Wednesday 20 June 2012

Cuplikan Lovely Rose 1st Rose Trilogy Hal. 11-18


Maret 1998

 

Tanggal 17 Maret  (tepat hari St. Patrick), Kee-an and the gank sukses menjadi band pembuka backstreet boys di Point Teater Dublin. Mereka tampil 15 menit dengan menyanyikan tiga buah lagu, yaitu; ‘Together Girl Forever’, ‘Everlasting Love’  dan ‘Pinball Wizard’, dan sukses habis. Aku dan Gillian yang juga menonton konser Backstreet Boys, melihat mereka tampil dengan sangat mengagumkan. Ini membuat Louis W. tertarik untuk memanejeri mereka.

*

    “Gals, kalian bakalan nggak percaya sama apa yg bakalan aku ceritain, apalagi kamu, Keav,” ucap Kee-an di hadapan Keavy dan Gillian dengan wajah sumringah.

    “Apaan?” aku dan Gillian tak sabar.

    “Aku ketemu Ronan!” dengan wajah berbinar.

    “Hah? kamu ketemu Ronan?” sahutku langsung. ”Di mana?”

    “Di Hotel Clerence, tempat Louis nginep.”

    “Yang bener? Gimana ceritanya?” Gillian tak sabar.

    “Kalian udah lihat, khan, berita tentang kita di koran ‘Evening Herald’? berita tentang kita manggung bareng sama Backstreet boys?”

    “Iya …?” Gillian menuggu kelanjutannya.

    “Khan, aku seneng banget, lihat berita itu, jadi langsung aja aku lari ke hotel Clerence buat nemuin Louis yang nginep di sana. Begitu nyampe di kamar Louis, aku langsung teriak:  “Louis, udah lihat koran belum?!?!” E … nggak tahunya Ronan ada di kamar itu juga. Sambil senyum-senyum denger teriakanku! Sumpah, aku kaget banget, dan tahu nggak aku ngapain? aku cuma bisa ngomong ”Oh, my God! Hiyaa Ronan!” dan langsung aja aku keluar dari kamar itu!

Aku dan Gillian langsung tidak dapat menahan tawa mendengar cerita Kee-an, apalagi membayangkan wajah Kee-an saat itu.

    “Terus kamu dapat tanda-tangannya, nggak?” tanyaku.

    “Gimana mo dapet, orang aku langsung keluar dari kamar itu, saking malunya.”

    “Jadi nggak dapet, dong?” tanyaku kecewa.

    “Ya, nggak dapet, lha!” sungut Kee-an.

    “Udah, nggak apa-apa, nanti kapan-kapan juga ketemu lagi sama Ronan, asal dianya nggak ke mana-mana,” Gillian membesarkan hatiku.

    “Coba, kalau ketemunya nggak kaya’ gitu, ya,” sesal Kee-an.

    “Iya. Kamu juga sih, teriak-teriak kaya’ orang gila,” balasku.

    “Yee … mana ku tahu kalau ada Ronan di kamar Louis. Aku teriak, kan, saking senengnya kita masuk koran,” Kee-an membela diri.

    “Malu-maluin, kampungan!” sungutku.

Kee-an mencibir tak mau kalah, “Biarin!”

Gillian hanya tertawa ngakak melihat kami berdua berantem.

 

                Tapi justru di saat Ronan menemui Louis itulah, ternyata Ronan sedang membicarakan IOU ini. Dia tertarik dengan grup vokal ini.

 

Setelah Ronan diperkenalkan pada anggota IOU, iapun segera membantu mereka, mulai dari memperbaiki cara mereka bernyanyi, sampai hal-hal lainnya. Hingga sampai akhirnya Ronan tertarik juga untuk ikut memanejeri sebagai co-manejer, yang tentu saja sangat disetujui oleh mereka.

Bulan April

 

2nd April, it’s my birthday, I’m 16 years now. Wow!

 

Setelah Ronan bergabung menjadi manejer mereka, keadaan semakin membaik dan semakin banyak panggilan untuk pentas. Tapi sayang, Louis menginginkan personilnya hanya lima orang. Akhirnya ia memutuskan untuk mengeluarkan Derek dari grup, dengan alasan gaya dan penampilannya terlalu matang dan kesannya sangat tua dibanding para personil lainnya. Tidak sampai di situ, Graham juga diminta keluar karena umurnya yang terlalu tua dibanding umur yang lainnya. Memang mengecewakan, tapi mereka tahu apa yang terbaik untuk IOU.

    “Louis mau ngadain audisi,” lapor Kee-an padaku

    “Audisi?”

    “Iya, untuk ngelengkapi kami yang cuma berempat.”

    “Emang nggak bisa, ya, cuma berempat aja?” tanyaku berlagak bodo.

    “Yee …, kamu gimana sih, Louis ngeluarin Derek sama Graham, karena mereka nggak cocok untuk jadi anggota sebuah boyband, jadi harus dicari penggantinya, kan kita butuhnya lima,” Kee-an memberi penjelasan.

    “Ooo … kapan?”

    “Minggu depan, di Pods Dublin.”

    “Kok, kayak boyzone aja lewat audisi? Louis emang ahlinya, ya, mengaudisi orang.”

    “Emang dia ahlinya,” Kee-an terkekeh sendiri.

***

 

Akhirnya, dari audisi itu didapatkan dua cowok, bernama Nicky Byrne atau lengkapnya Nicholas Bernard James Adam Bryne (widiw, nggak kurang panjang namanya?) dengan Bryan McFadden atau lengkapnya Brian Nicholas MacFadden. Tapi tak lama dari situ Louis harus mengeluarkan Michael, sahabat mereka sendiri. Sedih, memang, tapi harus dilakukan demi sebuah group yang ideal dari mata seorang Louis Walsh dengan jumlah anggota 5 orang.

 

Aku belum sempat bertemu mereka anggota baru mereka, tapi dari cerita Kee-an, mereka bisa beradaptasi dan langsung cocok.

 

Sampai Kee-an mengenalkanku dengan mereka saat bertemu mereka di rumah Kee-an.

 

    “Kenalin, Keav , ini Brian sama Nicky,” ucap Kee-an.

    “Hi,” sapa Brian dan Nicky hangat bersamaan.

    “Hi,” sahutku dengan tersenyum.

    “Pacar loe, Ki?” tanya Nicky .

    “Pacar gua? pacaran ama dia sama aja gua pacaran sama bayi, dong,” sahut Kee-an ngaco n’ nyelekit hati.

Aku langsung aja pasang muka cemberut. Bryan tak dapat menahan tawanya.

    “Bukan pacarnya, tapi baby-sitternya!” samber Shane langsung.

    “Enak aja!” protesku nggak terima. ”Ya, udah, aku pulang, nih,” pura-pura marah dan mengancam.

    “Ey, mau ke mana? di sini aja dulu,” tahan Kee-an.

    “Iya, biasanya nggak mau pisah ama Kian,” lanjut Shane.

    “Habis kalian juga, sih,” sahutku dengan wajah manyun.

Kee-an tersenyum seraya merangkulku. Shane, Bryan dan Nicky hanya tertawa.

 

Brian atau Bryan setelah memutuskan memakai huruf ‘Y’ daripada ‘I’ pada namanya, bertubuh tinggi, lebih tinggi dari Mark apalagi dengan Shane dan Kee-an (tinggi  Kee-an cuma 178 cm), dan sedikit gemuk, pipinya terlihat tembem, dagunya belah. Lumayan imut. Sedangkan Nicky, ia sama besarnya dengan Kee-an. Tinggi dan badannya proposional. Kata Kee-an, ini karena ia mantan atlit. Atlit sepak bola. Nicky pernah bergabung dengan Leeds United sebagai kiper, bahkan pernah mendapatkan penghargaan sebagai kiper terbaik termuda se-Eropa. Ia juga lumayan cakep. Dan kuperhatikan, Nicky ternyata lebih cakep dan imut dari Bryan. Tanpa kusadari, mataku terus tertuju padanya. Tiba-tiba Nicky tersenyum padaku dan langsung membuatku melayang. Senyumnya bener-bener mematikan. Sepertinya aku suka, deh, sama Nicky.

 

    “Heh, Keav,“ Kee-an menyenggol tanganku, menyadarkanku.

    “Ya?” aku tergagap.

Kee-an tertawa geli melihatku tergagap,

    “Jangan macem-macem, dia udah punya cewek,” ucap Kee-an setengah berbisik, mengetahui aku naksir Nicky.

    “Dia udah punya cewek?” aku sedikit kecewa.

    “Yup, anaknya perdana mentri kita,” jawabnya.

    “Hah?”

Kee-an mengangguk mantap. Aku melihat kembali ke arah Nicky, dia tersenyum lagi padaku. ‘Oh, my God, senyumnya…!’

 

Memang benar, kekasih Nicky seorang perempuan cantik, elegan dan dari kalangan atas. Namanya Georgina Ahern, putri Perdana Mentri kita, Bertie Ahern, yang baru terpilih kemarin. Entah bagaimana Nicky bisa berhubungan kalangan orang penting. Tapi kata Kee-an, mereka satu sekolah sejak SMP, dan Nicky sudah langsung naksir pada pada pandangan pertama saat melihatnya di depan kelas saat mereka masih duduk di kelas 8. Dan butuh usaha berat untuk mendapatkan perhatian seorang ‘Up-town Girl’, hingga akhirnya dia bersedia menerima Nicky menjadi kekasihnya. Sekarang hubungan mereka sudah masuk tahun ke enam (wuih, lama juga). Tapi aku tetap menyukainya, dan semakin menyukainya. Ternyata Nicky menyukaiku juga. Sehingga setelah dia putus dengan Georgina (entah apa sebabnya) ia mengajakku jadian, dan tentu saja aku terima!

 

Bulan Mei

 

    “Mana antingmu?” tanyaku melihat sudah tidak ada lagi anting di telinga kiri Kee-an.

    “Udah aku copot. Aku nggak akan pakai anting dulu,” sahutnya.

Aku tersenyum menyindir, “Mau jadi anak baik, nih, ceritanya?”

Kee-an hanya tersenyum tipis.

Aku melihat ada kekakuan di antara kami, dan aku tahu sebabnya. Aku menghela nafas.

   “Aku suka Nicky. Kemarin dia nembak aku.”

Kee-an mendesah, ”Aku tahu. Nicky juga udah bilang.”

Kemudian ia tersenyum, senyuman yang lembut dan hangat. Tak ada kemarahan di matanya, tapi tetap membuatku tak berani menatapnya, aku merasa bersalah. Aku tertunduk.

    “Kamu masuk saat mereka sedang ada masalah,” seakan menyalahkanku.

    “Tapi mereka udah putus, Kee,” sahutku langsung.

    “Kamu nggak tahu gimana hubungan Nicky dengan Gina. Sewaktu-waktu mereka bisa balikan lagi. Aku tahu dia suka kamu, tapi aku yakin dia masih cinta Gina.”

Aku terdiam.

    “Kamu nggak suka, ya, aku jalan sama Nicky? Kalau nggak suka bilang aja. Dia terlalu tua khan, buat aku?” Memang, umurku dengan Nicky terpaut empat tahun. Aku masih 16 tahun, sementara dia sudah 20 tahun.

    “Bukan gitu, aku cuma nggak mau kamu terluka.”

Kee-an tersenyum lembut.

    ”Nicky baik, aku nggak ada masalah kamu jalan dengan dia,” lanjutnya membuatku lega.

***

 

Kian melihat Keavy bergelayut manja di lengan Nicky. Apa itu membuatnya cemburu? Kenapa ia tiba-tiba merasa cemburu, melihat Keavy berada di pelukan cowok lain, tidak seperti biasanya. Kian bener-bener tidak mengerti.

    “Heh, jangan manyun,” ucap seseorang di sebelahnya. ”Jelek, tau.”

Kian segera tersenyum dan menoleh arah Shane.

    “Sorry, gua lagi be-te.”

    “Gua tau kenapa?” Shane sok tau.

    “Oh, ya?” Kian sedikit mencibir.

    “Ok, mungkin gua nggak tau persis, tapi Keavy, khan?”

Kian tertawa kecil, ”Ngaco, loe. Sok tau!” Kian bersandar dan memperhatikan Keavy  yang berdansa dengan mesra dengan Nicky.

Shane tersenyum tipis dan ikut memperhatikan Keavy  dan Nicky, ”Mereka cocok, ya?“

    “Hmm …,” sahut Kian pahit.

***

 

Aku masih bisa merasakan hangatnya tubuh Nicky yang mendekapku. Dia memelukku dengan erat, tangannya yang lembut membuatku nyaman. Tapi sekarang ini terasa lain, lengan yang melingkar di bahuku, bukan milik Nicky. Hujan di Sligo yang turun dengan deras membasahi kami berdua, tapi kami tetap berjalan dengan tenangnya dan gembira dalam indahnya ikatan persahabatan.

Kee-an menggenggam tanganku. Dengan tertawa nakal, ia membawaku ke rumahnya untuk berlindung, kebetulan orang rumahnya sedang pergi semua.

 

    “Dih, rambutmu,” aku tertawa kecil, mengingat Kian sangat memperhatikan rambutnya, terutama setelah ia merubah model rambutnya yang semakin aneh.

    “Dah, diem!” dia dengan tertawa. Tersenyum padaku dengan senyumannya yang khas.

Kami sama-sama tahu, tak ada yang harus disembunyikan.

    “Kamu masih suka Nicky, khan?” seraya memberiku secangkir kopi, sementara ia mengeringkan rambutnya dengan handuk.

    “Hmm…,” aku tersenyum, tak perlu kujawab lagi.

 

Bulan September

 

Lima bulan sudah aku jalan dengan Nicky, dan semuanya berjalan baik-baik saja. Sebagai pacar Nicky dan sahabat Kee-an, berarti juga mengikuti perkembangan mereka sebagai grup band. Kini formasi; Kian, Shane, Mark, Bryan dan Nicky, mereka merasa cocok dan siap untuk maju. Merekapun mulai mencoba untuk mencari perusahaan rekaman. Mereka berhasil dan mulai banyak perkembangan.

 

Bulan Oktober

 

            Mereka diizinkan ikut dalam konser keliling Inggrisnya boyzone ‘Where We Belong’. Dan sebagai band pembuka di konsernya boyzone, Kee-an dan teman-temannya menyanyikan empat buah lagu, yaitu: ‘Swear It Again’, ‘Flying Without Wings’, ‘Everybody Knows’ dan ‘If I Let You Go’. Saat itu juga mereka sepakat mengganti nama IOU menjadi Westside.

 

Aku sangat bangga sekali. Sudah mulai banyak yang mengenal mereka. Penggemar mereka-pun semakin bertambah, tidak hanya di negara kami, tapi juga di Inggris.

 

Tapi itu tidak masalah bagiku, Kee-an dan Nicky masih milikku. Benarkah ?

 

    “Apa maksudmu, kalian balikan lagi!?” tanyaku terbelalak tak percaya di hadapan Nicky.

Nicky mengangguk.

    “Tapi aku masih suka kamu, aku masih sayang kamu.”

    “Aku juga masih sayang kamu, tapi Gina dan aku …, kami balikan lagi. Ternyata aku masih mencintainya. Maafkan aku.”

Aku tak percaya apa yang baru saja kudengar, “Stss …aku nggak mau denger lagi. Terima kasih sudah mencintaiku,” aku langsung berlari dari hadapan Nicky dengan berlinang air mata. Tak kudengar Nicky memanggil-manggilku, aku terus berlari.

 

Ternyata putusnya aku dengan Nicky sempat membuat Nicky dan Kee-an bersitegang, ditambah dengan tekanan-tekanan yang mereka hadapi sebagai seorang artis. Dunia yang baru pertama kali mereka kenal.

 

Tekanan-tekanan itu berasal dari jadwal manggung yang tidak henti-henti dan kejaran para penggemar juga para wartawan. Mereka berlima masih kaget dengan perubahan ini. Terutama Mark, yang kadang-kadang tidak bisa menahan emosinya. Mereka hampir saja bubar, saking tertekannya. Tapi Kee-an berhasil meyakinkan dirinya dan juga keempat temannya, bahwa grup ini tidak hanya sekadar grup musik biasa. Dia, Mark dan Shane yang membentuknya dengan segala usaha sampai air mata. Jadi tidak bisa semudah itu membubarkan diri, di saat mereka baru saja memasuki impian mereka. Impian mereka sejak lama sebagai sebuah grup band. Mereka harus bisa menahan ego mereka masing-masing dan beradaptasi dengan dunia mereka yang baru. Mereka tidak boleh bubar. Mereka baru saja mulai. 

 

Bulan November

 

Sebuah lengan yang sangat kukenal melingkar di tubuhku. Hujan turun lagi di Sligo dan aku bisa merasakan hangatnya tubuh Kian yang mendekapku dengan erat.

 

    Kamu basah kuyup,” Kee-an tertawa. Aku ikut tertawa.

Ia menaikkan tubuhku lebih dekat, sehingga aku semakin nyaman.

    “Agak enakkan?” tanya Kee-an lembut.

Aku mengangguk dengan tersenyum kemudian teringat kembali dengan kesedihanku,

    “Aku harap hubunganmu dengan Nicky sudah nggak ada masalah lagi,” ucapku sedikit ketakutan.

    “Ya nggak, lah, kita harus profesional. Lagipula bentar lagi kita mo mulai rekaman. Jangan takut, aku dan Nicky nggak akan mempermasalahkannya lagi.”

    “Syukurlah,” sahutku lega.

Kee-an mendekapku lebih erat. Tenang sekali berada dipelukan seorang sahabat yang sangat pengertian.

Aku memeluknya, ”Makasih untuk selalu ada di sampingku,” bisikku.

Kee-an mengecup keningku dengan lembut.

Dalam hati Kee-an sedikit merasa lega, Keavy  putus dengan Nicky. Dia bukan milik siapa pun.

 

                Hubunganku dengan Nicky tidak ada masalah, kami masih berteman. Tidak hanya dengan Nicky, tapi juga dengan Georgina. Dia gadis yang cantik, pintar dan baik, pantas mendapatkan cinta Nicky. Aku sempat merasa bersalah pernah berada di antara mereka. Tapi semua telah berlalu dan aku berusaha untuk melupakannnya. Kami berteman sekarang.

 

 TBC


Mau tahu lanjutannya ?  :D

No comments:

Post a Comment