Sunday 3 June 2012

Chapter 13 - Lovely Rose 1st Rose Trilogy - Piknik Yooooookkkkkk!!!!!! Hal 198 - 225

Okay - okay, maaf dengan dua chapter sebelumnya . Mari kuberikan obat penawar dengan cerita lucu dan segar lagi .

Kuberi bocoran, cerita ini adalah cerita pertama yang kubuat sebelum tercipta chapter-chapter lainnya dari Novel 'Rose Trilogy'. Karena episode cerita ini, maka terciptalah tiga buku Rose Trilogy yang tebal-tebal itu hehehehe, soooo, dibaca ya , dijamin ketawa hehehehehe

Rate : K+
Paring : seluruh anggota Westlife dengan pasangan mereka masing-masing 
Genre : Friendship 
Summary : Westlife dan pasangannya piknik bareng  di hutan dekat rumah Mark.
Warning : Siapkan perut kalian untuk tertawa lagi :D

Disclaimer : Westlife versiku : Kee-an and Keavy 


ENJOY, and hope you like it 



Piknik Yoookkk

 

Pagi hari yang cerah, dengan semangat aku menuju rumah Kee-an. Kami (Shane, Gillian, Bryan, Kerry, Molly, Nicky, Georgina, Mark), berencana untuk pergi piknik bersama ke tempat favoritnya Mark, Hazelwoods, dengan danau kecil di tengah hutan, dekat rumahnya.

 Ini adalah moment pertamaku bersama Kee-an sejak kami sempat putus. Ya, aku dan Kee-an sudah bersama lagi (jangan tanya bagaimana bahagia dan leganya aku). Berita kembali bersamanya kita, langsung merebak. Ini hanyalah kesalahfahaman saja, dan sama-sama kesalahan kita berdua.

Dan untuk merayakannya, kami pergi piknik bersama.

   

    “Pagi, tante,” sapaku pada Tante Pat, sesampainya aku di rumah Kee-an.

Seperti biasa, ia menyambutku dengan ramah,

    “Pagi. Wah kalian mau pergi piknik, ya?“ tanyanya setelah melihatku membawa keranjang penuh perbekalan.

    “Iya, tan.”

    “Pantas sejak subuh, Kian sibuk masak,” ucapnya seraya menunjukkan ke arah meja. Di atas meja telah tersusun rapi beberapa buah tupperware dengan makanan di dalamnya.

    “Ini semua, Kee-an yang masak, tante?”

Tante Pat mengangguk, “Sampai tante nggak boleh ikut bantu.”

Aku tersenyum, dia memang lagi semangat-semangatnya memasak, melanjutkan hobi lamanya yang sudah lama tidak ia lakukan.

    “ Oh ya, Tan, ini ada titipan dari mama untuk tante,” ucapku seraya menyerahkan sepiring  ‘Bakes Potatos’.

    “Oh, thank you,” lalu ia menghirup aroma yang keluar dari ‘Bakes Potatos’.

    “Hmm… still hot,” ucapnya seraya tersenyum. Aku pun ikut tersenyum.

    “Untung kamu cepat datang, can you hear that ?”

Aku langsung mendengar suara yang dimaksud. Suara gitar elektrik yang lumayan bising.

     “Tante yakin dia langsung berhenti main jika tahu kamu datang. Tante capek dengernya. Tante kira, setelah ia pindah ke musik pop, ia akan lupa dengan musik rocknya, tapi ternyata masih tetep aja main.”

Aku tersenyum mendengar keluhan Tante Pat, ”Ya...namanya cinta, Tante, darahnya udah musik rock.”

Tante Pat tertawa mendengar ucapanku.

    “Saya ke kamar Kee-an dulu, Tante,” pamitku

Tante Pat hanya mengangguk dengan senyuman.

    “Oh, Keavy,” panggil Tante Pat.

    “Ya …?” aku segera berbalik.

Tante Pat mengenggam tanganku dan tersenyum, “I’m glad to see both of you together again.”

Aku tercekat tidak menyangka Tante Pat sangat perhatian dengan hubungan kami. Aku tersenyum, “Terima kasih, tante.”

Tante Pat tersenyum, kemudian aku segera ke kamar Kee-an.

 

Semakin dekat ke kamar Kee-an, semakin keras suaranya. Bener-bener bikin kuping pecah.

 

    “Hallo, cowok,” sapaku di mulut pintu kamarnya.

Tidak perlu teriak-teriak, Kee-an langsung menyadari kedatanganku.

    “Hey cewek, udah lama?” Kee-an menyambutku dengan senyuman.

    “Nggak juga,” sahutku seraya masuk ke dalam, lalu meletakkan keranjang yang kubawa di atas meja.

Kee-an mengecup bibirku.

    “Kok, nggak tau datangnya?”

    “Gimana bisa tau? Kedengaran juga nggak, orang kamu asyik sama gitarmu.“

Kee-an tertawa, lalu siap untuk memainkannya lagi, tapi langsung kucegah dengan menyentuh senarnya,

    “Udah dong. Kalau kamu main lagi, aku yakin rumahmu bakal rubuh, lebih dasyat dari gempa bumi.”

    “Bisa aja, kamu,” sahutnya. Tapi diturutinya, segera diletakkan gitar listriknya.

    “Boleh bawa gitar, ya?” tanyanya.

    “Tapi jangan yang itu.”

    “Ya, iya, kalau bawa yang itu, mau nyetel di mana!?”

Aku tertawa melihat mimik Kee-an.

    “Eh, kamu bawa apa aja?” Kee-an menghampiri keranjang. ”Kok, banyak banget, kan aku masak juga.”

    “Yee… mana aku tahu kamu masak juga, kan kemarin nggak bilang mau masak.”

    ”Bawa brownies nggak?” Kee-an mulai mengobrak-abrik isi keranjang.

    “Bawa. Hey! Jangan dimakan dulu!“ teriakku melihat Kee-an menggigit sepotong brownies buatanku.

    “Telat!” sahutnya dengan mulut penuh brownies.

    “Awas! Cuma satu aja, lho!”

Kee-an tertawa seraya menghabiskan browniesnya. Aku hanya geleng-geleng kepala.

    “Udah jam 11, kok, mereka belum datang juga, ya?” tanyaku setelah melihat jam kemudian melongok ke  jendela.

    “Alaah, paling mereka mampir ke mana dulu,” jawab Kee-an tenang.

    “Tapi khan ini udah siang. Mark sama Shane pasti udah nunggu.”

    “Udah, tenang aja.”

    “Keee-aaann!!” teriakku spontan. “Kamu ambil browniesnya lagi, ya?” tukasku setelah melirik ke keranjang dan mendapatkan browniesnya berkurang banyak. ”Kamu makan berapa?”

    “He…he… aku ambil empat.”

    “Iih…nakal, ya. Itu khan buat di sana, masa’ mau dihabisin,” omelku sambil meninju lengannya yang besar.

    “Abis enak,” Kee-an tetap tertawa.

    “Udah jangan ketawa! Tau nggak, kamu tuh lebih cakep kalo lagi diem, nggak ketawa kaya’ gitu.”

Kee-an langsung berhenti tertawa.

    “Oh, yeah? Kalau begini?” tanyanya menantang.

Tanpa ekspresi, ia memandangku.

Oh God, I love this face, batinku. Aku nggak kuat liatnya.

Kusentuh pipi Kee-an dengan lembut. Kami saling bertatapan, semakin lama semakin dalam, dan kami langsung berciuman…

Tiiinnnn…..!!!!!!!!!!!!!!!!!

Suara klakson tiba-tiba merusak semuanya. Tersentak kami dibuatnya.

    “Tuh, mereka,” ucapku.

    “Ah, ganggu aja. Orang lagi asyik,” sungut Kee-an. Aku tertawa geli.

Kee-an segera melongok ke jendela, aku pun ikut melongok.

Terlihat di luar, sebuah mobil Pegeot 807 seperti yang biasa mereka pakai untuk tur antar kota, diparkir di depan pintu. Itu Bryan, Kerry, Nicky dan Georgina. Mereka menjemput kami langsung dari Dublin.

    “Ayoook !!” teriak Bryan.

    “Okey!” balas Kee-an, tak lupa ia membawa gitar akustiknya.

Aku dan Kee-an segera keluar setelah berpamitan dengan Tante Pat dan membawa bekal buatan Kee-an.

 

    “Kok pada telat, sih?” sungut Kee-an langsung, seraya berjalan ke garasi mengambil Porche kesayangannya.

    “Sorry, tadi aku kerepotan bawa bawaan untuk Molly,” Bryan memberi alasan.

Eh, iya ada Molly. Sekarang Molly  sudah tujuh bulan, lho umurnya. Udah besar. Cepet ya? Padahal perasaan baru kemarin lihat dia lahir, sekarang sudah segede ini lagi.

Aku langsung beralih ke arah Molly yang berada di gendongan Kerry.

    “Hallo, cewek,” sapaku seraya mengelus pipi Molly yang halus dan montok. Molly tertawa menggemaskan. Wajahnya bulat seperti bulan.

Kerry tersenyum, begitu pun Georgina yang duduk di sebelah Kerry.

    “Ya udah, tunggu apa lagi, kita berangkat sekarang,” ucap Georgina.

Aku mengangguk kemudian berpindah ke mobil Kee-an. Sebenarnya aku ingin di mobil Bryan, biar bisa main-main dengan Molly, tapi tidak mungkin aku ninggalin Kee-an sendirian. Mobil kami segera meluncur menuju rumah Shane. Nicky yang mejalankan Pegeot-nya.

 

Rencananya, setelah menjemput Shane dan Gillian di rumah Shane, kami langsung ke rumah Mark.

 

Setibanya kami di rumah Shane, Shane dan Gillian sudah menunggu dan Shane langsung mencak-mencak karena terlalu lama menunggu, tapi untung tidak berkepanjangan. Shane sudah siap dengan perbekalan yang ia ambil dari restoran ortunya. Lumayan buat tambah-tambah. Setelah itu, tanpa buang waktu, kita langsung ‘cabut’ ke rumah Mark. Kami yakin Mark sudah menunggu dengan gundah gulana.

BIG WRONG !!

Sesampainya kami di rumah Mark, sang tuan rumah sudah menunggu dengan berkacak pinggang.

 

    “Ke mana dulu, sih, kalian? Jam berapa nih!?” semprot Mark langsung.

    “Udah jangan nanya! yang penting kita udah sampe disini,” sahut Nicky cuek.

Mark terbengong-bengong.

    “Dan untuk menyingkat waktu…,”

    “Kita langsung berangkat aja,” lanjut Kee-an menyelesaikan kalimat Bryan.

Tanpa membuang waktu, kami bersembilan langsung berangkat ke hutan, tak lupa kami membawa kereta dorong Molly.

   

    “Tempat yang indah,” gumam Nicky, sesampainya kami di tepi danau.

    “dan sangat damai,” sambung Bryan.

Kami para cewek (kecuali Kerry), segera menggelar kain lebar sebagai alas duduk, dan mulai menata perbekalan kami. Begitu kain digelar, Kee-an langsung rebahan di atasnya.

    “Guys!” teriak Nicky seraya melempar bola ke arah Bryan.

Mendengar panggilan itu, Kee-an langsung bangkit dan bergabung.

Bola itu diterima manis oleh Bryan, kemudian ke Mark, lalu ke Kee-an dan Shane.

 

Sudah menjadi kebiasaan, mereka pasti main sepak bola Gaelik. Sepak bola Gaelik adalah campuran antara sepak bola dan rugby. Jadi kebayangkan, bagaimana memainkannya? Mulai dari menendang, mengoper bola pake tangan, sampai tubruk-tubrukan juga ada. Yang pasti, bola itu harus masuk gawang. Yang dijadikan gawang, adalah lubang besar dari pohon tua setinggi tiga meter, tanpa penjaga gawang (abis nggak ada gawang aslinya, sih). Mereka dibagi kelompok, 3 lawan 2. Bryan, Kee-an dengan Shane vs Nicky dan Mark.

 

Kami berempat, plus Molly, menyaksikan permainan mereka berlima sambil berteriak-teriak memberi semangat pada cowok kami masing-masing.

     “Shane! Lempar sini!!!” teriak Kee-an dari kejauhan.

Shane terlihat kebingungan. Posisi Kee-an dekat dengan tiang gawang, tapi jauh darinya, Bryan yang dekat dengannya. Akhirnya,

    “Bryan!” Shane mengoper bola ke arah Bryan.

Namun belum sampai di kaki Bryan, bola itu dicegat Nicky, di tengah jalan.

    “Grr…,” terdengar erangan kesal Shane.

Dengan lincah, Nicky memainkan bola dengan kakinya. Kepalanya membawanya kembali ke masa di saat ia masih di Leeds United. Aih bangganya.

    “Woy, Nix! Jangan lama-lama!” seru Mark mengingatkan Nicky yang terlalu asyik memainkan bola.

Tersadar dari keasyikannya, Nicky langsung menendang bola pada Mark. Tapi ternyata sebelum bola itu menyentuh tanah, tiba-tiba Bryan meloncat dan menangkap bola seperti pemain rugby menangkap bola yang sedang melambung. Setelah menangkap bola, Bryan segera berlari menuju Kee-an. Ketika tengah berlari, tiba-tiba Nicky naik ke punggung Bryan,

    “Wow…… Kialooo! tangkapp!!” Bryan sempat melemparkan bolanya pada Kee-an.

Bruk! Bryan jatuh terjerembab dengan Nicky di atas punggungnya.

Mata Bryan mengikuti arah bola sampai ke tangan Kee-an.

Hup, Kee-an menerimanya dengan manis. Tanpa berpikir panjang, Kee-an langsung melempar bola ke arah gawang dengan semangat penuh, dan…..

    “Masukkk!!!” teriak Bryan dan Shane bersamaan.

    “Ya!!” pekikku dan Kerry, tak peduli Molly kaget dibuatnya.

Bryan langsung berdiri tanpa memperdulikan Nicky di punggungnya dan berlari menuju Kee-an disusul Shane. Mereka berdua langsung menubruk Kee-an yang asyik menari-nari kegirangan sendiri.

Kami yang melihatnya tidak dapat menahan tawa, terkecuali Nicky dan Mark yang jelas-jelas kecewa. Kemudian mereka melanjutkannya lagi.

 

    “Sampai jam berapa, nih?” keluh Gillian.

    “Ya…gini, nih kalo mereka udah main, kita dicuekin,” sahutku.

    “Mending, kita nyanyi,” usul Kerry

    “Biar aku gendong,” Georgina memangku Molly.

Kerry mengambil gitar Kee-an yang nganggur, dan mulai memetiknya,

   “I wanna know…..,”  Kerry mulai menyanyi ‘Swear it Again’.

   “Who ever told you I was letting go……,” kami berempat langsung menyambungnya dan bernyanyi bersama, “Of the only joy that I ever known….”

 

Kami bernyanyi tidak kalah bagusnya dengan cowok-cowok itu ditambah dengan ocehan Molly yang semakin cerewet seperti bapaknya. Hebatnya, sampai kami selesai bernyanyi, mereka berlima, tidak memperhatikan kami, mereka terus saja bermain.

    “Gila banget, mereka, kita nyanyi juga, mereka nggak denger,” sungut Kerry dengan terus memainkan senarnya.

    “Emang gitu, deh, mereka,” sahutku.

    “Gimana kamu sama Kee-an, baik-baik saja, khan?” tanya Gina penuh perhatian.

    “Ya, kami baik-baik saja dan aku bahagia banget!” sahutku dengan bersemangat.

    “Kita juga ikut bahagia. Kaget lho kita waktu tahu kamu pulang dari Amerika, barengan Kian, dan bilang kalian balikan lagi.” timpal Kerry.

    “Jangankan kamu, aku sendiri saja, sampai detik ini, masih belum percaya kalau Kee-an sengaja menyusulku ke Amerika buat nemuin aku. Bisa kalian bayangin gimana kagetnya aku nemuin dia tertidur di lantai, menungguku di depan pintu apartemenku. Kaget banget, jantungku berasa berhenti!. Dia minta maaf dan menginginkan kita balikan lagi. Saat itu aku nggak bisa ngomong apa-apa, tapi aku bilang iya. Aku tetap sayang dia, sepenuh hati.”

    “Yeah, kita juga tahu itu,” sahut Gillian. “Kamu sangat mencintainya, sampai separah apa pun yang pernah dia ucapkan sama kamu, bisa dengan mudah memaafkannya. Tapi kalau aku, mungkin susah. Untunglah dia bukan cowokku. Beruntung banget dia punya cewek sebaik kamu,” cibirnya.

Aku hanya tertawa tidak mempedulikan omongan Gillian tentang sepupunya.

    “Aku cinta mati sama Kee-an,” ucapku pasti dengan tersenyum bangga.

    “Yeah bukan rahasia lagi,” sahut Gillian tertawa geli.

Kami tersenyum bersama.

    “Kita nyanyi lagi,” Kerry mulai memetik gitar kembali.

   “Day after day,time pass away….,” kami bernyanyi lagi.

    “Kita menang!!!” sebuah seruan tiba-tiba mengagetkan kami.

Teriakan itu dari suara Kee-an diikuti Bryan dan Shane. Mereke berlima  menuju ke arah kami.

    “Games over ,” ucapku pada yang lainnya.

 

Kami menyambut cowok-cowok kami. Georgina mengembalikan Molly pada Kerry.

Mereka terlihat sangat kecapaian dan mandi keringat.

    “Kita menang, Shane!!!” ucap Bryan sambil menepuk-nepuk pundak Shane.

    “Yeah!!!” sahut Shane bangga.

Bryan langsung pada Molly, ”Hello sweet baby, come to papa,” Bryan meminta Molly dari Kerry, dan langsung asyik dengan putrinya.

Molly bener-bener menggemaskan dan di usianya yang tujuh bulan, ia sedang aktif-aktifnya merangkak dan memegang apa saja yang dilihatnya.

Kee-an merebahkan badannya dengan kepala berada di pangkuanku. Kami mulai membongkar perbekalan kami.

    “Kamu bawa apa aja?” tanya Gillian padaku seraya membongkar keranjangku.

    “Seperti biasa, brownies kebanggaanku,” jawabku penuh rasa bangga.

    “Kok, sedikit? Pelit ya, kamu,” timpal Gina.

    “Eh, tadinya emang banyak, tapi Kee-an udah ngabisin sebagian.”

    “Enak aja!” protes Kee-an langsung, tidak terima, seraya bangun dari pangkuanku. “Aku cuma makan empat.”

    “Iya, makan empat di rumah. Tapi yang kamu makan di mobil, berapa?Totally, kamu udah makan browniesku, 2…4..7! eh, bukan, 8! Ya kamu udah makan 8 brownies.”

    “Oh, my Good, Ki!” pekik Bryan. “Itu perut, apa karung?” serunya kocak yang langsung membuat teman-temannya tertawa. Sementara Kee-an hanya manyun.

    “Habis, enak, sih, khan nggak ketahan,” sahutnya polos.

Kami hanya geleng-geleng kepala.

    “Kalau gitu, nggak ada lagi jatah brownies buat kamu,” ucap Gillian pada Kee-an.

    “Kok?”

    “Ya…, yang lain belum makan, kamu udah 8 sendiri, kan bisa nggak kebagian semuanya,” jawab Gillian.

Kee-an hanya menghela nafas pasrah, ”Ya udah, deh, tapi janji, ya Keav, ampe rumah kamu bikinin lagi buat aku,” pintanya memelas.

Aku langsung mengangguk seraya mengelus pipinya.

Shane, Gillian, Mark, Nicky, Gina, Bryan dan Kerry hanya bisa tersenyum bahagia melihat kemesraan kami.

    “Ow, lihat itu senyummu,” goda Gillian padaku. Nggak ada lagi air mata.”

Aku langsung tersipu.

    “Kita lega kalian balikan lagi,” timpal Gina.

Kee-an dan aku saling tersipu.

    “Gue masih inget wajah Kian waktu ngebet pengen ketemu kamu, Kev, jeleeeek banget,” ucap Nicky dengan tertawa.

    “Dan besoknya, terbang tuh dia,  ribuan mill ke Amerika, cuma buat ketemu kamu,” sambung Mark.

Aku tersenyum pada Kee-an.

    “Yaaa, itu karena, gua tahu gua salah, dan gua udah nyakitin dia. Tapi yang pasti, gua masih sayang, dan pengen dia balik lagi,” Kee-an memberi jawaban seraya melirikku.

Mereka berdelapan ikut tersenyum bahagia.

    “Dari pertama juga, kita tahu, loe salah, dan masih sayang dia, makanya kita kesel banget, keras kepala banget sih, jadi orang!” cibir Bryan yang disusul derai tawa teman-temanya.

   “Iya...iya...,” Kee-an tersenyum mengakui.

   “Tapi kita yakin kalian pasti akan bersama lagi karena kita tahu elo sangat mencintai Keavy. Nggak mungkin semudah itu elo ngelepasin Keavy, iya, khan? Loe nggak bisa bohong,” sahut Shane.

    “Loe masih sayang Keavy, iya, khan? Loe nggak bisa bohong,” sahut Bryan.

Kee-an menggangguk pasti.

    “Gua udah melakukan kesalahan terbesar gua, yaitu meragukan cinta Keavy,” ucap Kee-an seraya melirikku. “Gua minta maaf, karena udah merepotkan kalian. Tapi berkat kalian, gua bisa menyadari kesalahan gue itu,” kembali pada teman-temannnya

Aku hampir menangis lagi mendengar ucapan Kee-an yang tulus.

    “Makasih semuanya. Dan gua juga mo berterima kasih, karena kalian udah memperhatikan Keavy. Perhatian kalian terhadap Keavy sangat gua hargai,” lanjutnya lagi.

Aku kembali teringat akan perhatian yang diberikan mereka berdelapan saat aku jatuh terpuruk karena diputusin Kee-an.

    “Ya, kalian sangat perhatian padaku. Aku nggak tahu harus bicara apa lagi tapi kalian memang benar-benar sudah menolongku. I owe you so much,” sambungku.

    “Hey, jangan bilang begitu. Kamu nggak hutang apa-apa. Kita temen, dan kita seneng melakukannya. Kita sayang kamu, kok,” sahut Gina lembut.

    “Yeah, kita sayang kamu,” sahut Nicky pada kami berdua.

    “Terima kasih semuanya, terima kasih banyak,” ucapku sekali lagi yang kali ini tidak bisa menahan air mataku sampai Kee-an mengusapnya dengan lembut.

Terlihat senyum mereka yang ikut bahagia padaku dan Kee-an membuatku sangat bahagia mendapatkan perhatian yang sangat besar dari teman-temanku ini. How lucky I am.

    “Ok, sekarang kita mulai menikmati saja perbekalan kita. Walau separuh sudah dihabisin Kee-an tapi paling tidak masih ada yang lain, ya nggak,” seru Gillian semangat disusul sorak tanda setuju dari kami semua.

 

Kemudian kami dengan happy menyantap perbekalan kami.

 

Aku melirik ke arah yang lainnya, Gillian sedang menyuapkan sesuatu pada Shane dan Nicky bermanja-manjaan dengan Gina. Semuanya dengan pasangan masing-masing.

    “Hello…., let me know if you hear me, hello…,” tiba-tiba Mark iseng menyanyikan ‘Every Little Thing You do’

Shane jadi terpancing, dan melanjutkannya,

    “If you want to be near, let me know, and I’ll never let you go,”

    “Hey love…,” Mark melanjutkan, “When you ask what I feel, I say love. When you ask how I know, I say trust, and if that not enough,”

    “It’s every little thing you do,” Bryan, Kee-an, Shane dan Nicky membuat paduan suara tanpa musik. ”That makes me fall in love with you, there isn’t a way that I can show you, ever since I’ve come to know you. It’s every little thing you say, that makes me wanna feel this way, there’s not a thing that I can point to, cause it’s every little thing you do.”

    “Don’t ask why!” giliran Bryan.”Let’s just feel what we feel, cause sometimes, yeah, it’s the secret that keeps in alive,

    “But if you need a reason why…..

“Is it your smile or your laugh or you heart, does it really matter why I love you. Anywhere there’s a crowd you stand out can’t you see why they can’t ignored you.“

    “If you wanna know, why I can’t let go, let me explain to you. That every little dream comes true, with every little thing  you do…,”  mereka berlima menutup lagu dengan indah dan sedikit terengah-engah. (*‘Every Little Thing You do’ – Westlife-Coast to Coast’00)

Kami, para cewek, memberi eplause yang meriah untuk para cowok kami.

    “Eh, enak kali, ya, kalau bisa bawa kuda. Tanah seluas ini, enak lho, kalau buat berkuda,” ucap Shane seraya mengedarkan matanya ke sekelilingnya yang luas.

    “Ya udah, lain kali, loe bawa aja kuda loe,” sahut Mark.

    “Siapa nama kuda pertama loe? …Jasper?” tanya Bryan.

Shane tercekat, diingatkan dengan kuda pertamanya yang amat disayanginya.

    “Jasper,” ucap Shane lirih, kemudian ia tertunduk lama.

Kami terheran dengan perubahan sikap Shane.

    “Hey, what’s up?” Bryan merasa nggak enak.

Shane tidak menyahut, membuat kami sedikit kebingungan.

    “Hello?” Mark menepuk pundak Shane.

    “Let me know what you hear….” gumam Kee-an pelan.

    “Stss…,” aku langsung menepuk pundak Kee-an supaya jangan bercanda. Kee-an langsung diam.

Tiba-tiba,

    “I miss Jasper!!!” pekik Shane mengagetkan kami.

Shane beranjak dan meninggalkan kami. Kami saling berpandangan.

    “Kamu, sih, pake nyinggung tentang Jasper,” ucap Kerry pada Bryan membuat Bryan semakin merasa bersalah.

Bryan menyerahkan Molly pada Kerry lalu berdiri dan mengejar Shane,

     “Shane, mau kemana?” panggil Bryan.

     “Hey, gue minta maaf!” pinta Bryan di hadapan Shane yang tetap berjalan.

Shane melihat mata Bryan penuh penyesalan dan semakin bersalah,

    “Kena loe!” tiba-tiba Shane tersenyum simpul, mengisyaratkan sesuatu.

Ia langsung mendorong tubuh Bryan yang besar (entah dari mana ia dapat kekuatannya) hingga terjatuh.

    “Woyy! Tolongin, waktunya balas dendam!!” seru Shane kegirangan.

Mendengar komando Shane, mereka bertiga segera berlari ke arah Shane dan Bryan.

    “Oh, no. Please don’t,” pinta Bryan melihat teman-temannya menyerbunya. Ia tahu apa yang akan mereka lakukan

Bruk…bruk…bruk…, satu persatu, tubuh teman-temannya mendarat di atas tubuh Bryan. Dimulai dengan Shane lalu Nicky, Mark dan ditutup Kee-an dengan duduk manis di punggung Mark.

Ini biasa mereka lakukan pada Bryan sebagai balasan dari seluruh kejahilan-kejahilan yang dilakukan Bryan pada mereka selama ini.

    “Oh, my God, mati gue,” keluh Bryan pasrah. ”Udah, deh, nggak ketahan lagi…”

Tiba-tiba,

    “Uh, bau apa ni? Bryan, loe kentut, ya?” pekik Shane.

    “Pastinya,” jawab Bryan cuek.

    “Sialan, loe, Bryan!” seru Nicky.

Nicky berusaha untuk bangun, tapi tertahan oleh tubuh Mark di atasnya,

    “Mark!” Nicky menyuruh Mark bangun tapi Mark juga tertahan dengan tubuh Kee-an yang duduk manis di punggungnya.

    “Kialo! Bangun!” perintah Mark.

Kee-an segera berdiri dan susunan langsung bubar.

    “Gila, loe, Bry!” Kee-an mencak-mencak setelah mencium baunya.

Bryan tidak dapat menahan tawanya. Ia tegelak-gelak.

    “Payah!” sungut Nicky.

Bryan tetap tergelak-gelak.

    “Hey!” seru Nicky kaget. Ia baru menyadari, topi yang dipakainya sudah tidak berada lagi di kepalanya.

    “Mark! Kembaliin!” teriak Nicky.

    “A..a..a.., ambil sendiri kalau bisa,“ sahut Mark kegirangan dengan berlari.

    “Sialan,” Nicky langsung mengejar Mark.

Layaknya anak kecil, mereka berdua saling berkejaran. Sebenarnya Nicky sanggup mengejar Mark, tapi ia sedang malas untuk mengejarnya.

    “Mark, awas ya!” seru Nicky terengah-engah.

    “Kejar gue! Gue tau loe bisa!” seru Mark kegirangan. Ia berjalan mundur, tanpa disadarinya, langkahnya mendekati danau, semakin dekat…

    “Mark, AWAAASSSS !!” teriak Nicky, memperingatkan.

Terlambat,

BYUUURRR !!

Mark terjun bebas ke dalam danau.

    “Dibilangin!” seru Nicky.

Kee-an, aku, Gina, Bryan dan Kerry segera menuju Nicky dengan menahan tawa.

    “Gila! Airnya dingin banget!” pekik Mark yang basah kuyup.

    “Sini tangan loe.” Nicky mengulurkan tangannya pada Mark. Mark menyambutnya.

    “Sampe tiga ya,  1..2…”

Bukannya naik ke tepi danau, tapi Mark malah menarik tangan Nicky,

    “Hey!” teriak Nicky. “Gue nggak bisa berenang!”

    “Bisalah!” Mark tidak percaya

BYURRR !!

Sesaat kemudian, “Tolong, gue tenggelem!” seru Nicky panik.

Melihat itu, Kee-an langsung terjun ke danau untuk menolong Nicky. Kee-an dan Mark segera menangkap Nicky yang mulai tenggelam.

Kami di atas yang melihat  sempat kaget tapi langsung bernafas lega, mereka berhasil menolong Nicky.

    “Gue bilang juga, gue nggak bisa berenang!” ucap Nicky kesal.

    “Loe tuh bisa berenang, cuma loe takut!” sahut Kee-an sama kesalnya (abisnya udah setua ini belum juga berani berenang, kan malu-maluin).

Nicky dibawa naik ke tepi.

Melihat itu, Bryan dan Shane langsung berpandangan, dan…

    “Waktunya mandi!!!” teriak mereka dan dengan bersamaan, mereka mendorongku, Gillian dan Gina ke dalam danau,

    “Aaa…!!”

BYUR!!!

Kami menyusul Mark dan Kee-an ke dalam danau.

Shane dan Bryan tertawa kegirangan. Mereka bertoss, membuat kami di bawah, kesal melihatnya.

Tiba-tiba,

Sret, kaki Shane tergelincir tanah yang licin karena basah. Ketika hendak jatuh, ia sempat memegang baju Bryan. Karena posisi Bryan tidak kuat, akhirnya…

SRYUT…BYUR…BYUR…

Mereka berdua meluncur dengan sukses menyusul kami.

Seketika itu juga , tawa kami meledak tak terkecuali Nicky, juga Kerry yang selamat karena membawa Molly.

    “Selamet yaaaa!!!!” seru Kerry girang dari tepi danau.

 

Bryan langsung naik ke tepi danau, sedangkan kami malah asyik bermain di dalam danau. Dinginnya air danau tidak terasa. Baru setelah bebarapa saat,

    “Hatchi!!” aku bersin

    “Aduh, gawat,” Kee-an langsung memelukku, agar sedikit hangat. Tapi karena badan Kee-an juga basah, jadi ya tetep dingin.

    “Kita harus cepet-cepet pulang, kalo nggak, putri-putri kita bisa…”

    “Hatchi!!” Gillian ikut-ikutan bersin.

Semuanya langsung mengerti apa artinya. Kami segera naik dan membereskan keperluan piknik lalu kembali ke rumah Mark.

 

Kami pulang dalam keadaan basah kuyup, kecuali Kerry, dan mengejutkan  Tante Marie, mama Mark.

 

    “Ya ampun, kalian habis ngapain?” tanya Tante Marie.

    “Berenang, mom,” jawab Mark enteng.

    “Berenang? DI mana? Di danau?”

    “Tolong, mom, jangan banyak tanya dulu, nih cewek-cewek sudah kedinginan.”

    “Oh…ayo sini..sini..., hangatkan badan kalian.”

 

Kami berempat dipinjamkan pakaian yang sedikit tebal, sementara pakaian kami dikeringkan. Setelah itu kami kembali gabung lagi dengan cowok-cowok. Ternyata Kerry sudah menggelar kain lagi di tempat yang terkena matahari, untuk meneruskan piknik kami.

 

    “Gimana sudah lumayan anget?” tanya Kee-an padaku, seraya memelukku erat.

    “Ya, kamu?”

Kee-an mengangguk. Kemudian ia mengambil gitar dan mulai memetiknya. Terdengar intro ‘More Than Words’,

    “Saying I love you, is not the words I want to hear from you,”  Kee-an menyanyikannya dengan diiringi petikan gitarnya. Kemudian Shane masuk,

    “It’s not that I want you, not to say, but if you only knew. How easy, it would be to show me how you feel…”

    “More than, words,” Bryan bergabung dengan Shane, ”Is all you have to do to make it real, then you wouldn’t have to say, that you love me, cause I’d already know,”

    “What would you do, if my heart was torn in two? More than words to show you feel, that your love for me is real. What would you say, if I took those words away,” Mark menggantikan Bryan bersama Shane.”Then you couldn’t makes things new, just by saying I love you…

    “It’s more than words, is more than what you say,” Mark, Bryan, Nicky dan Kee-an mengadakan paduan yang kompak,”Is the things you do, oh yeah….Is more than words, is more than what you say, is the things you do, oh yeah…”

    “Now, that I’ve tried to,” giliran Bryan,”Talk to you and make you understand all you have to do is, close your eyes and just reach out your hands, and touch me, hold me close don’t ever let me go, more than words, is all I ever needed you to show, then you wouldn’t have to say, that you love me….”

    “Cause I’d already know…..” Shane menutup lagu dengan manis.

(*More Than words-Westlife-Deluxe-99)

Setelah menyanyikan lagu ‘More Than Words’, Kee-an memetik lagi dengan intro sebuah lagu yang mereka buat bareng-bareng berlima, dengan semangat.

    “The day I was leaving,” Kee-an memulainya. “I was feeling insecure. I thought that I‘d thrown away, all those day and what we had before.

    “And how I believe it after what you had to say,” Shane dan Nicky mengambil alih setelah mendapat kode dari Kee-an. “I thought about everydays in everyway and this is what I’ll say now baby.

    “You don’t have to worry, cause’ everything alright (alright), I know that you you’ll get me, that you’ll get me trough the night.”

    “When you come around, you know you pick me up when I’m feeling down, “ mereka berlima bersama-sama masuk reff. “and I want you to know baby how can I show, do I have to scream and shout? When you come around, you only have to smile and knock me out. But I’m here on the floor and I’m begging for more, baby that’s what love about.”

    “Thre’se so many reason, why our love is guaranted. So many reason why, I can’t hide, just what you mean to me. So say what you’re thingking,” Nicky bergambung dnegan Shane. “while you’re sitting next to me. Let all all your feeling show, just let me know, just how it’s mean to be now baby. 

    “You don’t have to worry, cause’ everything alright (alright), I know that you get me, that you’ll get me trough the night.”

    “When you come around, you know you pick me up when I’m feeling down and I want you to know, baby how can I show, do I have to scream and shout? When you come around (uuh baby) you only have to smile and knock me out. But I’m here on the floor, and I’m begging for more, baby that’s what love about.”

    “You don’t have to worry, cause’ everything alright (aaah) (alright),  I know that you me, that you’ll get me through the night, (uuuh).”

Mereka kembali ke reff dan menutup lagu dengan indah meskipun sedikit terengah-engah. (*When You Come Around-westlife-World of Our Own’01)

    “You make me feel,” Nicky mengusulkan pada Kee-an.

Kee-an mengangguk dan memulai intro lagu ‘You Make Me Feel’

    “I’ve been trying to reach you,”  Nicky menyanyikannya dengan percaya diri.”‘couse I got something to say. But you’re talking about,just nothing at all and you’re sleeping away. We were crying together, it was along time ago. Before you walk out that door and leave this way, just hear what I say,”

    “You make me feel, you make me real. For the rest of my days in so many ways, you make me feel,” mereka berlima bernyanyi bersama.

    “I’ve been trying to leave you, why should we go on like this? But my heart can’t breath when I hear you say : ‘ it’s better this way ‘ ,” Kee-an masuk dengan penuh percaya diri.

    “You make me feel, you make me real. For the rest of my days and so many ways, you make me feel,”

    “Ten thousand light years away from you. Keep thinking maybe it’s time, to let go. But by the end of the day, I still want to say : ‘do you?’ ,”

    “You make me feel…! you make me feel… (ohh…) you make me real (so real). For the rest of my days, in so many ways, you makes me feel,”

    “Ive been trying to leave you! you make me feel, you make me real. ’Coz I’ve got something to say! For the rest of my days in so many ways….you make me feel.”  (*You Make Mee Feel-Westlife-Coast To Coast’00)

Mereka menutup lagu dengan penuh perjuangan saking semangatnya. Mereka mengatur nafas setelah menyanyikan tiga buah lagu mereka. Tapi sepertinya Kee-an merasa belum puas, dia mulai memainkan sebuah intro lagi, dengan enjoy.

Dengan tersenyum pada Nicky, ia seakan memberi tanda untuk bersiap masuk,

    “So much to say, but where do I start, would you listen it if I spoke from the heart? It’s simple things that keeps us apart, you know it doesn’t have to be this way.

“ Can’t you hear it my voice (ooh baby) you gotta listen when I say,”

    “Don’t let me go, when I’m this low,” mereka berlima masuk bersama-sama.“Why can’t we talk about it, why can’t we figure it out? I wanna know as people grow, how do they sort it all out? Work out what love is about. So tell me now, yeah, I’ve got know when this feeling I’ve got won’t let go,”

    “Some people stop and some people stare, I’m hearing whispers that you no longer care. Should I stay should I turn away, stop playing game now, you know it’s not fair. Ooh baby…

“Can’t you hear it my voice, (ooh baby), gotta listen when I say.

    “Don’t let me go, when I’m this low. Why can’t we talk about it, why can’t we figure it out? I wanna know as people grow, how do they sort it all out? Work out what love is about. So tell me know, that I’ve gotta know, when this feeling I’ve got won’t let go,”

    “You make me thing I’ve got this feeling for you? I’ve tried so hard, won’t you listen to me (won’t listen to me)  Coz’ we can make it we can see this trough when we stop I’m telling you.”

“Don’t let me go, when I’m this low. Why can’t we talk about it, why can’t we figure it out? I wanna know, as people grow, how do they sort it all out? Work out what love is about,”

    “Don’t let me go, when I’m this low. Why can’t we talk about it, why can’t we figure it out? I wanna know as people grow, how do they sort it all out? Work out what love is about. So tell me know, that I’ve gotta know, when this feeling I’ve got won’t let go….,

    “So don’t let me gooo!,” Shane mengakhirinya benar-benar dengan penuh perjuangan. (*Don’t Let Me Go-Westlife-World of our Own’01)

    “Horeee!!!,” kami para cewek spontan memberi aplause yang meriah pada mereka yang telah menggelar konser gratis di alam terbuka ini.

    “Ladies and gentleman, welcome to The Outdoor Westlife Concert, live from Mark’s garden yard!” pekik Gillian asal.

Kami semua tak dapat menahan tawa dengan seruan asal Gillian.

    “What a great show guys!” seru Kerry semangat.

    “I never knew we gonna make a concert here ucap Kerry geli. Kami ikut tertawa. Memang konser ini tidak direncanakan sebelumnya. Kee-an aja yang iseng bawa gitar, dan tahu sendiri kan, kalau Kee-an udah pegang gitar? Nyanyi terus!

Tiba-tiba,

    “I would die for you,”  Bryan memulai lagu ‘Angel’s Wings’ dengan mata memandang Molly. Shane membiarkan Bryan bersolo. (The show hasn’t over yet!)

“Lay down my life for you. You only thing, that mean is everything to me. Cause when you’re in my arms, you make me prouder than, than anything I ever could achieve. And you make everything that used to seem so big, seem to be so small since you arrived.

“On angel’s wings, an angelical formation. Angel’s wings, like a letter in the sky. Now I know, no matter what the question, love is the answer, it’s written on angel’s wings.”

    “And I often wonder why (why…),” Mark meneruskan setelah mendapat kode dari Bryan diikuti Nicky, Shane dan Kee-an sebagai backing voc. “Someone as flewed as I, deserve to be as happy as you make me (aa…) So as the years roll bye (roll bye…) I’ll be there bye your side. I’ll follow you wherever your heart take me. ’Cause you make everything that used to be so big, seem to be so small, since you arrived,”

    “Now anyone who’s felt the touch of heaven in their lives,” Bryan kembali bersolo. ”Will know the way I’m feeling, looking in my baby’s eyes. That’s why I can’t bear to be, too far away. I know that god must love me, ’cause, He sent you to me, on angels wings,”

    “On angel’s wings, an angelical formation. Angel’s wings, like a letter in the sky. Now I know no matter what the question, love is the answer, its writen on angel’s wings!!”  (*Angel’s Wings-Westlife-Coast to Coast’00)

Kali ini mereka benar-benar terengah-engah, apalagi Mark yang sudah menutup lagu dengan nada yang tinggi.

Kami mendengarnya dengan terharu. Lagu ‘Angel’s Wings’ memang cocok untuk Bryan, makanya Shane membiarkan Bryan bersolo.

    “That’s beautiful, guys, thanks,” ucap Bryan dengan Molly sudah berada di tangannya.

    “A beautiful song for a new daddy,” sahut Shane.

Kami memandang Bryan dan Kerry seakan bisa merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan. Seperti biasa Kee-an mendekapku dengan hangat. 

    “Indahnya, kalian sudah lengkap,” ucap Gina.

    “Tenang aja, bentar lagi kita nyusul kok,” samber Nicky, diikuti derai tawa kami.

    “Stss…look she’s sleeping,” aku sedikit berbisik. Mata mereka langsung ke arah Molly yang tertidur nyenyak di pelukan ayahnya, dan Bryan terlihat sangat menikmatinya.

    “Dia tertidur karena kamu nyanyiin, Bry,” lanjut Mark.

Bryan mengangguk dengan tersenyum.

    “Kalian akan merasakan bagaimana damainya saat menggendong your own baby,” ucap Bryan pelan.

    “Yeah sure…” sahut kami pasti.

Bryan meletakkan Molly di keretanya agar tidurnya tak terganggu.

    “Gua selalu merindukan saat-saat seperti ini, pulang ke rumah, piknik bareng,” ucap Mark.

    “Ya, sejak kita nyanyi, kita jadi nggak punya waktu piknik seperti ini. Tenang, damai,” timpal Kee-an.

    “Gua masih belum percaya kalo kita bisa secepat ini terkenal,” ucap Nicky.

    “Tapi ini bukan mimpi, ini kenyataan, we’re famous now. Fans are everywhere,” sahut Bryan.

    “Kita masih ingat lho, waktu kalian manggung pertama kali, setelah pertunjukkan ‘Grease’ di sekolah, kalian sangat hebat dan kompak sekali. Sepertinya baru kemarin,” ucap Gillian seraya melirik padaku,  yang tentunya ditujukan pada Shane, Kee-an dan Mark.

Mark, Shane, Kee-an dan aku teringat kembali saat masih sekolah dulu.

    “Memang masih kemarin. Waktu yang berjalan cepat sekali, dan lihat kita sekarang? Kita bukan anak 4 tahun yang lalu, kita udah terkenal,” Kee-an berucap.

    “Iya, masa’ orang datang ke restauran bukan untuk makan, tapi cuma untuk cari gue,” gerutu Shane.

    “And…me and Bryan, wanna thanks, to you all, guys. You all make both of us like this,” ucap Nicky formal pada Kee-an, Mark dan Shane.

    “Hei, bukan hanya kita yang bikin kaya’ gini, tapi kalian berdua juga. Kita berlima yang mewujudkannya. Kita berlima yang kerja keras dan kita berhak mendapatkan hasilnya, ya… ketenaran ini,” sahut Kee-an bijak.

Walau tidak bisa diingkari, Michael, Derek dan Graham juga bekerja keras untuk ini. Bersama merekalah, ia, Shane dan Mark, Six as One atau I.O.U. jatuh bangun demi grup vokal yang mereka impikan. Sayang Graham, Derek dan Michael tidak bisa menikmatinya. Tapi itu, kan masa lalu, dan yang sekarang ia hadapi bersama Westlife adalah sebuah masa depan.

    “Tapi akui saja, kalian seneng khan jadi terkenal?” godaku.

    “Iya, sih. Tapi nggak gitu-gitu amat, capek tau, dikejar fans terus.”

Nicky mengangguk, menyetujui ucapan Shane,

    “Gara-gara ini semua, kita nggak punya banyak waktu di rumah, kehidupan pribadi kita tertanggu dan jarang ketemu ama cewek kita. Untung kita punya cewek yang sangat pengertian, ya nggak ?”

Mendengar itu kami, para terkasih, merasa tersanjung.

    “Iya, dulu kita mau jalan aja, susah banget,” sungut Bryan seraya melirik ke arah Kerry.  ”So many people asking about us, and I’m tired to answer it. So I said, we’ve broken up, padahal…..,”

    “Makin lengket, dan langsung sukses besar!” seru Kee-an.

    “Kalian sih, enak, daripada gua, sebelum kita jadian masak gua digosipin gay! Kok, bisa-bisanya, sih, orang gosip-gosipin gua gay. Mimpi aja nggak!” Kee-an tertawa geli.

    “Stss…tenang-tenang, kita percaya loe bukan, gay,“ sahut Nicky ngaco seraya melirik ke arahku, ”Iya khan, Keav?”

    “Yup, 100%, he’s not a gay,” jawabku dengan tersenyum simpul.

    “Gimana, mo gay? Dulu, ceweknya Kealo khan, banyak banget!“ sela Shane, membuat kami tertawa.

    “Makanya, kaya’ gua…dong, gua jauh dari gosip, bahkan waktu udah kecium gua ada suka sama Gillian, nggak ada yang bisa buktiin, padahal emang kita lagi jalannya, ya nggak Gill?” ucap Shane pada Gillian.

Gillian hanya mengangguk dengan tersenyum.

    “Setelah itu, nggak ada lagi gosip tentang gua,” lanjut Shane bangga.

    “Ada! Gosip kalian berdua mau serumah, gimana? tanya Bryan.

    “Alaah, biarin aja. Rumahnya aja belum seratus persen jadi. Tapi kalau udah jadi, mau khan pindah sama aku?” tanya Shane genit pada Gillian.

    “Gimana nanti,” sahut Gillian pura-pura cuek (padahal di dalam hati, sih, pengen banget)

Shane langsung dongkol dan kita tidak bisa menahan tawa melihat mimik Shane yang lucu sekali.

    “Kita memang harus mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan dan kita alami. Tapi yang paling membuat kita bahagia saat ini, adalah melihat kalian berdua bersatu lagi karena sebenarnya kita di sini bukan membahas gosip-gosip tentang kalian, tapi untuk merayakan kebersamaan kalian lagi,” ucap Gina yang ditujukan padaku dan Kee-an

Nicky, Bryan, Kerry, Shane, Gillian, dan Mark mengangguk dengan tersenyum.

Sekali lagi aku dan Kee-an tersenyum terharu.

    “Thank’s guys,” ucap Kee-an.

    “Chears, for both of you,” Shane mengangkat gelas diikuti kami semua.

    “ Chears!!”

Kami tersenyum bahagia.

    “Oh ya, hari rabu depan kita ada tugas lagi,” ucap Kee-an seperti mengingatkan.

    “Oh, iya, kita kan mo buat klip baru,” sahut Bryan.

    “Klip yang ke berapa? Ke-14?” tanya Gina.

Mark mengangguk. “Ih, gua udah nggak sabar gimana bikinnya klip itu,” Mark menujukkan wajah yang tidak sabar.

    “Yang jelas, agak nggak nyambung,” sahutku. “Lagu ‘Bop bop baby’, klipnya ngambil setting abad 17, jauh kan?”

    “Ah, nggak juga. Kalau kata gua sih, keren-keren aja,” sahut Shane enteng.

    “Iya, keren, karena kamu mo naik kuda, khan?” cibir Gillian. “Apa aja yang berbau kuda, pasti dibilang keren sama kamu.”

    “He…he…tahu aja.”

    “Tapi yang jelas, gua pasti keren banget, bawa pedang panjang,” sahut Kee-an percaya diri. “Kamu kan, suka sama film ‘Three Musketeers’ dan ‘Man The Iron Mask’, pasti aku nggak akan jauh-jauh kaya’ mereka, ya nggak? Mungkin malah, jadi mirip sama Leonardo DiCaprio,” ucap Kee-an padaku.

    “Leo mirip sama kamu? Mirip dari mananya? Dari jempolnya?” sahutku ngaco.

Kee-an langsung manyun, “Tega, deh.”

Aku tergelak melihat mimik wajahnya.

    “Jangan gitu, Keav. Gini-gini, Bryan ngefans berat, lho, sama cowok kamu,” ucap Kerry asal.

Tapi Bryan menunjukkan wajah yang bener-bener menyukai Kee-an, dengan tersenyum mesum pada Kee-an (Oh, my God! Sadar Bry!)

    “Tapi memang, kayak’ akan jadi video yang menarik,” ucap Nicky yakin.

    “Yeah, we’ll see,” sahut Mark.

    “Eh, jam berapa ni?” Nicky melihat jam tangannya. ”Udah sore. Bukannya kamu ditunggu makan malam bersama?” pada Gina.

    “Iya, jam 8.”

    “Kalo gitu, kita harus pulang sekarang, biar nggak telat,” ajak Nicky.

Gina mengangguk.

    “Ya, udah, kita juga ikut pulang,” putus Kee-an.

    “Kok pulang?” protesku.

    “Ntar kita lanjutin lagi, berdua aja,” bisik Kee-an nakal.

Aku langsung tersenyum senang.

    “Kalo Nicky pulang, kita juga pulang, dong,“ timpal Bryan.

    “Lho, kok pada pulang? Gua gimana?” seru Shane.

    “Alaaah…kamu sama Gillian di sini aja dulu, loe khan nggak buru-buru?“ sahut Mark.

    “Nggak, sih …, gimana Gill?” Shane meminta persetujuan Gillian.

    “Terserah kamu.”

Lalu kami segera membereskan perbekalan kami kemudian pamit pada Tante Marie,

Sekalian mengganti pakaian kami yang sudah kering. Ternyata pakaian kami sudah terlipat rapi.

    “Tidak perlu dikembalikan sekarang,“ ucap Tante Marie pada kami.

Setelah berpamitan, Nicky, Gina, Bryan, Kerry dan Molly, pulang dengan Peugot 807, sedangkan aku pulang dengan mobil Kee-an. Sementara Shane dan Gillian tetap di rumah Mark. Piknik kami usai.

 

Sesuai janji Kee-an, kami tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir ke Aidan’s, kafe kecil yang biasa kami kunjungi. Kami mau melanjutkannya, hanya berdua.

Begitu masuk ke dalam kafe tersebut, hawa romantis langsung menyergap. Suara alunan musik yang lembut dan indah terdengar pelan menambah suasana semakin hangat.

Kee-an mengambil meja favorit kami. Sebuah pojok yang tidak terlalu menarik perhatian.

    “Yang ringan-ringan aja, kita khan baru makan,” jawab Kee-an saat hendak memesan makanan.

    “Salah sendiri, tadi makan banyak-banyak,” sahutku.

Akhirnya kami memesan steak tenderloin pada pelayan dengan red wine.

    “Yang mateng ya,” pesan Kee-an sebelum pelayan itu pergi.

Aku tertawa geli mendengar pesan Kee-an.

    “Abisnya, suka kurang mateng. Bukannya makan steak, malah makan sandal jepit,” sungut Kee-an.

    “Ya, udah, jangan manyun, jelek tau.”

    “Kamu ini gimana, ketawa dibilang jelek, manyun juga jelek, kapan aku dibilang cakepnya?”

    “Yang bilang kamu cakep itu, siapa?” aku balik nanya. “Ge-er.”

Kee-an langsung terdiam dan kembali menunjukkan wajahnya yang cool. Ia terlihat sangat cakep kalau sedang begini. I love it dan menikmatinya.

    “Woy, mukaku jangan dimakan,” ucap Kee-an menyadarkanku.

    “Maaf, tapi kayaknya, mukamu keliatan enak.”

    “Emang makanan!” Kee-an geleng-geleng kepala dengan tersenyum.

    “Mereka baik sekali, ya?” ucapku teringat kembali apa yang telah kedelapan teman kita lakukan untuk kita berdua.

    “Yeah, mereka baik sekali. Mereka yang kembali menyadarkanku kalau aku memang masih mencintai kamu. I love you so much, Keav.”

    “I Love you too, Kee-an,”

Tak lama kemudian, pesanan kamipun datang dan kami segera menikmatinya.

    “Aku mau nerusin kuliah aja, Kee,” ucapku.

Kee-an tertegun.

    “Terus narimu?”

    “Aku mau mundur aja. Nggak secara langsung, sih. Aku masih nari, tapi nggak akan ikut di setiap festival atau pementasan apalagi show tv.”

    “Kenapa? Kamu udah bosan?”

Aku menggeleng, ”Aku tidak akan pernah bosan menari, kamu juga tahu itu. Tapi aku sudah mutusin untuk serius di sekolah saja. Papa benar, sekolah lebih penting.”

    “Kamu yakin hal ini? Bukan karena rasa bersalah dan berutang sama papamu?”

Aku tersenyum, ”Nggak akan ada yang bisa maksa aku. Aku melakukan semua yang aku sukai, tidak ada pemaksaan dari siapapun,” jawabku pasti. “Setahun waktu yang cukup untuk merasakan indah dan pahitnya dunia tari dan kehidupan seorang penari.”

Kee-an mengangguk. “Aku yakin hal ini akan membuat papamu bahagia,”

    “Ya, tidak diragukan lagi. Dan lagi aku senang bisa membuat papa bahagia. Akan kubuktikan kalau aku sudah besar dan bisa memilih jalanku sendiri. Kalau dulu aku memutuskan untuk cuti kuliah, itu karena saat itu aku lagi pengen-pengennya nari, nggak ada yang bisa menghentikannya. Tapi sekarang gejolak penariku sudah tenang, dan aku akan kembali untuk sekolah.”     

Kee-an tersenyum bangga. “Aku tidak bisa bicara apa-apa lagi, dan kamu tahu aku akan mendukung semua keputusanmu karena aku tahu, kamu tahu benar apa yang kamu pilih.”

Aku tersenyum bahagia dengan pengertian Kee-an.

    “Thanks Kee-an,”

Sekali Kee-an tersenyum penuh pengertian.

Kami kembali pada hidangan kami.

   “Are you happy today?” tanya Kee-an setelah meletakkan garpunya dan meneguk minumnya.

    “Yes, I’m so happy. I’m happy being with you, I’m happy having a good and lovely friend like them, but the mostly, I’m happy being loved by you.”

Kee-an tersenyum, kemudian ia melirik sebuah piano yang berada di pojok lain. Tak ada yang memainkannya,

    “Aku akan membuatmu semakin bahagia,” Kee-an menarikku menuju piano itu.

Kee-an segera duduk di hadapan piano dengan aku di sampingnya. Diawalinya dengan senyuman manis padaku, jari Kee-an menekan salah satu tuts piano.

Ting…

    ‘The song of a little bird,” Kee-an mulai bernyanyi dengan terus jemarinya menari di atas tuts piano. “The joy in three little words. I know it’s real, that’s how it feels, to be loved by you.” Kee-an tersenyum dan mengisyaratkanku untuk bernyanyi.

   “The stars from a midnight sky, the melody from a lullaby. There’s nothing real, that I wouldn’t steal, to be loved by you.”

    “To be loved by you… ,” Kee-an bernyanyi bersamaku. “If everybody knows, it’s only cause it show…,”

    “A smile to put you on a high,” Kee-an bernyanyi solo. “A kiss that sets your soul a light. Would it be alright, if I spent tonight being loved by you…,”

    “Being loved by you…,” aku masuk tanpa disuruh Kee-an.

    “If everybody knows, it’s only can it shows.” Ia membiarkanku bernyanyi sendiri.

    “Your love is released,” Kee-an mengambil alih. “And you move me with ease, and you rescue me time after time.

“Ooh… you give your all (you give your all) and you take it all in your stride. Ooh… with all the power of a symphony that’s how my heart beats when you holding me. I can’t conceal, this is how I feel to be loved by you…

    “To be loved by you…,” kami bernyanyi bersama lagi. “If everybody knows, it’s only ‘cause it show, because I take your love everywhere I go…

    “I know what it is I need, it’s clear as a shallow stream. It’s as it stream, my only dream, to be loved by you.” (*To Be Loved-Westlife-World of Our Own’01)

Seperti biasa, terdengar riuh tepuk tangan pengunjung yang menyambut usainya kami bernyanyi. Hanya dengan ucapan terimakasih dan senyuman ramah, pengunjung kembali dalam keadaan normal. Kee-an beralih padaku.

    “Lagu yang indah, Kee-an, sangat indah,” ucapku tidak dapat menyembunyikan rasa kagumku.

    “Untuk kamu. Aku lega kita akhirnya balikan lagi. Aku janji, aku nggak akan nyakitin kamu lagi,

    “Aku nggak butuh janjimu. Aku cuma butuh seluruh cinta yang bisa kamu berikan untukku, dan aku akan seluruhnya mencintaimu.”

Kee-an tersenyum dan menatapku sangat lembut dan dalam.We’re kissed, so deep.

    “ I love you so much ,” ucap Kee-an lembut.



THE END

soooo...., some review would make my day .... :)


thankyou for reading ..... :) 

No comments:

Post a Comment