih dulu dengan potongan bengkuang.
     “So?” tanya Keavy penasaran.
     “Enak!” dengan mata berbinar.
Ciaran yang memperhatikan mimik ayahnya langsung tertarik, “Mauuu....”
Kee-an memangku putra empat tahunnya dan mengambilkan Ciaran potongan pepaya lalu mencelupkan potongan nanas nya di kuah rujak dicampur bumbu yang Cassiel bikin, diikuti Nicky.
  “Awas jadi permen nano-nano nantinya.” komentar Rossie melihat Nicky ikut mencelupkan potongan nanas nya di kuah rujak yg baru dibuat Cassiel.
Nicky memakannya dengan kening berkerut dan cepat-cepat mencari air begitu potongan nanas tersebut tertelan abis.
    “Gila, manis, asem, asin, pedes jadi satu.”
    “Sayangnya nano-nano gak ada rasa pedes,” celetuk Sharon.
    “Tadi ngulek pake tangan apa Cass?” Mark seakan tersadar.
    “Pake tangan kiri soalnya tangan kanan bengkak. Mau obatin?”
    “Ih genit!” samber Rossie langsung.
    “Kenapa? Iri,” terkikik pelan.
    “Hie, Kak Castil ketawanya kayak nenek lampir.”
Cassiel langsung terkatup mendengarnya sementara itu Shane, Mark, Nicky dan Kee-an kembali ketawa geli-geli mendegar sebutan Ciaran untuk Cassiel.
Sharon, Rossie dan Keavy hanya bisa tersenyum geli dan berusaha menahan tawa mereka agar tidak terlalu meledak.

Keavy masih tersenyum geli dengan kehebohan siang ini. Ia melirik suaminya yang disahuti oleh senyuman dan anggukan. Keavy pun mengangguk tersenyum siap, siap menceritakan alasan utama kenapa ia mengundang mereka semua untuk rujakan bersama di rumah.

    “Okay, guys..., listen up,” Kee-an berucap, "well fisrt of all thankyou very much for you all to come, and enjoying our RUJAKAN, and very delighting with Cassiel entertainment, with a little bit accident, there,”  ia harus tersenyum dengan melirik jari Cassiel yang masih terlihat nyut-nyutan merah.
Kesemuanya menegang....
    “And the reason why we are calling you here ...., is that we want to announce you all.... a very soon good news...,....”
Kesemuannya menegang siap mendengarkan.
    “We’re gonna have a new family member....” Kee-an menahan nafas dengan tersenyum.
Semuanya terkatup....
   “Keavy is having a new one, Ciaran will having a baby brother, and we gonna have a second child...” dalam satu helaan nafa, dengan senyum sumringah tanpa dapat manahan tawa bahagia.
Hening sesaat sebelum akhirnay meledak sorak bahagia mereka semua yang memberi selamat.
    “WHAAAATTTT, congratulation... Keavy .... !!!”
Mereka semua langsung memeluk cium Keavy, dan memberi selamat Kee-an, sementara Rossie langsung menggendong Ciaran...,
    “Ci, kamu mau punya adik!!!!” dengan mengecupnya  gemas.
    “Adik....” senyum Ciaran merekah indah, sebelum berubah bingung...., “Adik? Apa itu adik...? maaa.... adik itu apaa????”
Tapi seruan Ciaran disambut dengan gendongan dan pelukan dari ayahnya yang mengecup gemas Ciaran, dan membuat jadwal sendiri untuk menjelaskan apa itu adik pada Ciaran.


THE END



 Love Cassiel, xxx
Love Rossie  xxxx
                                                      Love Keavy xxx


No comments:

Post a Comment